Judul catatan ini hakikatnya adalah sebuah pertanyaan yang tiada perlu jawaban, biarkan ia menguap di ketebalan dinding-dinding ketidak tahuan dan kelemahan manusia, sebab, jika di jawabpun hanya akan memunculkan ragam jawaban yang tiada pasti benarnya.
Umat Islam yang di pimpin pribadi agung, Muhammad Saaw telah melintasi perjalanan zaman beberapa lama. Telah timbul di dalamnya berbagai macam bentuk pergumulan, pertikaian dan pertengkaran yang kadang berujung saling memerangi dan membunuh satu sama lain, semua bertahan di balik teks ayat suci dan sabda suci yang kian lama kian menjerembabkan mereka dalam bingkai-bingkai penafsiran berselubung gelora hawa nafsu.
Umat Islam kini telah kehilangan jejak sejarah, telah terbagi-bagi menjadi berbagai sekte yang beberapa di antaranya selalu bermusuhan dalam kegelapan selama berabad-abad, di tambah lagi dengan ancaman berbagai gagasan dari luar yang muncul di permukaan yang semakin mengombang ambingkan mereka dalam lautan ketidak pastian.
Tiada di ragukan lagi, dalam situasi di mana masing-masing kelompok menganggap dan merasa mewakili Islam yang sejati, mereka perlu kembali kepada al-Quran, as-Sunnah, dan menyegarkan kembali ingatan kepada sejarah generasi Islam pertama pada awal pertumbuhannya, ya'ni generasi sahabat Nabi. Para sahabat mampu memahami Islam tanpa bantuan unsur-unsur agama yang baru tumbuh setelah masa pewahyuan berahir; filsafat, mistikisme, tradisi, sejarah dan lainnya.
Kendati demikian, tiada pelak tetap saja akan ada pertanyaan yang mengusik, kepada sahabat yang mana kita harus kembali? Kepada al-Quran yang mana kita harus berpegang? Kepada sabda suci riwayat siapa kita harus berpaling?
Apakah kita akan kembali pada al-Qur'an yang di gunakan dalam istana-istana sayyidina Utsman, yang telah menghidupkan kembali aristokrasi Quraisy dan ikut berperan dalam pengusiran Abu Dzar, seorang sahabat besar, dari kota Nabi? Atau apakah kita akan berpegang pada al-Quran yang di bawa Abu Dzar dalam pengasingannya di Gurun Rabadzah dan mati dalam keadaan kesepian? Atau apakah kita akan berpegang pada al-Quran yang tersimpan di dada Imam 'Ali yang kata Nabi al-Quran akan selalu bersama Ali di manapun Ali berada? Atau haruskah kita berpegang pada al-Quran yang telah di pajang di ujung bayonet oleh Amr bin Ash dalam mempertahankan kerajaan rasial dan dalam mendukung dinasti Umayyah yang membeda-bedakan golongan? Kepada sahabat dan al-Quran yang mana kita akan kembali?
Jika acuannya adalah Sunnah Nabi, juga tiada luput dari pertanyaan semacam itu. Sungguh tepat apa yang di katakan Imam Ali ketika beliau menjelaskan tentang hadits-hadits yang di riwayatkan dari Nabi Saaw; sesungguhnya di antara hadits-hadits yang beredar di kalangan orang banyak ada yang haq dan ada yang bathil. Yang benar dan yang bohong. Ada yang benar-benar di hafal dari Rasulullah dan ada juga yang hanya hasil angan-angan orang. Dan telah ada yang berani memalsukan ucapan beliau di masa hidupnya, sehingga Nabi pernah mengancam dengan sabdanya: siapa yang membuat kebohongan tentang aku, hendaknya ia siap-siap mendiami tempatnya di neraka.
Damai di hati damai di bumi, damai dalam kasih Tuhan Allah Swt..KINGDOM of HEAVEN adalah blog yg mengedepankan persaudaraan lintas agama, suku maupun ras dan menghormati segala kecenderungan yg di anut oleh setiap orang. Jangan ada caci maki maupun kata-kata kotor di sini, mari kita ciptakan kerajaan sorga di dunia ini sebelum kita memasuki kerajaan sorga abadi yg sesungguhnya di ahirat kelak..Welcome to my Palace
Rabu, 28 Oktober 2009
Selayang pandang tentang al-Quran
Al-Quran jika di tinjau dari segi bahasa adalah kalimat shifat yang mengikuti wazan fu'lan. Terambil dari qara-a yaqra-u qur-anan yang berarti mengumpulkan.
Kalam Tuhan yang di turunkan kepada Nabi Muhammad Saaw, di namakan al-Quran, sebab al-Quran mengumpulkan sejumlah surat atau merupakan koleksi dari 114 surat yang ada. Atau karena al-Quran mengumpulkan intisari dari kitab-kitab Tuhan yang di turunkan pada Nabi-Nabi yang terdahulu.
Al-Jahid berkata: Tuhan memberikan nama kitabnya berbeda dengan nama-nama yang di berikan orang Arab kepada kumpulan pembicaraan mereka. Tuhan menamakan kalamNya dengan al-Quran, sedang orang Arab menamakan kumpulan syairnya dengan diwan, Tuhan menamakan sebagian isi al-Quran dengan surat, orang Arab menamakan sebagian isi diwannya dengan qasidah, Tuhan menamakan sebagian isi suratnya dengan ayat, orang Arab menamakan sebagian isi qasidahnya dengan bait.
Secara bahasa, Quran bisa juga di artikan sesuatu yang fungsinya untuk di baca, apapun bentuknya.
Sedangkan jika di artikan menurut istilah, al-Quran adalah nama bagi sebuah kitab agama yang di wahyukan kepada Nabi Muhammad Saaw oleh Tuhan, di wahyukan dengan cara berangsur-angsur, yang tiada dapat di tandingi oleh siapapun, di nukilkan dari Nabi Muhammad Saaw kepada umatnya dengan cara mutawatir, dan membacanya adalah ibadah, untuk di amalkan isinya dan di sampaikan kepada seluruh manusia dan jin.
Di sini saya bawakan 2 buah ayat sebagai keterangan. "Hai Rasul, sampaikan apa yang telah di turunkan Tuhan kepadamu". (QS al-Maidah 67) dan "maka berpeganglah dengan apa yang telah di wahyukan kepadamu". (QS Zukhruf 43).
Al-Quran merupakan kalam Tuhan yang mencakup keterangan berbagai macam permasalahan. Tuhan berfirman: "dan kami turunkan kepada engkau al-Kitab, sebagai penjelasan atas segala sesuatu". (QS an-Nahl).
Rasulullah Saaw menjelaskan melalui hadits yang di riwayatkan oleh at-Tirmidzi bahwa al-Quran adalah: Kitab Tuhan yang di dalamnya ada habar tentang orang-orang sebelum kamu dan orang-orang sesudah kamu, dan hukum yang terjadi di antara kamu.
Al-Quran terdiri dari 30 juz, 114 surat dan 6236 ayat, dan hitungan ayat yang sejumlah itulah yang perlu di hargai, bukan 6666 ayat seperti apa yang selama ini orang-orang katakan tanpa ada dasar kenyataannya. Jika anda tidak percaya silahkan anda hitung seluruh ayat al-Quran, 6236 atau 6666. Memang, dalam menetapkan jumlah ayat, telah terjadi perbedaan ulama, tetapi yang jelas bahwa di antara pendapat-pendapat ulama itu, setelah saya hitung sendiri tidak ada sama sekali yang mendekati jumlah 6666 ayat. Apa ada maksud lain di balik pendapat yang mengatakan 6666 ayat itu, saya tidak tahu. Wallahu A'lam.
Al-Quran merupakan kitab yang tersusun sedemikian rapih dan terang. Tuhan berfirman: "ini adalah kitab yang ayat-ayatnya muhkamah lagi tersusun indah dan di perincikannya, yang datang dari Tuhan yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.
Maksudnya, inilah ayat-ayat al-Quran yang di susun indah dan teguh yang tetap berlaku di sepanjang zaman, tidak berubah maupun rusak dan menjelaskan bermacam pembicaraan di sekitar tauhid, hukum, pengajaran, kiasan dan berbagai hal lainnya.
Sebagai kitab suci yang di turunkan kepada NabiNya yang suci, al-Quran tidak sedikitpun mengandung kelemahan, ia menjelaskan pula tentang berbagai macam petunjuk guna sebagai jalan bagi kebahagiaan dunia maupun akhirat. Dengan kesempurnaan yang ada, tidak ada satupun segala sesuatu yang al-Quran alpakan. Firman Tuhan: "tidak kami alpakan sesuatupun dalam al-Quran". (QS al-An'am). Menurut sebagian ulama, maksud ayat ini adalah: bahwa tidak ada satupun yang menjadi kebutuhan bagi manusia yang tidak di sebutkan dasar-dasarnya dalam al-Quran. Ayat ini menerangkan pula bahwa Tuhan mengetahui segala macam kebutuhan mahluknya. Atau tidak ada sesuatupun dari dalil-dalil keTuhanan dan dasar-dasar hukum yang Tuhan alpakan.
Al-Quran semenjak masa di wahyukan hingga masa kini, benar-benar bersih dari segala macam bentuk kontaminasi, penambahan ataupun pengurangan. Ia tetap senantiasa terpelihara dalam tulisan ataupun dalam hafalan. Karena tidak putus-putusnya dari masa ke masa di setiap tempat, ada manusia-manusia yang rela mencurahkan waktunya untuk menghafal dan mengarungi samudera ilmunya, menyelam menggapai mutiaranya. Firman Tuhan: "sesungguhnya kami yang menurunkan adz-Dzikra dan kami pula yang akan menjaganya". (QS al-Hijr).
Setiap orang Islam yang sadar, sudah pasti mengakui bahwa al-Quran adalah fondasi yang utama dari agama ini, yang karenanya berbegang kepadanya merupakan kewajiban yang tidak perlu di ragukan lagi, namun, di karenakan ia adalah masakan yang mentah, di perlukan sejumlah sarana untuk memasaknya sebelum di sajikan kepada masyarakat luas untuk di ni'mati. Sarana itu adalah hadtis Nabi yang shahih, pendapat para sahabat yang adil dan para ulama yang tsiqah, di samping sarana penunjang yang lainnya.
Panembahan, 24 Oktober 2009
Kalam Tuhan yang di turunkan kepada Nabi Muhammad Saaw, di namakan al-Quran, sebab al-Quran mengumpulkan sejumlah surat atau merupakan koleksi dari 114 surat yang ada. Atau karena al-Quran mengumpulkan intisari dari kitab-kitab Tuhan yang di turunkan pada Nabi-Nabi yang terdahulu.
Al-Jahid berkata: Tuhan memberikan nama kitabnya berbeda dengan nama-nama yang di berikan orang Arab kepada kumpulan pembicaraan mereka. Tuhan menamakan kalamNya dengan al-Quran, sedang orang Arab menamakan kumpulan syairnya dengan diwan, Tuhan menamakan sebagian isi al-Quran dengan surat, orang Arab menamakan sebagian isi diwannya dengan qasidah, Tuhan menamakan sebagian isi suratnya dengan ayat, orang Arab menamakan sebagian isi qasidahnya dengan bait.
Secara bahasa, Quran bisa juga di artikan sesuatu yang fungsinya untuk di baca, apapun bentuknya.
Sedangkan jika di artikan menurut istilah, al-Quran adalah nama bagi sebuah kitab agama yang di wahyukan kepada Nabi Muhammad Saaw oleh Tuhan, di wahyukan dengan cara berangsur-angsur, yang tiada dapat di tandingi oleh siapapun, di nukilkan dari Nabi Muhammad Saaw kepada umatnya dengan cara mutawatir, dan membacanya adalah ibadah, untuk di amalkan isinya dan di sampaikan kepada seluruh manusia dan jin.
Di sini saya bawakan 2 buah ayat sebagai keterangan. "Hai Rasul, sampaikan apa yang telah di turunkan Tuhan kepadamu". (QS al-Maidah 67) dan "maka berpeganglah dengan apa yang telah di wahyukan kepadamu". (QS Zukhruf 43).
Al-Quran merupakan kalam Tuhan yang mencakup keterangan berbagai macam permasalahan. Tuhan berfirman: "dan kami turunkan kepada engkau al-Kitab, sebagai penjelasan atas segala sesuatu". (QS an-Nahl).
Rasulullah Saaw menjelaskan melalui hadits yang di riwayatkan oleh at-Tirmidzi bahwa al-Quran adalah: Kitab Tuhan yang di dalamnya ada habar tentang orang-orang sebelum kamu dan orang-orang sesudah kamu, dan hukum yang terjadi di antara kamu.
Al-Quran terdiri dari 30 juz, 114 surat dan 6236 ayat, dan hitungan ayat yang sejumlah itulah yang perlu di hargai, bukan 6666 ayat seperti apa yang selama ini orang-orang katakan tanpa ada dasar kenyataannya. Jika anda tidak percaya silahkan anda hitung seluruh ayat al-Quran, 6236 atau 6666. Memang, dalam menetapkan jumlah ayat, telah terjadi perbedaan ulama, tetapi yang jelas bahwa di antara pendapat-pendapat ulama itu, setelah saya hitung sendiri tidak ada sama sekali yang mendekati jumlah 6666 ayat. Apa ada maksud lain di balik pendapat yang mengatakan 6666 ayat itu, saya tidak tahu. Wallahu A'lam.
Al-Quran merupakan kitab yang tersusun sedemikian rapih dan terang. Tuhan berfirman: "ini adalah kitab yang ayat-ayatnya muhkamah lagi tersusun indah dan di perincikannya, yang datang dari Tuhan yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.
Maksudnya, inilah ayat-ayat al-Quran yang di susun indah dan teguh yang tetap berlaku di sepanjang zaman, tidak berubah maupun rusak dan menjelaskan bermacam pembicaraan di sekitar tauhid, hukum, pengajaran, kiasan dan berbagai hal lainnya.
Sebagai kitab suci yang di turunkan kepada NabiNya yang suci, al-Quran tidak sedikitpun mengandung kelemahan, ia menjelaskan pula tentang berbagai macam petunjuk guna sebagai jalan bagi kebahagiaan dunia maupun akhirat. Dengan kesempurnaan yang ada, tidak ada satupun segala sesuatu yang al-Quran alpakan. Firman Tuhan: "tidak kami alpakan sesuatupun dalam al-Quran". (QS al-An'am). Menurut sebagian ulama, maksud ayat ini adalah: bahwa tidak ada satupun yang menjadi kebutuhan bagi manusia yang tidak di sebutkan dasar-dasarnya dalam al-Quran. Ayat ini menerangkan pula bahwa Tuhan mengetahui segala macam kebutuhan mahluknya. Atau tidak ada sesuatupun dari dalil-dalil keTuhanan dan dasar-dasar hukum yang Tuhan alpakan.
Al-Quran semenjak masa di wahyukan hingga masa kini, benar-benar bersih dari segala macam bentuk kontaminasi, penambahan ataupun pengurangan. Ia tetap senantiasa terpelihara dalam tulisan ataupun dalam hafalan. Karena tidak putus-putusnya dari masa ke masa di setiap tempat, ada manusia-manusia yang rela mencurahkan waktunya untuk menghafal dan mengarungi samudera ilmunya, menyelam menggapai mutiaranya. Firman Tuhan: "sesungguhnya kami yang menurunkan adz-Dzikra dan kami pula yang akan menjaganya". (QS al-Hijr).
Setiap orang Islam yang sadar, sudah pasti mengakui bahwa al-Quran adalah fondasi yang utama dari agama ini, yang karenanya berbegang kepadanya merupakan kewajiban yang tidak perlu di ragukan lagi, namun, di karenakan ia adalah masakan yang mentah, di perlukan sejumlah sarana untuk memasaknya sebelum di sajikan kepada masyarakat luas untuk di ni'mati. Sarana itu adalah hadtis Nabi yang shahih, pendapat para sahabat yang adil dan para ulama yang tsiqah, di samping sarana penunjang yang lainnya.
Panembahan, 24 Oktober 2009
Haji Ritual, Haji sosial
Seorang nara sumber dalam sebuah perbincangan tentang permasalahan haji di salah satu stasiun televisi, dengan bangganya mengatakan: saya baru beribadah haji sebanyak 27 kali. 27 kali! itupun dia bilang baru, berarti masih ada kemungkinan angka itu akan bertambah menjadi 28, 35, 50 atau bahkan 150 kali, lebih fantastis lagi jika umur dia sepanjang umur Nuh, mungkin akan ada hitungan yang ke 930 kali.
Hebatkah kedengarannya? Saya rasa tidak, sebab kewajiban haji hanya di wajibkan Tuhan sekali seumur hidup dan Rasulullah Saaw pun hanya melakukan haji satu kali. Sedang yang tersirat dari omongan orang itu adalah rasa bangga diri, berharap orang yang mendengar bisa tercengang, tepukan dada siapa lawan yang telah haji melebihi aku dll yang semuanya astaghfirullahal 'adzim.
Kita tinggalkan kabar yang tiada berguna itu, pada saat yang lain, di tempat-tempat yang lain, ribuan bahkan jutaan orang Islam menitikkan air mata, akibat kerinduan yang tak pernah tercapai untuk dapat berkunjung ke Baitullah al-Haram, dapat thawaf di seputar Ka'bah bersama jutaan teman-teman Islam yang lain, dapat sa'i di antara Shafa dan Marwah atau berkesempatan mencium batu hitam kelam yang di turunkan dari sorga.
Mereka yang hidup sampai kini, mungkin masih ada kesempatan bisa menapaki harumnya tanah-tanah sejarah di Arab sana di suatu hari kelak atas izin Tuhan. Namun tidak sedikit mereka yang telah kehilangan harapan sama sekali untuk dapat pergi ke sana di sebabkan ajal telah terlebih dahulu merenggut. Padahal ketika hidup selalu ada kerinduan abadi di hati mereka, untuk merasakan sebentar menjadi tetangga Rasulullah Saaw sekaligus menjadi tetangga Abu Jahal, namun belenggu kemiskinan ketika hidup telah menghalangi mereka dalam ketidak berdayaan untuk menjadi tetangga sementara bagi siapapun di tanah suci.
Haji sosial
Seorang hamba yang shalih bernama Abdullah ibnu al-Mubarak, tertidur di sela-sela menjalankan ibadah haji pada tahun itu. Dalam tidurnya, dia bermimpi melihat 2 malaikat yang sedang berbincang. Malaikat yang satu bertanya pada yang satunya lagi: berapa jumlah manusia yang melakukan ibadah haji pada tahun ini? Malaikat yang satu menjawab: 20 ribu. Berapakah yang di terima ibadah hajinya? Tidak ada satupun. Yang di terima adalah justru yang tidak berada di sini, dia adalah si fulan yang berada di sebuah daerah anu dan berprofesi sebagai penyemir sepatu.
Abdullah yang sedang tidur nyenyak, demi mendengar perbincangan 2 malaikat itu, bukan kepalang tersentaknya. Bagaimana mungkin mereka yang telah mengarungi berbagai bentuk kesengsaraan untuk dapat beribadah haji, namun semuanya tidak ada yang di terima. Tercenunglah ia, timbul keinginan hatinya untuk menemui sang penyemir sepatu, amalan apa yang menyebabkan dia beroleh karunia yang besar sehingga di terima hajinya padahal dia tidak berhaji?
Tidak lama setelah menyelesaikan rangkaian ibadah hajinya, Abdullah bergegas untuk menuju daerah yang di sebutkan oleh malaikat itu. Rupanya, penyemir sepatu itu merupakan orang yang di kenal di daerah itu, sehingga Abdullah tidak memerlukan waktu yang lama untuk dapat bertemu dengannya.
Tanpa di selingi basa basi yang bertele-tele, di padu dengan rasa penasaran yang menggelora. Abdullah menceritakan mimpinya pada orang itu dan bertanya: wahai fulan, sesungguhnya amalan apa yang membuat engkau mendapat karunia yang besar di sisi Allah? Mendengar cerita dan pertanyaan Abdullah, tertitiklah butir-butir airmata di mata si fulan, lalu menjawab: telah bertahun-tahun lamanya, aku mengumpulkan sedikit demi sedikit uang demi kerinduan untuk berkunjung ke Baitullah, dan pada tahun inilah sekian jumlah uang yang cukup untuk beribadah haji telah aku kumpulkan, aku bertekad dan berniat untuk berangkat haji pada tahun ini. Namun, menjelang keberangkatanku, seorang anak kecil tetanggaku, mengetuk pintu rumahku, mengabarkan kepadaku tentang ibunya yang sakit selama berhari tanpa obat dan makanan. Aku bergegas menuju rumah anak itu dan ku dapati ibunya terbaring dalam penderitaan yang hebat.
Di saat itu terjadi perang berkecamuk dalam batinku untuk menolong atau berangkat haji. Jika aku menolong ibu ini maka akan pupuslah harapan aku berangkat haji sebab uang yang aku kumpulkan betul-betul pas-pasan. Namun jika aku berangkat haji, bagaimana dengan nasib ibu ini? Lama batinku berperang, pada ahirnya aku bergegas pulang dan mengambil uang yang telah lama aku kumpulkan itu, dan kembali ke rumah ibu itu untuk menyerahkan semua uang itu demi meringankan penderitaannya.
Setelah si fulan menyelesaikan ceritanya, Abdullah pun menangis tersedu-sedu, merangkul dan mengucapkan selamat pada si fulan.
Hebatkah kedengarannya? Saya rasa tidak, sebab kewajiban haji hanya di wajibkan Tuhan sekali seumur hidup dan Rasulullah Saaw pun hanya melakukan haji satu kali. Sedang yang tersirat dari omongan orang itu adalah rasa bangga diri, berharap orang yang mendengar bisa tercengang, tepukan dada siapa lawan yang telah haji melebihi aku dll yang semuanya astaghfirullahal 'adzim.
Kita tinggalkan kabar yang tiada berguna itu, pada saat yang lain, di tempat-tempat yang lain, ribuan bahkan jutaan orang Islam menitikkan air mata, akibat kerinduan yang tak pernah tercapai untuk dapat berkunjung ke Baitullah al-Haram, dapat thawaf di seputar Ka'bah bersama jutaan teman-teman Islam yang lain, dapat sa'i di antara Shafa dan Marwah atau berkesempatan mencium batu hitam kelam yang di turunkan dari sorga.
Mereka yang hidup sampai kini, mungkin masih ada kesempatan bisa menapaki harumnya tanah-tanah sejarah di Arab sana di suatu hari kelak atas izin Tuhan. Namun tidak sedikit mereka yang telah kehilangan harapan sama sekali untuk dapat pergi ke sana di sebabkan ajal telah terlebih dahulu merenggut. Padahal ketika hidup selalu ada kerinduan abadi di hati mereka, untuk merasakan sebentar menjadi tetangga Rasulullah Saaw sekaligus menjadi tetangga Abu Jahal, namun belenggu kemiskinan ketika hidup telah menghalangi mereka dalam ketidak berdayaan untuk menjadi tetangga sementara bagi siapapun di tanah suci.
Haji sosial
Seorang hamba yang shalih bernama Abdullah ibnu al-Mubarak, tertidur di sela-sela menjalankan ibadah haji pada tahun itu. Dalam tidurnya, dia bermimpi melihat 2 malaikat yang sedang berbincang. Malaikat yang satu bertanya pada yang satunya lagi: berapa jumlah manusia yang melakukan ibadah haji pada tahun ini? Malaikat yang satu menjawab: 20 ribu. Berapakah yang di terima ibadah hajinya? Tidak ada satupun. Yang di terima adalah justru yang tidak berada di sini, dia adalah si fulan yang berada di sebuah daerah anu dan berprofesi sebagai penyemir sepatu.
Abdullah yang sedang tidur nyenyak, demi mendengar perbincangan 2 malaikat itu, bukan kepalang tersentaknya. Bagaimana mungkin mereka yang telah mengarungi berbagai bentuk kesengsaraan untuk dapat beribadah haji, namun semuanya tidak ada yang di terima. Tercenunglah ia, timbul keinginan hatinya untuk menemui sang penyemir sepatu, amalan apa yang menyebabkan dia beroleh karunia yang besar sehingga di terima hajinya padahal dia tidak berhaji?
Tidak lama setelah menyelesaikan rangkaian ibadah hajinya, Abdullah bergegas untuk menuju daerah yang di sebutkan oleh malaikat itu. Rupanya, penyemir sepatu itu merupakan orang yang di kenal di daerah itu, sehingga Abdullah tidak memerlukan waktu yang lama untuk dapat bertemu dengannya.
Tanpa di selingi basa basi yang bertele-tele, di padu dengan rasa penasaran yang menggelora. Abdullah menceritakan mimpinya pada orang itu dan bertanya: wahai fulan, sesungguhnya amalan apa yang membuat engkau mendapat karunia yang besar di sisi Allah? Mendengar cerita dan pertanyaan Abdullah, tertitiklah butir-butir airmata di mata si fulan, lalu menjawab: telah bertahun-tahun lamanya, aku mengumpulkan sedikit demi sedikit uang demi kerinduan untuk berkunjung ke Baitullah, dan pada tahun inilah sekian jumlah uang yang cukup untuk beribadah haji telah aku kumpulkan, aku bertekad dan berniat untuk berangkat haji pada tahun ini. Namun, menjelang keberangkatanku, seorang anak kecil tetanggaku, mengetuk pintu rumahku, mengabarkan kepadaku tentang ibunya yang sakit selama berhari tanpa obat dan makanan. Aku bergegas menuju rumah anak itu dan ku dapati ibunya terbaring dalam penderitaan yang hebat.
Di saat itu terjadi perang berkecamuk dalam batinku untuk menolong atau berangkat haji. Jika aku menolong ibu ini maka akan pupuslah harapan aku berangkat haji sebab uang yang aku kumpulkan betul-betul pas-pasan. Namun jika aku berangkat haji, bagaimana dengan nasib ibu ini? Lama batinku berperang, pada ahirnya aku bergegas pulang dan mengambil uang yang telah lama aku kumpulkan itu, dan kembali ke rumah ibu itu untuk menyerahkan semua uang itu demi meringankan penderitaannya.
Setelah si fulan menyelesaikan ceritanya, Abdullah pun menangis tersedu-sedu, merangkul dan mengucapkan selamat pada si fulan.
Minggu, 04 Oktober 2009
Betulkah neraka itu kekal
Di setiap saya membaca al-Quran, manakala telah sampai pada surah al-An'am ayat 126, dan surah Hud ayat 107 dan 108, acapkali hati tergelitik, fikiran tergoda dan iman terhadap kekalnya neraka dan surga sedikit terguncang. Di dalam surah al-Anam 126 dan surah Hud 107 di jelaskan bahwa manusia yang celaka akan di masukkan ke dalam neraka, mereka kekal di dalamnya selama masih ada langit dan bumi, kecuali apa yang di kehendaki oleh Tuhan; dan pada surah Hud 108 di jelaskan juga manusia yang berbahagia akan kekal di dalam surga selagi langit dan bumi masih ada, kecualia apa yang di kehendaki oleh Tuhan pula.
Ketiga ayat ini juga sebetulnya telah lama menjadi perbincangan hangat di kalangan para ulama, mengingat di dalam ayat-ayat yang lain ada juga yang menerangkan bahwa mereka yang masuk neraka akan kekal di dalamnya untuk selamanya dan tidak akan pernah keluar lagi. Perbincangan terus melebar pada apakah mereka yang kekal di neraka itu dulu sewaktu hidup di dunia sama sekali tidak punya jasa baik, sehingga tiada ampun baginya keluar dari neraka? Lalu bagaimana dengan mereka yang tidak berpegang dengan tali Islam, yang tidak percaya pada Tuhan Allah, Nabi Muhammad Saaw maupun al-Quran? Padahal barangkali saja mereka tidak memeluk Islam karena belum ada keterangan yang nyata yang datang kepada mereka. Adapula yang merangkai-rangkaikan hal neraka dan surga dengan urusan takdir.
Sesungguhnya, apa pentingnya bagi Tuhan mentakdirkan seorang manusia, dari sejak lahir ke dunia tidak menerima keterangan sama sekali tentang Islam, padahal selama hidup dia banyak berbuat baik, tetapi karena dia tidak Islam dia wajib masuk neraka dan kekal selama-lamanya di dalamnya tiada berujung? Padahal di dalam al-Quran pula di temukan ayat bahwa Tuhan mewajibkan pada dirinya sendiri untuk memberi rahmat pada hamba-hambaNya dan bersifat Rahman dan Rahim?
Di dalam ketiga ayat itu di temukanlah kata-kata penting untuk membuka hati dan fikiran ya'ni firmanNya: kecuali apa yang di kehendaki oleh Tuhan, penting juga di ketengahkan ujung ayat 128 al-An'am bahwa Tuhan mempunyai sifat yang Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui dan pada ujung surah Hud 107 di firmankan pula bahwa Tuhan Maha berkuasa berbuat apa yang Dia kehendaki.
Dalam sebuah Hadits riwayat Abu Nadhrah dia menerima dari Jabir bin Abdullah ra, bahwa ketika membicarakan surah Hud ayat 107, "kecuali apa yang di kehendaki oleh Tuhanmu, sesungguhnya Tuhanmu Maha Kuasa Berbuat apa yang Dia kehendaki", bersabdalah Rasulullah Saaw: ayat ini telah memberi keputusan atas al-Quran betapa banyak ayat yang menerangkan kekal dalam neraka, maka dengan ayat 107 surah Hud inilah apa yang di maksud kekal itu.
Ada juga riwayat yang datang dari Umar bin Khathab, bahwa beliau berkata: meskipun penghuni neraka telah memenuhi neraka laksana pasir, namun pada suatu hari nanti mereka akan keluar juga dari dalamnya. Atau ada pula riwayat yang lebih jelas dari Abu Hirr: akan datang suatu hari tidak akan ada seorangpun yang akan tinggal di dalam neraka. Asy-sya'bi, seorang tabiin berkata pula: bahwa Jahannam itu sangat cepat penuh dan sangat cepat pula runtuhnya.
Ibnu al-Qayyim al-Jauziah, di dalam bukunya Hadi al-Arwah, setelah mengkaji masalah ini panjang lebar dan membawakan dalil dari berbagai macam fihak tentang kekal atau tidaknya manusia di dalam neraka, mengambil kesimpulan bahwa neraka itu pada ahirnya akan di tutup. Manusia akan masuk ke dalam neraka menurut kadar dosanya yang akan di bersihkan. Berapa lama manusia di dalamnya semua adalah ada pada ketentuan Tuhan. Ada yang kekal di dalamnya selama neraka masih ada. Dan ada pula yang tinggal dalam neraka beberapa Huqub (an-Naba ayat 23). Satu Huqub adalah 80 tahun, dan ada pula yang kurang dari itu. Kemudian neraka itu akan di hancurkan oleh Tuhan, karena menurut pendapat Ibnu Qayyim sifat yang pokok dari Tuhan adalah Rahmat, Kasih dan Sayang. Kalau Tuhan menyiksa hambaNya bukanlah karena benci atau dendam. Bahkan kata Ibnu Qayyim lagi, Tuhan tidak berkepentingan untuk menahan hambaNya meringkuk di dalam neraka untuk selamanya. Dia berkata lagi, tidak ada manusia yang tidak ada kebaikan sama sekali dalam jiwanya. Manusia hanya di hukum menurut kadar dosanya. Dosa yang paling besar akan di balas dengan kekal di dalam neraka selama neraka masih ada, setelah itu neraka di tutup, sebab keperluannya tidak ada lagi, seluruh mahluk telah di bersihkan dosanya, lalu datanglah ampunan Tuhan. Tuhan itu 'afuwwun, mah pemberi maaf pada seluruh hambaNya. Wallahu a'lam.
Ketiga ayat ini juga sebetulnya telah lama menjadi perbincangan hangat di kalangan para ulama, mengingat di dalam ayat-ayat yang lain ada juga yang menerangkan bahwa mereka yang masuk neraka akan kekal di dalamnya untuk selamanya dan tidak akan pernah keluar lagi. Perbincangan terus melebar pada apakah mereka yang kekal di neraka itu dulu sewaktu hidup di dunia sama sekali tidak punya jasa baik, sehingga tiada ampun baginya keluar dari neraka? Lalu bagaimana dengan mereka yang tidak berpegang dengan tali Islam, yang tidak percaya pada Tuhan Allah, Nabi Muhammad Saaw maupun al-Quran? Padahal barangkali saja mereka tidak memeluk Islam karena belum ada keterangan yang nyata yang datang kepada mereka. Adapula yang merangkai-rangkaikan hal neraka dan surga dengan urusan takdir.
Sesungguhnya, apa pentingnya bagi Tuhan mentakdirkan seorang manusia, dari sejak lahir ke dunia tidak menerima keterangan sama sekali tentang Islam, padahal selama hidup dia banyak berbuat baik, tetapi karena dia tidak Islam dia wajib masuk neraka dan kekal selama-lamanya di dalamnya tiada berujung? Padahal di dalam al-Quran pula di temukan ayat bahwa Tuhan mewajibkan pada dirinya sendiri untuk memberi rahmat pada hamba-hambaNya dan bersifat Rahman dan Rahim?
Di dalam ketiga ayat itu di temukanlah kata-kata penting untuk membuka hati dan fikiran ya'ni firmanNya: kecuali apa yang di kehendaki oleh Tuhan, penting juga di ketengahkan ujung ayat 128 al-An'am bahwa Tuhan mempunyai sifat yang Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui dan pada ujung surah Hud 107 di firmankan pula bahwa Tuhan Maha berkuasa berbuat apa yang Dia kehendaki.
Dalam sebuah Hadits riwayat Abu Nadhrah dia menerima dari Jabir bin Abdullah ra, bahwa ketika membicarakan surah Hud ayat 107, "kecuali apa yang di kehendaki oleh Tuhanmu, sesungguhnya Tuhanmu Maha Kuasa Berbuat apa yang Dia kehendaki", bersabdalah Rasulullah Saaw: ayat ini telah memberi keputusan atas al-Quran betapa banyak ayat yang menerangkan kekal dalam neraka, maka dengan ayat 107 surah Hud inilah apa yang di maksud kekal itu.
Ada juga riwayat yang datang dari Umar bin Khathab, bahwa beliau berkata: meskipun penghuni neraka telah memenuhi neraka laksana pasir, namun pada suatu hari nanti mereka akan keluar juga dari dalamnya. Atau ada pula riwayat yang lebih jelas dari Abu Hirr: akan datang suatu hari tidak akan ada seorangpun yang akan tinggal di dalam neraka. Asy-sya'bi, seorang tabiin berkata pula: bahwa Jahannam itu sangat cepat penuh dan sangat cepat pula runtuhnya.
Ibnu al-Qayyim al-Jauziah, di dalam bukunya Hadi al-Arwah, setelah mengkaji masalah ini panjang lebar dan membawakan dalil dari berbagai macam fihak tentang kekal atau tidaknya manusia di dalam neraka, mengambil kesimpulan bahwa neraka itu pada ahirnya akan di tutup. Manusia akan masuk ke dalam neraka menurut kadar dosanya yang akan di bersihkan. Berapa lama manusia di dalamnya semua adalah ada pada ketentuan Tuhan. Ada yang kekal di dalamnya selama neraka masih ada. Dan ada pula yang tinggal dalam neraka beberapa Huqub (an-Naba ayat 23). Satu Huqub adalah 80 tahun, dan ada pula yang kurang dari itu. Kemudian neraka itu akan di hancurkan oleh Tuhan, karena menurut pendapat Ibnu Qayyim sifat yang pokok dari Tuhan adalah Rahmat, Kasih dan Sayang. Kalau Tuhan menyiksa hambaNya bukanlah karena benci atau dendam. Bahkan kata Ibnu Qayyim lagi, Tuhan tidak berkepentingan untuk menahan hambaNya meringkuk di dalam neraka untuk selamanya. Dia berkata lagi, tidak ada manusia yang tidak ada kebaikan sama sekali dalam jiwanya. Manusia hanya di hukum menurut kadar dosanya. Dosa yang paling besar akan di balas dengan kekal di dalam neraka selama neraka masih ada, setelah itu neraka di tutup, sebab keperluannya tidak ada lagi, seluruh mahluk telah di bersihkan dosanya, lalu datanglah ampunan Tuhan. Tuhan itu 'afuwwun, mah pemberi maaf pada seluruh hambaNya. Wallahu a'lam.
Senin, 28 September 2009
Renungkanlah firman Tuhan ini wahai saudaraku
Dan janganlah kalian memaki apa yang mereka sembah selain Allah, sebab mereka akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa dasar pengetahuan (QS al-An'am 108).
Di dalam ayat ini Tuhan memberi peringatan terhadap kaum muslim, bahwa apapun yang di sembah oleh non muslim janganlah di caci maki, sebab ketika mereka telah panas hati akibat caci maki kita, niscaya mereka juga tiada segan akan balik mencaci maki Allah Tuhan kita. Lebih baik tunjukkan pada mereka alasan yang masuk akal bagaimana lemah dan buruknya menyembah selain Allah. Apapun bentuknya, caci maki tidaklah menjadikan keadaan bertambah baik, bahkan akan menjadi semakin carut marut. Jika mereka mencaci maki Allah karena membalas caci maki kita atas sesembahan mereka, justru kita akan berdosa, sebab kita lah yang memulai.
Di dalam bahasa Arab ada ungkapan: al-badi-u adzhlamu, yang memulai lebih dulu, dialah yang lebih dzhalim.
Di dalam ayat ini juga kita dapat mengambil pengertian bahwa caci maki yang timbul karena perbedaan pandangan dan pendirian lebih banyak di karenakan tiadanya pengetahuan pada mereka yang melakukannya. Ketika orang yang bodoh menendang kesana kemari, maka mereka yang punya pengetahuan memandangnya dengan senyum simpul.
Pelajaran yang kita ambil dari ayat ini seyogyanya kita kaitkan juga dengan sabda Rasul yang berbunyi: termasuk dosa yang sangat besar adalah seseorang yang mencerca ayah bundanya. Para sahabat bertanya: wahai Rasulullah, adakah orang yang mencerca ayahnya? Rasul menjawab: dia memaki ayah seseorang, kemudian orang itu memaki ayahnya pula. Di makinya ibunya, diapun balas memaki ibunya pula.
Orang Islam terikat dengan larangan keras ini, hususnya jika berhadapan dengan mereka yang beragama Nasrani. Terkadang di dalam perdebatan yang acapkali terjadi, orang-orang Nasrani tiada segan untuk menyakiti hati kaum muslim dengan mengatakan Nabi Muhammad Saaw adalah Nabi palsu, Nabi pengumbar syahwat, Nabi pedophilia, menyebarkan Islam dengan kilatan cahaya pedang, dan kata-kata yang lebih sadis dari itu semua, sebagaimana yang pernah saya alami sendiri ketika ikut chating di forum Islam-Kristen. Betapa sakitnya hati saya mendengar kata-kata mereka, namun ketika saya hendak membalas mereka dengan memaki al-Masih, sudah pasti sayapun akan keluar dari Islam. Sebab, al-Masih yang mereka anggap sebagai Tuhan itu sesungguhnya adalah Nabi yang patut di imani dan di muliakan oleh orang Islam. Membalas caci maki mereka terhadap Nabi Muhammad Saaw dengan memaki al-Masih adalah dosa besar, apa lagi jika kita yang memulai memaki al-Masih, kemudian mereka balas lagi dengan memaki Nabi Saaw, alangkah berlipat dosa-dosa itu, yang semuanya adalah dosa besar. Dosa pertama adalah memaki al-Masih dan dosa kedua menyebabkan orang memaki Nabi suci Muhammad Saaw.
Sesungguhnya, jika orang Islam berpegang teguh pada agamanya, kecil kemungkinan akan terjadi perbantahan yang mengakibatkan timbulnya caci memaki. Ayat di atas menegaskan bahwa timbulnya pertengkaran di sebabkan tidak adanya pengetahuan. Pepatah mengatakan: jika isi otak tidak ada, padahal mulut ingin bicara, maka yang terjadi isi usus yang di keluarkan. Begitu juga dengan orang Kristen yang betul memegang teguh agamanya, mereka tidak mungkin akan mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan hati, kebohongan maupun makian terhadap orang yang tidak seagama dengan mereka, sebab di dalam Injil di katakan: kasihanilah musuhmu, atau, jika pipi kananmu di tampar, berilah pula pipi kirimu.
Salam damai penuh cinta.
Cirebon 26 September 2009
Di dalam ayat ini Tuhan memberi peringatan terhadap kaum muslim, bahwa apapun yang di sembah oleh non muslim janganlah di caci maki, sebab ketika mereka telah panas hati akibat caci maki kita, niscaya mereka juga tiada segan akan balik mencaci maki Allah Tuhan kita. Lebih baik tunjukkan pada mereka alasan yang masuk akal bagaimana lemah dan buruknya menyembah selain Allah. Apapun bentuknya, caci maki tidaklah menjadikan keadaan bertambah baik, bahkan akan menjadi semakin carut marut. Jika mereka mencaci maki Allah karena membalas caci maki kita atas sesembahan mereka, justru kita akan berdosa, sebab kita lah yang memulai.
Di dalam bahasa Arab ada ungkapan: al-badi-u adzhlamu, yang memulai lebih dulu, dialah yang lebih dzhalim.
Di dalam ayat ini juga kita dapat mengambil pengertian bahwa caci maki yang timbul karena perbedaan pandangan dan pendirian lebih banyak di karenakan tiadanya pengetahuan pada mereka yang melakukannya. Ketika orang yang bodoh menendang kesana kemari, maka mereka yang punya pengetahuan memandangnya dengan senyum simpul.
Pelajaran yang kita ambil dari ayat ini seyogyanya kita kaitkan juga dengan sabda Rasul yang berbunyi: termasuk dosa yang sangat besar adalah seseorang yang mencerca ayah bundanya. Para sahabat bertanya: wahai Rasulullah, adakah orang yang mencerca ayahnya? Rasul menjawab: dia memaki ayah seseorang, kemudian orang itu memaki ayahnya pula. Di makinya ibunya, diapun balas memaki ibunya pula.
Orang Islam terikat dengan larangan keras ini, hususnya jika berhadapan dengan mereka yang beragama Nasrani. Terkadang di dalam perdebatan yang acapkali terjadi, orang-orang Nasrani tiada segan untuk menyakiti hati kaum muslim dengan mengatakan Nabi Muhammad Saaw adalah Nabi palsu, Nabi pengumbar syahwat, Nabi pedophilia, menyebarkan Islam dengan kilatan cahaya pedang, dan kata-kata yang lebih sadis dari itu semua, sebagaimana yang pernah saya alami sendiri ketika ikut chating di forum Islam-Kristen. Betapa sakitnya hati saya mendengar kata-kata mereka, namun ketika saya hendak membalas mereka dengan memaki al-Masih, sudah pasti sayapun akan keluar dari Islam. Sebab, al-Masih yang mereka anggap sebagai Tuhan itu sesungguhnya adalah Nabi yang patut di imani dan di muliakan oleh orang Islam. Membalas caci maki mereka terhadap Nabi Muhammad Saaw dengan memaki al-Masih adalah dosa besar, apa lagi jika kita yang memulai memaki al-Masih, kemudian mereka balas lagi dengan memaki Nabi Saaw, alangkah berlipat dosa-dosa itu, yang semuanya adalah dosa besar. Dosa pertama adalah memaki al-Masih dan dosa kedua menyebabkan orang memaki Nabi suci Muhammad Saaw.
Sesungguhnya, jika orang Islam berpegang teguh pada agamanya, kecil kemungkinan akan terjadi perbantahan yang mengakibatkan timbulnya caci memaki. Ayat di atas menegaskan bahwa timbulnya pertengkaran di sebabkan tidak adanya pengetahuan. Pepatah mengatakan: jika isi otak tidak ada, padahal mulut ingin bicara, maka yang terjadi isi usus yang di keluarkan. Begitu juga dengan orang Kristen yang betul memegang teguh agamanya, mereka tidak mungkin akan mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan hati, kebohongan maupun makian terhadap orang yang tidak seagama dengan mereka, sebab di dalam Injil di katakan: kasihanilah musuhmu, atau, jika pipi kananmu di tampar, berilah pula pipi kirimu.
Salam damai penuh cinta.
Cirebon 26 September 2009
Selasa, 04 Agustus 2009
Nyadar sedikit kek
Manusia berkata: aku sangat kaya, aku punya seribu pesawat, yang bisa di terbangkan dalam satu waktu mengitari tujuh petala langit, berputak balik diantara venus, mars dan pluto.
Cicak menyahut: meski satu juta pesawat kau miliki, jika masih berputar-putar di sekitar langit Tuhan, tetap saja engkau adalah miskin! Bisakah kau, dengan kekayaanmu, mencipta langit sendiri?
Manusia berkata: aku sangat pandai, aku tahu segala sesuatu, dari yang paling kecil sampai yang paling besar, segala ilmu yang pernah ada di dunia, aku kuasai.
Kadal menyahut: wah, hebat sekali ya, tapi, bisa tidakkah engkau berbicara dengan aku, dengan menggunakan sepatah dua patah kata bahasa kami (kadal), agar sempurna di mata kami kepandaian yang engkau miliki?
Manusia berkata: aku sangat kuat, sehingga jika aku ingin, gunung yang tinggi menjulang itu, akan aku robohkan hanya dengan hentakan satu kaki.
Tikus menyahut: masyaAllah, ajaib, ajaib, jika gunung yang begitu kokoh, runtuh hanya dengan hentakan satu kaki, betapa pula aku yang ringkih ini, satu kilatan tatap matamu tentu bisa membuat aku hancur berkeping. Tapi, dapatkah aku terus mempercayaimu sahabat, sebelum aku tahu bahwa dengan kekuatanmu pula kau akan sanggup menepis tangan-tangan Izrail?
Manusia berkata: aku dokter yang sangat ahli, telah terselamatkan olehku sejuta nyawa, dan telah terkuak olehku ribuan misteri penyakit.
Kremeki menyahut: omonganmu membuat aku tertawa wahai dokter! Aku gumun dengan pengakuanmu, bukankah saat masjid minggu kemarin mengumumkan kematian manusia, itu adalah ibumu?
Manusia berkata: aku sangat berkuasa, tapak kakiku menghunjam dari ujung bumi ke ujung laut, hingga tidak ada satu jengkal tanah dan segayung air pun yang luput dari kekuasaanku.
Kuda nil menyahut: halah brakapataula, kemarin engkau berkata seperti itu, sekarangpun begitu, dan besokpun akan sama, ayo buktikan kekuasaanmu pada laut yang menggulung mengamuk menyunami, buktikan kekuasaanmu pada bumi kerontang mengering membakar.
Manusia berkata: aku adalah manusia terpandang, anak dari bangsawan putra dari ulama, pada setiap nadiku berbalur darah biru tua, lihatlah jika aku berjalan, mereka yang gembel itu menghaturkan sujud sembah di hadapan kemuliaanku di sepanjang perjalanan zaman.
Kecoa menyahut sinis: harakadubrak, sombongnya dirimu le le, tidak tahukah kau perihal al-Masih? Ribuan, bahkan jutaan manusia menganggapnya sebagai putra Tuhan, puncak dari kesempurnaan segala kemuliaan. Apakah terbetik pada hatinya sedikit rasa bangga karenanya? Tidak!! Bahkan dalam salah satu sabdanya, sekalipun dia memiliki hati yang pengasih, dia bertekad akan menyeret mereka yang menganggap dirinya sebagai putra Tuhan, di hadapan pengadilan Tuhan yang maha tinggi. Hai, di mana posisi kemuliaan dirimu di banding kemuliaan al-Masih? Betapapun menjulangnya kemuliaanmu di mataku, jika di banding dengan kemuliaan al-Masih, tetap saja engkau penaka gembel. Apatah lagi jika di banding kemuliaan Tuhan!
Raja Nangun 31 Juli 2009
Cicak menyahut: meski satu juta pesawat kau miliki, jika masih berputar-putar di sekitar langit Tuhan, tetap saja engkau adalah miskin! Bisakah kau, dengan kekayaanmu, mencipta langit sendiri?
Manusia berkata: aku sangat pandai, aku tahu segala sesuatu, dari yang paling kecil sampai yang paling besar, segala ilmu yang pernah ada di dunia, aku kuasai.
Kadal menyahut: wah, hebat sekali ya, tapi, bisa tidakkah engkau berbicara dengan aku, dengan menggunakan sepatah dua patah kata bahasa kami (kadal), agar sempurna di mata kami kepandaian yang engkau miliki?
Manusia berkata: aku sangat kuat, sehingga jika aku ingin, gunung yang tinggi menjulang itu, akan aku robohkan hanya dengan hentakan satu kaki.
Tikus menyahut: masyaAllah, ajaib, ajaib, jika gunung yang begitu kokoh, runtuh hanya dengan hentakan satu kaki, betapa pula aku yang ringkih ini, satu kilatan tatap matamu tentu bisa membuat aku hancur berkeping. Tapi, dapatkah aku terus mempercayaimu sahabat, sebelum aku tahu bahwa dengan kekuatanmu pula kau akan sanggup menepis tangan-tangan Izrail?
Manusia berkata: aku dokter yang sangat ahli, telah terselamatkan olehku sejuta nyawa, dan telah terkuak olehku ribuan misteri penyakit.
Kremeki menyahut: omonganmu membuat aku tertawa wahai dokter! Aku gumun dengan pengakuanmu, bukankah saat masjid minggu kemarin mengumumkan kematian manusia, itu adalah ibumu?
Manusia berkata: aku sangat berkuasa, tapak kakiku menghunjam dari ujung bumi ke ujung laut, hingga tidak ada satu jengkal tanah dan segayung air pun yang luput dari kekuasaanku.
Kuda nil menyahut: halah brakapataula, kemarin engkau berkata seperti itu, sekarangpun begitu, dan besokpun akan sama, ayo buktikan kekuasaanmu pada laut yang menggulung mengamuk menyunami, buktikan kekuasaanmu pada bumi kerontang mengering membakar.
Manusia berkata: aku adalah manusia terpandang, anak dari bangsawan putra dari ulama, pada setiap nadiku berbalur darah biru tua, lihatlah jika aku berjalan, mereka yang gembel itu menghaturkan sujud sembah di hadapan kemuliaanku di sepanjang perjalanan zaman.
Kecoa menyahut sinis: harakadubrak, sombongnya dirimu le le, tidak tahukah kau perihal al-Masih? Ribuan, bahkan jutaan manusia menganggapnya sebagai putra Tuhan, puncak dari kesempurnaan segala kemuliaan. Apakah terbetik pada hatinya sedikit rasa bangga karenanya? Tidak!! Bahkan dalam salah satu sabdanya, sekalipun dia memiliki hati yang pengasih, dia bertekad akan menyeret mereka yang menganggap dirinya sebagai putra Tuhan, di hadapan pengadilan Tuhan yang maha tinggi. Hai, di mana posisi kemuliaan dirimu di banding kemuliaan al-Masih? Betapapun menjulangnya kemuliaanmu di mataku, jika di banding dengan kemuliaan al-Masih, tetap saja engkau penaka gembel. Apatah lagi jika di banding kemuliaan Tuhan!
Raja Nangun 31 Juli 2009
Firman Tuhan, sabda Nabi, dan teriakan Syetan
Daripada mikir yang bukan-bukan lebih baik menulis, daripada mikir yang jorok-jorok lebih baik menulis, daripada jenuh melewati malam dalam kesendirian lebih baik menulis; meski sengawur apapun dan se-ndluya apapun.
Telah lelah mata saya melihat Valentino Rossi berpacu di sirkuit (lupa namanya), telah lelah juga mata saya melihat pemain-pemain MU bertanding memperebutkan satu bola dengan para pemain mata sipit, dengan hasil ahir yang tidak penting. Setelah lelah melihat tv, lalu saya lanjutkan dengan membaca; saya baca majalah Hidayah, majalah Misteri, majalah Kartini, majalah Taqwa, buku Tolonglah Agama Allah, dan tiada ketinggalan buku masakan untuk menu esokpun saya baca, hingga pada ahirnya mata benar-benar muak di buatnya.
Ok lah,. mengapa kok firman Tuhan, mengapa kok sabda Rasul, dan mengapa kok teriakan Syetan? Bukan apa-apa, saya fikir dari tiga sumber itulah segala bentuk suara yang bergeremang di alam dunia ini bermuara, suara-suara keindahan, kebaikan, kebenaran, kejujuran dsb bisa di muarakan pada suara Tuhan, darimanapun ia datangnya, adapun sabda Rasul saya sertakan juga, karena saya fikir juga, beliau adalah manusia yang sama dengan manusia pada umumnya, namun, memiliki nilai moral yang paling tinggi dari manusia jenis apapun, serta beliau merupakan manusia yang memiliki suara paling persis dengan suara-suara kebenaran Tuhan, di belakangnya bisa suara Yesus-kah, Musa-kah, Daud-kah atau siapa lagi kah terserahlah. Di bagian terpisah, tiada dapat di pungkiri adanya suara lain yang bersebebrangan secara frontal dengan suara kebenaran Tuhan, lebih pas di katakan bukan sebagai suara biasa, melainkan teriakan, yaitu; teriakan Syetan.
Suara kebenaran Tuhan bisa kita dengar di manapun tempat, meskipun di tempat-tempat yang di anggap tidak layak sekalipun, dan keluar dari mulut siapapun, sebagaimana teriakan Syetan bisa juga terdengar dari tempat yang di anggap terhormat, atau dalam perdebatan-perdebatan yang me-nopikkan agama sebagai inti masalahnya dan si peneriaknya berjubah putih dengan sorban sembilan lapis.
Lazimnya suara kebenaran Tuhan, ia akan terdengar syahdu, merdu, penuh kedamaian dan membikin tentram, sekalipun topiknya adalah neraka, jihad, poligami dst dst. Tetapi, teriakan Syetan bagaimanapun juga akan membikin pekak telinga, hati resah, dan jiwa teriris meskipun topik masalah yang di bicarakan adalah shalat, zakat, haji dst dst.
Manusia dengan segala bentuknya, di persilahkan untuk menjadikan mulutnya, sebagai saluran dari suara jenis apapun, dengan resiko yang pasti akan di terimanya sendiri suatu hari nanti. Ada yang berkata: saya suka firman Tuhan dan sabda Rasulnya serta suara-suara hikmah lainnya, agar berlabuh untuk sementara di kerongkongan saya, sebelum di salurkan melalui mulut saya pada khalayak manusia. Ya silahkan saja. Yang lain barangkali juga berkata, biarlah dengan senang hati saya akan menjadikan mulut saya sebagai sumber dari segala teriakan Syetan. Ya monggo-monggo saja juga kok. Yang jelas, suara-suara itu akan silih berganti datang merayu hasrat bicara lidah manusia, sampai manusia benar-benar tidak lagi bisa untuk bicara apapun, mulutnya kelu, tubuhnya kaku, dingin membeku, terbaring di bawah debu, di temani ulat bulu dalam kondisi penuh harubiru.
Lihatlah, janji untuk menulis ngawur sudah saya tepati!
Saya ingin ralat tulisan pembuka di atas seharusnya begini; daripada nulis ngawur, sebenarnya lebih baik tidur, namun, sayang sudah terlanjur. Tidurnya nanti besok saja, sampai dzhuhur.
Kaki Ciremai, 27 Juli 2009
Telah lelah mata saya melihat Valentino Rossi berpacu di sirkuit (lupa namanya), telah lelah juga mata saya melihat pemain-pemain MU bertanding memperebutkan satu bola dengan para pemain mata sipit, dengan hasil ahir yang tidak penting. Setelah lelah melihat tv, lalu saya lanjutkan dengan membaca; saya baca majalah Hidayah, majalah Misteri, majalah Kartini, majalah Taqwa, buku Tolonglah Agama Allah, dan tiada ketinggalan buku masakan untuk menu esokpun saya baca, hingga pada ahirnya mata benar-benar muak di buatnya.
Ok lah,. mengapa kok firman Tuhan, mengapa kok sabda Rasul, dan mengapa kok teriakan Syetan? Bukan apa-apa, saya fikir dari tiga sumber itulah segala bentuk suara yang bergeremang di alam dunia ini bermuara, suara-suara keindahan, kebaikan, kebenaran, kejujuran dsb bisa di muarakan pada suara Tuhan, darimanapun ia datangnya, adapun sabda Rasul saya sertakan juga, karena saya fikir juga, beliau adalah manusia yang sama dengan manusia pada umumnya, namun, memiliki nilai moral yang paling tinggi dari manusia jenis apapun, serta beliau merupakan manusia yang memiliki suara paling persis dengan suara-suara kebenaran Tuhan, di belakangnya bisa suara Yesus-kah, Musa-kah, Daud-kah atau siapa lagi kah terserahlah. Di bagian terpisah, tiada dapat di pungkiri adanya suara lain yang bersebebrangan secara frontal dengan suara kebenaran Tuhan, lebih pas di katakan bukan sebagai suara biasa, melainkan teriakan, yaitu; teriakan Syetan.
Suara kebenaran Tuhan bisa kita dengar di manapun tempat, meskipun di tempat-tempat yang di anggap tidak layak sekalipun, dan keluar dari mulut siapapun, sebagaimana teriakan Syetan bisa juga terdengar dari tempat yang di anggap terhormat, atau dalam perdebatan-perdebatan yang me-nopikkan agama sebagai inti masalahnya dan si peneriaknya berjubah putih dengan sorban sembilan lapis.
Lazimnya suara kebenaran Tuhan, ia akan terdengar syahdu, merdu, penuh kedamaian dan membikin tentram, sekalipun topiknya adalah neraka, jihad, poligami dst dst. Tetapi, teriakan Syetan bagaimanapun juga akan membikin pekak telinga, hati resah, dan jiwa teriris meskipun topik masalah yang di bicarakan adalah shalat, zakat, haji dst dst.
Manusia dengan segala bentuknya, di persilahkan untuk menjadikan mulutnya, sebagai saluran dari suara jenis apapun, dengan resiko yang pasti akan di terimanya sendiri suatu hari nanti. Ada yang berkata: saya suka firman Tuhan dan sabda Rasulnya serta suara-suara hikmah lainnya, agar berlabuh untuk sementara di kerongkongan saya, sebelum di salurkan melalui mulut saya pada khalayak manusia. Ya silahkan saja. Yang lain barangkali juga berkata, biarlah dengan senang hati saya akan menjadikan mulut saya sebagai sumber dari segala teriakan Syetan. Ya monggo-monggo saja juga kok. Yang jelas, suara-suara itu akan silih berganti datang merayu hasrat bicara lidah manusia, sampai manusia benar-benar tidak lagi bisa untuk bicara apapun, mulutnya kelu, tubuhnya kaku, dingin membeku, terbaring di bawah debu, di temani ulat bulu dalam kondisi penuh harubiru.
Lihatlah, janji untuk menulis ngawur sudah saya tepati!
Saya ingin ralat tulisan pembuka di atas seharusnya begini; daripada nulis ngawur, sebenarnya lebih baik tidur, namun, sayang sudah terlanjur. Tidurnya nanti besok saja, sampai dzhuhur.
Kaki Ciremai, 27 Juli 2009
Keniscayaan maut
Tak gendong kemana-kemana; alunan lagu itu tidak akan mungkin terdengar lagi dari mulut penyanyinya, hari ini dan selanjutnya. Kini, pelantun tembang itu telah mengikuti jejak manusia lain yang juga berprofesi sebagai penyanyi, yang gaungnya lebih besar menyentak seantero dunia, Michael Jackson.
Manusia, dengan kedebeg (tingkah polah) yang bagaimanapun juga --dia manusia besar, manusia terkenal, manusia kaya, raja diraja- pada ahirnya akan terbujur kaku juga, dingin membeku, setelah itu akan di masukkan ke dalam debu, dalam keterasingan yang mencekam dan kegundahan yang tiada tepermanai.
Iskandar Dzu al-Qarnain, penguasa jagat yang namanya tercantum dalam al-Quran, adalah raja yang agung, daerah timur, barat, selatan dan utara tidak luput dari tapak kekuasaannya. Sehingga sampailah kekuasaanya di sebuah negeri yang bahasa penduduknya tidak di mengerti oleh dirinya, selain dia juga dapat mengusai daerah yang matahari seolah tenggelam di dalam lumpur yang hitam pekat, maupun negeri yang berbatasan dengan kekuasaan Ya'juj Ma'juj (Gog Magog).
Nama Dzu al-Qarnain demikian masyhur menjadi pembicaraan orang-orang sesudahnya di segala pergantian zaman, betapa hebat dan menakjubkan kedebegnya ketika dia hidup.
Namun, apa yang di wasiatkannya pada keluarga dan prajuritnya, ketika ajal hendak mencengkeramnya? Dzu al-Qarnain berpesan, agar jika kematiannya tiba, sebelum dirinya di kuburkan, terlebih dahulu di arak mengelilingi negeri-negeri yang pernah di taklukannya, agar di persaksikan oleh segenap penduduk bumi bahwa sebesar apapun Dzu al-Qarnain pada ahirnya tidak berdaya dalam menghadapi taring kematian.
Sungguh sayang, meski kematian sering terjadi di sekitar kita, dan bahkan kita kadang ikut terlibat dalam prosesinya, namun pelajaran yang semestinya dapat kita ambil sering terbuang percuma, betapa bodoh dan jahilnya hati kita yang tidak bisa bergetar, dan diri yang tidak memiliki kewaspadaan bahwa kematian tak lepas mengintai kita pula. Di setiap waktu dan kerdipan mata. Seoalah kata "kematian" tak beranonim dan kita mengira bahwa hidup akan abadi, hingga tanpa sadar, kematian telah menyeret kita ke liang kubur.
A fa min hadza al-haditsi ta'jabun? Wa tadh-hakuna wa la tabkun? Wa antum samidun? Fasjudu li-Lahi wa'budu. Maka, apakah kamu merasa heran dengan berita ini? Dan kamu terus tertawa, tidak menangis? Sedang, kamu selalu lalai? Maka, bersujudlah pada Tuhan, dan sembahlah dia (QS an-Najm 59-62).
Cirebon 4 Agustus 2009
Manusia, dengan kedebeg (tingkah polah) yang bagaimanapun juga --dia manusia besar, manusia terkenal, manusia kaya, raja diraja- pada ahirnya akan terbujur kaku juga, dingin membeku, setelah itu akan di masukkan ke dalam debu, dalam keterasingan yang mencekam dan kegundahan yang tiada tepermanai.
Iskandar Dzu al-Qarnain, penguasa jagat yang namanya tercantum dalam al-Quran, adalah raja yang agung, daerah timur, barat, selatan dan utara tidak luput dari tapak kekuasaannya. Sehingga sampailah kekuasaanya di sebuah negeri yang bahasa penduduknya tidak di mengerti oleh dirinya, selain dia juga dapat mengusai daerah yang matahari seolah tenggelam di dalam lumpur yang hitam pekat, maupun negeri yang berbatasan dengan kekuasaan Ya'juj Ma'juj (Gog Magog).
Nama Dzu al-Qarnain demikian masyhur menjadi pembicaraan orang-orang sesudahnya di segala pergantian zaman, betapa hebat dan menakjubkan kedebegnya ketika dia hidup.
Namun, apa yang di wasiatkannya pada keluarga dan prajuritnya, ketika ajal hendak mencengkeramnya? Dzu al-Qarnain berpesan, agar jika kematiannya tiba, sebelum dirinya di kuburkan, terlebih dahulu di arak mengelilingi negeri-negeri yang pernah di taklukannya, agar di persaksikan oleh segenap penduduk bumi bahwa sebesar apapun Dzu al-Qarnain pada ahirnya tidak berdaya dalam menghadapi taring kematian.
Sungguh sayang, meski kematian sering terjadi di sekitar kita, dan bahkan kita kadang ikut terlibat dalam prosesinya, namun pelajaran yang semestinya dapat kita ambil sering terbuang percuma, betapa bodoh dan jahilnya hati kita yang tidak bisa bergetar, dan diri yang tidak memiliki kewaspadaan bahwa kematian tak lepas mengintai kita pula. Di setiap waktu dan kerdipan mata. Seoalah kata "kematian" tak beranonim dan kita mengira bahwa hidup akan abadi, hingga tanpa sadar, kematian telah menyeret kita ke liang kubur.
A fa min hadza al-haditsi ta'jabun? Wa tadh-hakuna wa la tabkun? Wa antum samidun? Fasjudu li-Lahi wa'budu. Maka, apakah kamu merasa heran dengan berita ini? Dan kamu terus tertawa, tidak menangis? Sedang, kamu selalu lalai? Maka, bersujudlah pada Tuhan, dan sembahlah dia (QS an-Najm 59-62).
Cirebon 4 Agustus 2009
Selasa, 14 Juli 2009
Dari tanah dan airlah manusia tercipta
Al-Quran menyebutkan tentang kejadian manusia dari tanah, dari tanah liat, dari tanah yang berbau, dari tanah tembikar, dari air, dari air yang hina, dari air yang terpancar dan lain-lain. Tidakkah ini berarti bahwa al-Quran ragu akan dirinya sendiri tentang ihwal penciptaan manusia?
Oh tidak, al-Quran tidak akan ragu dan tidak akan pernah ragu akan dirinya. Dalam ayat-ayat tentang penciptaan manusia, al-Quran menjelaskan adanya dua jenis penciptaan: 1. Dari tanah dan 2. Dari air.
Semua ayat yang menjelaskan kejadian manusia dari tanah, dari tanah liat, dari tembikar dan lainnya, adalah merujuk kepada awal mula kejadian Adam. Manusia pertama, atau Abu al-Basyar.
Adapun ayat-ayat yang mengenai kejadian manusia dari air, dari air yang hina, dari air yang terpancar dan lainnya, merujuk kepada anak manusia keturunan Adam.
Apapun jenis tanahnya; tanah liatkah, tanah tembikar, tanah berbau, semuanya tidak keluar dari intinya, ya'ni tanah. Begitu juga, apapun jenis airnya; air mani, air hina, air yang memancar, intinya adalah air. Istilah boleh berbeda tetapi maksudnya adalah satu.
Ayat-ayat yang menjelaskan manusia tercipta dari tanah adalah ada pada surah: Ali 'Imran 59, al-An'am 2, al-A'raf 12, al-Hijr 26, 28 dan 33, al-Mu'minun 12, as-Sajdah 7, ash-Shaffat 11, Shad 71, ar-Rahman 14.
Adapun ayat yang menjelaskan manusia tercipta dari air terdapat dalam surah: al-Anbiya' 30, al-Nur 45, al-Furqan 54, as-Sajdah 8, al-Mursalat 20, dan al-Thariq
KOMENTAR TEMAN:
Mochammad Nurhidayat pada 14 Juli 13:54
betul sekali tanah kaya akan unsur hara (karbon, oksigen, hidrogen, natrium, fosfor, calium, magnesium dll) yang diperlukan tubuh. mineral dan protein terkandung didalamnya, yg dibutuhkan mahluk hidup, penciptaan awal tubuh manusia banyak terkandung unsur tersebut, artinya Allah menciptakan dr intisari alam disekeliling manusia mmg direncanakan untuk mengelola alam sekeliling, mengetahui sesuatu yg jauh sblmnya. kemudian kan turunanya Adam dgn gen yg ada prosesnya lebih sederhana yaitu dari ai
Mochammad Nurhidayat pada 14 Juli 14:17
artinya prototipe yang sudah diciptakan Allah tsb, turunannya lebih gampang karena Allah dah ciptakan Adam n Hawa, dan adilnya Allah untuk kelanjutan keturunannya manusianya yang disuruh bergerak melalui air dari Adam dan Hawa yang secara otomatis bisa saling membuahi, yg ada sisi ibadah, ihtiar pd proses kejadian, jadi ketetapan Allah dah di putuskan sebelumnya untuk berketurunan
Fathun Qorib pada 14 Juli 14:40
Tanah dan air juga menjadi unsur yang penting bagi kelangsungan hdup manusia slanjutnya.
Saif Ibnu Shina
Saif Ibnu Shina pada 14 Juli 15:04
Pasti pren,di dlm alquran nda ada keraguan karena itu firman Allah swt yg mencipta segala sesuatu.
Fatur Rafael pada 14 Juli 15:43
@mas Nurhidayat: makasih mas atas tambahan infonya. Sy jg pernah mendengar seorang ustadz berceramah, Allah menciptakan berbagai macam tanaman utk di jadikan unsur2 yg di perlukan dalam tubuh manusia, akar2 tanaman tsb menyerap zat2 dr dlm tanah utk di rubah menjadi berbagai macam makanan yg di konsumsi manusia, jadi sebenarnya tubuh manusia terdiri dr berbagai macam saripati tanah. Saripati itu lalu di jadikan sbg sperma yg di tersimpan dlm organ reproduksi laki2 maupun ovum yg merupakan organ reproduksi wanita... FatabaraKa Allahu ahsan al-khaliqîn...
Fatur Rafael pada 14 Juli 15:47
@mas Fath: betul sekali, manusia yg tercipta dr tanah dan air ini sangat bergantung kepada keduanya utk keberlangsungan hidupnya selama di dunia....
Fatur Rafael pada 14 Juli 15:52
@bro Saif: jikapun tampak ada pertentangan dlm al-Quran itu hanya karena akal kita saja yg lemah dlm identifikasi terhadap dzahir ayat2 yg ada... Tp selamanya pasti akan ada manusia yg di beri kelebihan oleh Tuhan utk menjelaskan ayat2nya secara benar pada manusia lain...
Oh tidak, al-Quran tidak akan ragu dan tidak akan pernah ragu akan dirinya. Dalam ayat-ayat tentang penciptaan manusia, al-Quran menjelaskan adanya dua jenis penciptaan: 1. Dari tanah dan 2. Dari air.
Semua ayat yang menjelaskan kejadian manusia dari tanah, dari tanah liat, dari tembikar dan lainnya, adalah merujuk kepada awal mula kejadian Adam. Manusia pertama, atau Abu al-Basyar.
Adapun ayat-ayat yang mengenai kejadian manusia dari air, dari air yang hina, dari air yang terpancar dan lainnya, merujuk kepada anak manusia keturunan Adam.
Apapun jenis tanahnya; tanah liatkah, tanah tembikar, tanah berbau, semuanya tidak keluar dari intinya, ya'ni tanah. Begitu juga, apapun jenis airnya; air mani, air hina, air yang memancar, intinya adalah air. Istilah boleh berbeda tetapi maksudnya adalah satu.
Ayat-ayat yang menjelaskan manusia tercipta dari tanah adalah ada pada surah: Ali 'Imran 59, al-An'am 2, al-A'raf 12, al-Hijr 26, 28 dan 33, al-Mu'minun 12, as-Sajdah 7, ash-Shaffat 11, Shad 71, ar-Rahman 14.
Adapun ayat yang menjelaskan manusia tercipta dari air terdapat dalam surah: al-Anbiya' 30, al-Nur 45, al-Furqan 54, as-Sajdah 8, al-Mursalat 20, dan al-Thariq
KOMENTAR TEMAN:
Mochammad Nurhidayat pada 14 Juli 13:54
betul sekali tanah kaya akan unsur hara (karbon, oksigen, hidrogen, natrium, fosfor, calium, magnesium dll) yang diperlukan tubuh. mineral dan protein terkandung didalamnya, yg dibutuhkan mahluk hidup, penciptaan awal tubuh manusia banyak terkandung unsur tersebut, artinya Allah menciptakan dr intisari alam disekeliling manusia mmg direncanakan untuk mengelola alam sekeliling, mengetahui sesuatu yg jauh sblmnya. kemudian kan turunanya Adam dgn gen yg ada prosesnya lebih sederhana yaitu dari ai
Mochammad Nurhidayat pada 14 Juli 14:17
artinya prototipe yang sudah diciptakan Allah tsb, turunannya lebih gampang karena Allah dah ciptakan Adam n Hawa, dan adilnya Allah untuk kelanjutan keturunannya manusianya yang disuruh bergerak melalui air dari Adam dan Hawa yang secara otomatis bisa saling membuahi, yg ada sisi ibadah, ihtiar pd proses kejadian, jadi ketetapan Allah dah di putuskan sebelumnya untuk berketurunan
Fathun Qorib pada 14 Juli 14:40
Tanah dan air juga menjadi unsur yang penting bagi kelangsungan hdup manusia slanjutnya.
Saif Ibnu Shina
Saif Ibnu Shina pada 14 Juli 15:04
Pasti pren,di dlm alquran nda ada keraguan karena itu firman Allah swt yg mencipta segala sesuatu.
Fatur Rafael pada 14 Juli 15:43
@mas Nurhidayat: makasih mas atas tambahan infonya. Sy jg pernah mendengar seorang ustadz berceramah, Allah menciptakan berbagai macam tanaman utk di jadikan unsur2 yg di perlukan dalam tubuh manusia, akar2 tanaman tsb menyerap zat2 dr dlm tanah utk di rubah menjadi berbagai macam makanan yg di konsumsi manusia, jadi sebenarnya tubuh manusia terdiri dr berbagai macam saripati tanah. Saripati itu lalu di jadikan sbg sperma yg di tersimpan dlm organ reproduksi laki2 maupun ovum yg merupakan organ reproduksi wanita... FatabaraKa Allahu ahsan al-khaliqîn...
Fatur Rafael pada 14 Juli 15:47
@mas Fath: betul sekali, manusia yg tercipta dr tanah dan air ini sangat bergantung kepada keduanya utk keberlangsungan hidupnya selama di dunia....
Fatur Rafael pada 14 Juli 15:52
@bro Saif: jikapun tampak ada pertentangan dlm al-Quran itu hanya karena akal kita saja yg lemah dlm identifikasi terhadap dzahir ayat2 yg ada... Tp selamanya pasti akan ada manusia yg di beri kelebihan oleh Tuhan utk menjelaskan ayat2nya secara benar pada manusia lain...
Simfoni indah kemanusiaan
Kawan, pernahkah anda menyaksikan sebuah pemandangan yang janggal namun terlihat indah? Saya menyaksikan keindahan itu pada saat berlibur ke Ambarawa kemarin.
Seorang wanita dengan busana biarawati, berjalan beriringan dengan seorang wanita berjilbab lebar sambil bergandeng tangan demikian akrabnya. Senyum sesekali menghiasi wajah mereka berdua.
Saya sempat tercengang dan tanpa sadar bergumam, seharusnya seperti itulah kehidupan. Agama, keyakinan, dan faham, boleh saja berbeda, namun, naluri kemanusiaan yang selalu rindu akan perdamaian, persaudaraan dan persamaan perlakuan, tidaklah dapat di pungkiri kemestiannya. Perwujudan dari naluri kemanusiaan itu, tercermin dalam firman Tuhan yang artinya: hai manusia, sesungguhnya kami telah menciptakan kalian terdiri dari laki-laki dan perempuan, dan kami jadikan kalian berbagai macam suku dan bangsa, semata-mata agar kalian saling mengenal. (QS al-Hujurat 13).
Tidaklah harmonisasi kehidupan akan tercipta, manakala manusia terus mengeraskan urat leher, membengiskan wajah, mengepalkan tangan, dan menutup pintu hati pada yang lain, karena sebuah perbedaan yang tiada dapat di elakkan.
Rangkaian takdir manusia yang berbeda, meniscayakan segolongan manusia menjadi Budha, segolongan lainnya menjadi Nasrani, Islam, Hindu, dan bahkan Atheis, yang semuanya akan selalu menjadi rahasia Tuhan, sehingga manusia tidak perlu ikut campur dan mengadakan penghakiman atas manusia lainnya yang berbeda.
Andaikata penghakiman atas yang lain menjadi sesuatu yang absah di mata Tuhan, sudah barang tentu Ibrahim Khalilul-Lah akan lebih di cintai dan di dukung Tuhan, ketika beliau mengusir dan menolak seorang Majusi untuk makan bersamanya, faktanya justru Ibrahim yang di tegur Tuhan. Jangan pula di lupakan kisah kemarahan Umar ibn Khath-thab terhadap 'Amr ibn 'Ash yang merampas tanah milik seorang Yahudi dengan cara dzhalim, meskipun di atas tanah tersebut akan di dirikan sebuah masjid. Jika anda ingin, saya bawakan pula habar tentang kekalahan imam 'Ali dari seorang Yahudi ketika memperebutkan baju besi di hadapan seorang hakim yang beragama Islam, padahal jika mahluk yang berlabel Yahudi itu memang tidak berguna, tidak layak untuk di hormati dan padanya tidak perlu di tegakkan hukum yang adil, sudah barang tentu sang hakim akan memenangkan imam 'Ali karena beliau beragama Islam.
Mengahiri catatan ini, ingin saya kisahkan pula sebuah cerita yang sedikit lucu, ketika ayah saya masih hidup, rumah saya tidak pernah sepi dari tamu. Mereka datang dari berbagai lapis masyarakat, beraneka macam profesi dan beragam agama. Pada waktu itu hadir bertamu ke rumah saya seorang China beragama Khonghucu, kebetulan waktu itu akan di langsungkan acara dzikir bersama, melihat di antara tamu yang hadir ada yang beragama lain, ayah saya mewanti-wanti beliau agar ketika dzikir di mulai tidak usah ikut berdzikir. Entah karena tidak memahami atau memang karena mentalnya yang cuek, pada saat dzikir di mulai justru beliaulah yang bersuara paling keras, terdengar lucu dan janggal sehingga membuat kaget hadirin yang lain. Di antara hadirin ada pula yang tertawa tertahan, saya menghampirinya dan membisikinya, namun, di karenakan beliaunya tetap saja ndableg terpaksa saya bungkam mulutnya sampai acara dzikir selesai. Segenap hadirin tidak dapat menahan tawanya dan sang Khonghucupun ikut tertawa.
KOMENTAR TEMAN:
Nenk Enik pada 10 Juli 22:40
Segala sesuatu sudah ada takaran dan jatahnya,
Sementara kita tak bisa memilih peran hidup yang harus dijalani,
namun kita sering memandang yang lain dengan cara hidup kita dan melupakan bahwa orang lain berbeda dengan kita, bahkan lebih sering memaksa orang lain untuk sama dan sepaham dengan pola pikir, cara pandang kita. akhirnya yang tercipta jarak yang melebar antar manusia2 yang di anggap berbeda, padahal sebenarnya tidak.
Eulis Sartika pada 10 Juli 23:03
Bagi saya itu biasa,ayah saya seorang keturunan chinese beragama kristen,ketika saya memutuskan untuk berjilbab saat sma,justru beliau yang paling mendukung.akhlaknya baik,tapi hidayah memang hak prerogatif Alloh.
Saif Ibnu Shina pada 11 Juli 1:19
Top markotop pren.. Kiai dan pastur bisa mempertukarkan knalpot mobil,handpone atau baju kata ainun najib dalam buku kafir liberal.
Fatur Rafael pada 11 Juli 4:33
@mb Enik: mereka2 yg berlaku seperti itu, yg memaksakan adanya satu keseragaman dalam satu dunia, tanpa di sadarinya telah menentang sunnah Tuhan yg sangat jelas tidak menghendaki adanya keseragaman aturan dalam menuju kepadaNya. Tuhan hanya menginginkan masing2 mereka terus berlomba dalam memupuk segala amal baik selagi masih hidup di dunia, adapun utk segala pertentangan yg terjadi, biarlah kelak Tuhan saja yg akan menjadi hakimnya.. Lih: al-Maidah 48.
Fatur Rafael pada 11 Juli 4:48
@teh Eulis: hehe sama teh sy juga ada darah Chinesny meskipun sedikit, tdk jarang org bertanya pd sy apakah kamu China? Pd saat kerusuhan terjadi di mana2 tahun 98 sy jg hampir di amuk massa klo tidak di selamatkan Polisi.
Sy jg punya sahabat beragama kristian yg sll kirim SMS utk mengingatkan sy jika waktu2 shalat tiba, ketika sy lg BT&nongkrong ... Baca Selengkapnyadi terminal Lebak Bulus dia berkenan menemani sy dr pagi sampai sore, tiap waktu shalat tiba dia mengantarkan sy ke masjid, memang itu biasa2 saja. Yg sy maksud janggal itu seorang biarawati bergandengan akrab dg muslimah berjilbab lebar...
Fatur Rafael pada 11 Juli 4:53
@bro Saif: yg ku ingat dr buku itu cuma "Pilgrim Pope" dan konsorsium Setan sedunia, hahaha... selebihnya saya lupa, so bacanya cuma tamat satu kali, itupun sudah lama sekali, pd waktu bulan puasa kemarin sambil menunggu waktu buka..
Dewandono Aries pada 11 Juli 8:51
bolehkah sy minta petunjuk ttg ayat2 alquran yg meingatkan bhw yahudi & nasrani selalu memusuhi islam, sy bingung kalo ini di hub kan dg kebersamaan sebagai umat manusia, mhn pencerahan utk sy yg msh sdkt ilmu, terima kasih, smoga Allah slalu me ridhoi kita amin
Haydar Ali pada 11 Juli 9:26
Salam..
Mohon penjelasan tentang Rangkaian takdir manusia yg berbeda meniscayakan segolongan manusia menjadi.. O'ya crita imam ali na kurang lengkap ya.. Piss.
Fatur Rafael pada 11 Juli 13:37
@ mas Aries: Setahu saya ada beberapa ayat dlm al-Quran, yg menceritakan secara langsung interaksi antara Yahudi-Nasrani dan Islam, di antaranya al-Baqarah 120, al-Maidah 51 dan 82, al-Mumtahanah 8. Selebihnya banyak ayat-ayat lainnya yg menggambarkan kecaman Tuhan pd Yahudi dan Nasrani, itu wajar saja, wong Tuhan yg punya kuasa utk mengecam kok, sebagaimana kalau kt yang muslim ini bersalah Tuhan pasti akan mengecam kita juga...
Di antara ayat2 tsb yg paling banyak di kemukakan oleh mereka yg tdk suka adanya hubungan baik antara kaum muslim dg mereka adlh al-Baqarah 120. Yg artinya: Yahudi dan Nasrani tidak akan ridha kepada engkau (Muhammad) sehingga engkau ikut agama mereka.
Dua hal yg perlu di cermati dr ayat ini, 1. Tidak semua Yahudi dan Nasrani benci terhadap kaum muslim dan Nabinya, banyak diantara Yahudi dan Nasrani yg bersih jiwanya memuji kepemimpinan Nabi dan moralnya.
2. Kalaupun seluruh mereka benci ya wajar2 saja karena mereka menganggap bahwa agama merekalah yg akan membawa kesejahteraan hidup di dunia dan ahirat, berarti mereka adalah ummat yg punya tanggung jawab moral terhadap agamanya, bukankah kita yg muslim jg punya anggapan seperti itu?
Fatur Rafael pada 11 Juli 13:47
@ bro Haidar: piss men... Adakah ada tawar menawar antara kita dan Tuhan pada saat kita akan turun ke bumi? Seingat saya tidak ada ya, ujug2 kita lahir ke dunia ber-orang tuakan muslim, lingkungan muslim dll.. Begitu pula dengan mereka yg Budha, Hindu dsb mereka lahir tanpa ada konfirmasi dulu sebelumnya, agama apa yg akan mereka peluk nantinya.
Jika anda berkenan, tolong di lengkapi cerita ttg imam Ali itu ya bro skaligus sbg ralat dan kritik utk saya. Masalahnya sy baca buku cerita ttg imam Ali itu waktu sy SD dulu, sudah lamaaa sekali jadi persisnya sy lupa... Syukran..
Fatur Rafael pada 11 Juli 14:01
Tambahan: sy dulu pernah ke Ambon selama 15 hari, selama sy di sana semua yg melayani sy makan, penginepan dll adlh org2 kristen, pd waktu sy pulang mereka juga yg mengantar sy sampai bandara, saat menjelang terbang satu persatu mereka memeluk sy. Sy ketika di penginepan sll baca quran dg suara keras berarti otomatis mereka tau kalau sy adlh muslim apakah lantas mereka benci sama sy? Ga ada bukti tuh hehe...
Bahrul Alam pada 11 Juli 19:50
Di Amerika saya pernah hidup dengan keluarga Kristiani, dan mendmpingi mrk ke gereja setiap minggu. Sampai saat ini sy bersahabat dengan umat dari berbagai agama.. termasuk orang tua angkat saya yang kristiani. Tapi, keyakinan saya sebagai muslim tetap, dan mereka dengan agamanya juga demikian...ngk ada yang perlu dimasalahkan...Bahkan, saya tidak ... Baca Selengkapnyajarang menjelaskan tentang nikmatnya beribadah dalam islam kpd mereka... Subhanallah,, agama diciptakan tidak untuk saling memusuhi.. apalagi merasa kita paliong masuk surga,.. Mari saling tolong.. dan tunjukkan bahwa agama kita Rohmatan Lil Aalaamin..
Fatur Rafael pada 12 Juli 2:09
Iya pak Bahrul,.. Toleransi yg indah yg di kembangkan Nabi dan kaum muslim generasi awal kadang di nafikan oleh mereka yg seolah lebih bersemangat drpada Tuhan dg cara terus menanam kebencian di dada, sehingga darah selalu menggelegak manakala melihat manusia2 yg berbeda agama... Prasangka bahwa Yahudi dan Nasrani selalu benci terhadap kaum muslimin sudah pasti akan menimbulkan garis keterpisahan yg tdk seharusnya terjadi, karena, walaupun pernah ada rasa saling benci diantara Yahudi-Nasrani dan Islam, hal demikian tidaklah selalu dan tidak untuk selamanya... Wallahu a'lam
Sumber: facebook Fatur Rafael
Seorang wanita dengan busana biarawati, berjalan beriringan dengan seorang wanita berjilbab lebar sambil bergandeng tangan demikian akrabnya. Senyum sesekali menghiasi wajah mereka berdua.
Saya sempat tercengang dan tanpa sadar bergumam, seharusnya seperti itulah kehidupan. Agama, keyakinan, dan faham, boleh saja berbeda, namun, naluri kemanusiaan yang selalu rindu akan perdamaian, persaudaraan dan persamaan perlakuan, tidaklah dapat di pungkiri kemestiannya. Perwujudan dari naluri kemanusiaan itu, tercermin dalam firman Tuhan yang artinya: hai manusia, sesungguhnya kami telah menciptakan kalian terdiri dari laki-laki dan perempuan, dan kami jadikan kalian berbagai macam suku dan bangsa, semata-mata agar kalian saling mengenal. (QS al-Hujurat 13).
Tidaklah harmonisasi kehidupan akan tercipta, manakala manusia terus mengeraskan urat leher, membengiskan wajah, mengepalkan tangan, dan menutup pintu hati pada yang lain, karena sebuah perbedaan yang tiada dapat di elakkan.
Rangkaian takdir manusia yang berbeda, meniscayakan segolongan manusia menjadi Budha, segolongan lainnya menjadi Nasrani, Islam, Hindu, dan bahkan Atheis, yang semuanya akan selalu menjadi rahasia Tuhan, sehingga manusia tidak perlu ikut campur dan mengadakan penghakiman atas manusia lainnya yang berbeda.
Andaikata penghakiman atas yang lain menjadi sesuatu yang absah di mata Tuhan, sudah barang tentu Ibrahim Khalilul-Lah akan lebih di cintai dan di dukung Tuhan, ketika beliau mengusir dan menolak seorang Majusi untuk makan bersamanya, faktanya justru Ibrahim yang di tegur Tuhan. Jangan pula di lupakan kisah kemarahan Umar ibn Khath-thab terhadap 'Amr ibn 'Ash yang merampas tanah milik seorang Yahudi dengan cara dzhalim, meskipun di atas tanah tersebut akan di dirikan sebuah masjid. Jika anda ingin, saya bawakan pula habar tentang kekalahan imam 'Ali dari seorang Yahudi ketika memperebutkan baju besi di hadapan seorang hakim yang beragama Islam, padahal jika mahluk yang berlabel Yahudi itu memang tidak berguna, tidak layak untuk di hormati dan padanya tidak perlu di tegakkan hukum yang adil, sudah barang tentu sang hakim akan memenangkan imam 'Ali karena beliau beragama Islam.
Mengahiri catatan ini, ingin saya kisahkan pula sebuah cerita yang sedikit lucu, ketika ayah saya masih hidup, rumah saya tidak pernah sepi dari tamu. Mereka datang dari berbagai lapis masyarakat, beraneka macam profesi dan beragam agama. Pada waktu itu hadir bertamu ke rumah saya seorang China beragama Khonghucu, kebetulan waktu itu akan di langsungkan acara dzikir bersama, melihat di antara tamu yang hadir ada yang beragama lain, ayah saya mewanti-wanti beliau agar ketika dzikir di mulai tidak usah ikut berdzikir. Entah karena tidak memahami atau memang karena mentalnya yang cuek, pada saat dzikir di mulai justru beliaulah yang bersuara paling keras, terdengar lucu dan janggal sehingga membuat kaget hadirin yang lain. Di antara hadirin ada pula yang tertawa tertahan, saya menghampirinya dan membisikinya, namun, di karenakan beliaunya tetap saja ndableg terpaksa saya bungkam mulutnya sampai acara dzikir selesai. Segenap hadirin tidak dapat menahan tawanya dan sang Khonghucupun ikut tertawa.
KOMENTAR TEMAN:
Nenk Enik pada 10 Juli 22:40
Segala sesuatu sudah ada takaran dan jatahnya,
Sementara kita tak bisa memilih peran hidup yang harus dijalani,
namun kita sering memandang yang lain dengan cara hidup kita dan melupakan bahwa orang lain berbeda dengan kita, bahkan lebih sering memaksa orang lain untuk sama dan sepaham dengan pola pikir, cara pandang kita. akhirnya yang tercipta jarak yang melebar antar manusia2 yang di anggap berbeda, padahal sebenarnya tidak.
Eulis Sartika pada 10 Juli 23:03
Bagi saya itu biasa,ayah saya seorang keturunan chinese beragama kristen,ketika saya memutuskan untuk berjilbab saat sma,justru beliau yang paling mendukung.akhlaknya baik,tapi hidayah memang hak prerogatif Alloh.
Saif Ibnu Shina pada 11 Juli 1:19
Top markotop pren.. Kiai dan pastur bisa mempertukarkan knalpot mobil,handpone atau baju kata ainun najib dalam buku kafir liberal.
Fatur Rafael pada 11 Juli 4:33
@mb Enik: mereka2 yg berlaku seperti itu, yg memaksakan adanya satu keseragaman dalam satu dunia, tanpa di sadarinya telah menentang sunnah Tuhan yg sangat jelas tidak menghendaki adanya keseragaman aturan dalam menuju kepadaNya. Tuhan hanya menginginkan masing2 mereka terus berlomba dalam memupuk segala amal baik selagi masih hidup di dunia, adapun utk segala pertentangan yg terjadi, biarlah kelak Tuhan saja yg akan menjadi hakimnya.. Lih: al-Maidah 48.
Fatur Rafael pada 11 Juli 4:48
@teh Eulis: hehe sama teh sy juga ada darah Chinesny meskipun sedikit, tdk jarang org bertanya pd sy apakah kamu China? Pd saat kerusuhan terjadi di mana2 tahun 98 sy jg hampir di amuk massa klo tidak di selamatkan Polisi.
Sy jg punya sahabat beragama kristian yg sll kirim SMS utk mengingatkan sy jika waktu2 shalat tiba, ketika sy lg BT&nongkrong ... Baca Selengkapnyadi terminal Lebak Bulus dia berkenan menemani sy dr pagi sampai sore, tiap waktu shalat tiba dia mengantarkan sy ke masjid, memang itu biasa2 saja. Yg sy maksud janggal itu seorang biarawati bergandengan akrab dg muslimah berjilbab lebar...
Fatur Rafael pada 11 Juli 4:53
@bro Saif: yg ku ingat dr buku itu cuma "Pilgrim Pope" dan konsorsium Setan sedunia, hahaha... selebihnya saya lupa, so bacanya cuma tamat satu kali, itupun sudah lama sekali, pd waktu bulan puasa kemarin sambil menunggu waktu buka..
Dewandono Aries pada 11 Juli 8:51
bolehkah sy minta petunjuk ttg ayat2 alquran yg meingatkan bhw yahudi & nasrani selalu memusuhi islam, sy bingung kalo ini di hub kan dg kebersamaan sebagai umat manusia, mhn pencerahan utk sy yg msh sdkt ilmu, terima kasih, smoga Allah slalu me ridhoi kita amin
Haydar Ali pada 11 Juli 9:26
Salam..
Mohon penjelasan tentang Rangkaian takdir manusia yg berbeda meniscayakan segolongan manusia menjadi.. O'ya crita imam ali na kurang lengkap ya.. Piss.
Fatur Rafael pada 11 Juli 13:37
@ mas Aries: Setahu saya ada beberapa ayat dlm al-Quran, yg menceritakan secara langsung interaksi antara Yahudi-Nasrani dan Islam, di antaranya al-Baqarah 120, al-Maidah 51 dan 82, al-Mumtahanah 8. Selebihnya banyak ayat-ayat lainnya yg menggambarkan kecaman Tuhan pd Yahudi dan Nasrani, itu wajar saja, wong Tuhan yg punya kuasa utk mengecam kok, sebagaimana kalau kt yang muslim ini bersalah Tuhan pasti akan mengecam kita juga...
Di antara ayat2 tsb yg paling banyak di kemukakan oleh mereka yg tdk suka adanya hubungan baik antara kaum muslim dg mereka adlh al-Baqarah 120. Yg artinya: Yahudi dan Nasrani tidak akan ridha kepada engkau (Muhammad) sehingga engkau ikut agama mereka.
Dua hal yg perlu di cermati dr ayat ini, 1. Tidak semua Yahudi dan Nasrani benci terhadap kaum muslim dan Nabinya, banyak diantara Yahudi dan Nasrani yg bersih jiwanya memuji kepemimpinan Nabi dan moralnya.
2. Kalaupun seluruh mereka benci ya wajar2 saja karena mereka menganggap bahwa agama merekalah yg akan membawa kesejahteraan hidup di dunia dan ahirat, berarti mereka adalah ummat yg punya tanggung jawab moral terhadap agamanya, bukankah kita yg muslim jg punya anggapan seperti itu?
Fatur Rafael pada 11 Juli 13:47
@ bro Haidar: piss men... Adakah ada tawar menawar antara kita dan Tuhan pada saat kita akan turun ke bumi? Seingat saya tidak ada ya, ujug2 kita lahir ke dunia ber-orang tuakan muslim, lingkungan muslim dll.. Begitu pula dengan mereka yg Budha, Hindu dsb mereka lahir tanpa ada konfirmasi dulu sebelumnya, agama apa yg akan mereka peluk nantinya.
Jika anda berkenan, tolong di lengkapi cerita ttg imam Ali itu ya bro skaligus sbg ralat dan kritik utk saya. Masalahnya sy baca buku cerita ttg imam Ali itu waktu sy SD dulu, sudah lamaaa sekali jadi persisnya sy lupa... Syukran..
Fatur Rafael pada 11 Juli 14:01
Tambahan: sy dulu pernah ke Ambon selama 15 hari, selama sy di sana semua yg melayani sy makan, penginepan dll adlh org2 kristen, pd waktu sy pulang mereka juga yg mengantar sy sampai bandara, saat menjelang terbang satu persatu mereka memeluk sy. Sy ketika di penginepan sll baca quran dg suara keras berarti otomatis mereka tau kalau sy adlh muslim apakah lantas mereka benci sama sy? Ga ada bukti tuh hehe...
Bahrul Alam pada 11 Juli 19:50
Di Amerika saya pernah hidup dengan keluarga Kristiani, dan mendmpingi mrk ke gereja setiap minggu. Sampai saat ini sy bersahabat dengan umat dari berbagai agama.. termasuk orang tua angkat saya yang kristiani. Tapi, keyakinan saya sebagai muslim tetap, dan mereka dengan agamanya juga demikian...ngk ada yang perlu dimasalahkan...Bahkan, saya tidak ... Baca Selengkapnyajarang menjelaskan tentang nikmatnya beribadah dalam islam kpd mereka... Subhanallah,, agama diciptakan tidak untuk saling memusuhi.. apalagi merasa kita paliong masuk surga,.. Mari saling tolong.. dan tunjukkan bahwa agama kita Rohmatan Lil Aalaamin..
Fatur Rafael pada 12 Juli 2:09
Iya pak Bahrul,.. Toleransi yg indah yg di kembangkan Nabi dan kaum muslim generasi awal kadang di nafikan oleh mereka yg seolah lebih bersemangat drpada Tuhan dg cara terus menanam kebencian di dada, sehingga darah selalu menggelegak manakala melihat manusia2 yg berbeda agama... Prasangka bahwa Yahudi dan Nasrani selalu benci terhadap kaum muslimin sudah pasti akan menimbulkan garis keterpisahan yg tdk seharusnya terjadi, karena, walaupun pernah ada rasa saling benci diantara Yahudi-Nasrani dan Islam, hal demikian tidaklah selalu dan tidak untuk selamanya... Wallahu a'lam
Sumber: facebook Fatur Rafael
Selasa, 30 Juni 2009
Isyarat di balik peristiwa Isra' Mi'raj
Peristiwa yang terjadi pada abad 7 masehi yang silam, ketika Tuhan memanggil hambaNya yang paling di cintai, ya'ni Muhammad Saaw, merupakan peristiwa yang sangat mena'jubkan. Yang jauh lebih mengagumkan daripada di panjatkannya satelit-satelit Amerika dan Rusia ke bulan, maupun mondar mandirnya astronot dan kosmonot mereka menuju kesana.
Betapa tidak, jika mereka hanya terpaku pada bulan, dan belum mampu melampaui yang lebih tinggi dari itu, maka, Nabi Islam tidak saja mampu menembus bulan, bahkan sudah meluncur ke ufuk yang tertinggi, melalui planeten system, menerobos ruang langit yang maha luas, kemudian meningkat lagi mengarungi semesta alam, dan pada ahirnya beliau tiba di sebuang ruang yang tiada terbatas, ruang yang mutlak, ataupun di sebut juga "Maha Ruang". Inilah yang di maksud Tuhan "wa huwa bi al-ufuqi al-a'la", dan dia (Muhammad) berada di ufuk tertinggi. (QS an-Najm 7).
Peristiwa yang sangat mengagumkan itu sebetulnya sebuah isyarat bagi ummat Islam, agar jejak beliau bisa di ikuti pula oleh ummatnya, untuk memanjatkan dirinya menuju angkasa luar, sekalipun tidak memungkinkan dengan menggunakan jasmaninya atau badan kasarnya, akan tetapi dengan menggunakan ruhaninya tentu manusia mampu menuju ufuk yang tertinggi itu.
Hal yang demikian akan memberikan kesadaran kepada umat Islam, bahwa betapa dahsyat dan hebatnya karya cipta Tuhan, kesadaran akan lebih tertanam apabila umat Islam lebih memahami bahwa di samping alam benda ini, masih banyak pula beberapa alam yang sangat luas dan tiada terbatas, yang penuh menyimpan misteri di balik misteri yang ada di dalam alam kasar ini. Sehingga pada hati ummat ini akan timbul rasa taat yang lebih besar, dan taqwa yang lebih mendalam kehadirat Tuhan Rabbu al-'izzati.
Nabi mengajak ummatnya di sebabkan beliau mengetahui dengan pasti, bahwa hanya manusialah yang di beri perlengkapan yang sempurna, untuk dapat menguasai alam semesta ini di banding dengan mahluk Tuhan lainnya.
Manusia telah di karuniai oleh Tuhan dua jenis tubuh, ya'ni tubuh kasar dan tubuh halus (jasmani dan ruhani), visible dan invisible, yang masing-masing mempunyai panca indera, panca indera lahir dan panca indera batin. Masing-masing panca indera mempunyai pusat dalam tubuhnya:
1. Panca indera lahir punya kemampuan untuk berinteraksi dengan alam kecil atau "Alam Shaghir" atau micro cosmos.
2. Panca indera bathin punya kemampuan berinteraksi dengan jagat besar, macro cosmos, atau yang di sebut "Alam Kabir".
Rasul yang suci mengajak manusia, untuk mempergunakan kedua panca indera itu, agar di samping mengetahui alam kecil ini, dapat pula berlayar dalam alam yang lebih luas dan lebih halus, yang akan berefek pada peningkatan terhadap kesadaran lahir maupun kesadaran batin. Wal-Lahu a'lam.
Betapa tidak, jika mereka hanya terpaku pada bulan, dan belum mampu melampaui yang lebih tinggi dari itu, maka, Nabi Islam tidak saja mampu menembus bulan, bahkan sudah meluncur ke ufuk yang tertinggi, melalui planeten system, menerobos ruang langit yang maha luas, kemudian meningkat lagi mengarungi semesta alam, dan pada ahirnya beliau tiba di sebuang ruang yang tiada terbatas, ruang yang mutlak, ataupun di sebut juga "Maha Ruang". Inilah yang di maksud Tuhan "wa huwa bi al-ufuqi al-a'la", dan dia (Muhammad) berada di ufuk tertinggi. (QS an-Najm 7).
Peristiwa yang sangat mengagumkan itu sebetulnya sebuah isyarat bagi ummat Islam, agar jejak beliau bisa di ikuti pula oleh ummatnya, untuk memanjatkan dirinya menuju angkasa luar, sekalipun tidak memungkinkan dengan menggunakan jasmaninya atau badan kasarnya, akan tetapi dengan menggunakan ruhaninya tentu manusia mampu menuju ufuk yang tertinggi itu.
Hal yang demikian akan memberikan kesadaran kepada umat Islam, bahwa betapa dahsyat dan hebatnya karya cipta Tuhan, kesadaran akan lebih tertanam apabila umat Islam lebih memahami bahwa di samping alam benda ini, masih banyak pula beberapa alam yang sangat luas dan tiada terbatas, yang penuh menyimpan misteri di balik misteri yang ada di dalam alam kasar ini. Sehingga pada hati ummat ini akan timbul rasa taat yang lebih besar, dan taqwa yang lebih mendalam kehadirat Tuhan Rabbu al-'izzati.
Nabi mengajak ummatnya di sebabkan beliau mengetahui dengan pasti, bahwa hanya manusialah yang di beri perlengkapan yang sempurna, untuk dapat menguasai alam semesta ini di banding dengan mahluk Tuhan lainnya.
Manusia telah di karuniai oleh Tuhan dua jenis tubuh, ya'ni tubuh kasar dan tubuh halus (jasmani dan ruhani), visible dan invisible, yang masing-masing mempunyai panca indera, panca indera lahir dan panca indera batin. Masing-masing panca indera mempunyai pusat dalam tubuhnya:
1. Panca indera lahir punya kemampuan untuk berinteraksi dengan alam kecil atau "Alam Shaghir" atau micro cosmos.
2. Panca indera bathin punya kemampuan berinteraksi dengan jagat besar, macro cosmos, atau yang di sebut "Alam Kabir".
Rasul yang suci mengajak manusia, untuk mempergunakan kedua panca indera itu, agar di samping mengetahui alam kecil ini, dapat pula berlayar dalam alam yang lebih luas dan lebih halus, yang akan berefek pada peningkatan terhadap kesadaran lahir maupun kesadaran batin. Wal-Lahu a'lam.
Budhi pekerti Rasulullah Saaw
Di dalam al-Quran surah Nun Tuhan bertitah: wa innaka la-'alâ khuluqin 'adzhîm. Artinya: sesungguhnya engkau (Muhammad) memiliki budi pekerti yang agung.
Nabi Muhammad Saaw bersabda: bu'itstu li-utammima makårima al-akhlåq. Aku di utus untuk menyempurnakan kemuliaan budhi pekerti.
Nabi Muhammad Saaw di utus oleh Tuhan di tengah masyarakat yang bermoral rendah, rusak, dan nyaris membawa mereka pada taraf hewan-hewan. Beliau di utus Tuhan tiada di bekali harta yang melimpah untuk menarik simpati, dan tiada pula di beri senjata untuk pertahanan diri. Tuhan hanya membekali beliau dengan budhi pekerti yang mulia, dan ternyata, ia adalah senjata yang amat tajam.
Budhi pekerti yang mulia, sesungguhnya bisa menjadi penawar yang mujarab bagi keruntuhan moral yang mewabah di segenap rentangan sejarah manusia. Runtuhnya moral yang merupakan penyakit ruhani tiada dapat di obati dengan obat-obat materiel, tiada dapat di injeksi dengan B complex, pinnicilin atau lainnya, ia hanya bisa di obati dengan kekuatan spiritual, ya'ni budhi pekerti. Terbukti, dengan budhi pekertinya yang tinggi Rasul yang suci telah menyelamatkan banyak manusia dari penyakit moral yang amat parah yang menjangkiti masyarakat kala itu.
Dengan budhi pekerti inilah dapat menjelmakan amal yang ikhlas, ya'ni perbuatan yang di tujukan kearah kemaslahatan masyarakat, keadilan, kepentingan bersama, kemuliaan agama, bangsa, maupun negara, tanpa pamrih upah, hadiah, ataupun sanjungan.
Dengan membawa budhi pekerti yang agung, Rasul yang suci mendedikasikan hidupnya siang dan malam untuk mengajak manusia ke jalan Tuhan. Di tengah hawa panas yang amat terik, naik turun gurun pasir dengan berjalan kaki, menahan lapar dan haus, di cemooh, di caci maki dan di lempari batu. Dalam da'wahnya tiada sekalipun beliau menuntut ongkos jalan, uang makan, ataupun tempat menginap kepada Tuhan.
Sekalipun dalam da'wahnya Rasul senantiasa mendapat perlawanan dan tantangan serta ancaman dari masyarakat, semua di terimanya dengan ikhlas dan sabar. Padahal kalau beliau mau, Tuhan bisa saja menumpas habis para pembangkang itu, akan tetapi, dengan budhi pekertinya yang agung, bukan adzab atau hukuman yang beliau mintakan pada Tuhan, tapi beliau malah berdoa ke hadhrat Tuhan:
Allâhumma ihdi qaumî fa innahum lâ ya'lamûn. Wahai Tuhan, berikan pada kaumku petunjuk, karena sesungguhnya mereka tidak mengerti.
Dengan budhi pekerti yang agung inilah Tuhan dan para malaikat berkenan membacakan shalawat dan memberikan puji-pujian pada beliau. Allahumma shalli 'ala Muhammad wa ali Muhammad.
Demikianlah, kita dapat mengambil pelajaran yang amat berharga, bahwa budhi pekerti yang baik akan membawa manusia ke arah kemajuan, kemuliaan bangsa, kejayaan negara, keadilan sosial dan kesejahteraan yang menyeluruh bagi kehidupan.
Dengan budhi pekerti yang baik, manusia juga bisa menembus kemegahan, kebesaran dan kedahsyatan singgasana Tuhan. Tiada dapat di pungkiri pula apabila Tuhan memberikan mu'jizat kepada para Nabi, yang merupakan ilmu pengetahuan yang tiada dapat di capai oleh panca indera manusia, sehingga penyakit moral manusia yang amat parah menjadi sembuh sama sekali.
Nabi Muhammad Saaw bersabda: bu'itstu li-utammima makårima al-akhlåq. Aku di utus untuk menyempurnakan kemuliaan budhi pekerti.
Nabi Muhammad Saaw di utus oleh Tuhan di tengah masyarakat yang bermoral rendah, rusak, dan nyaris membawa mereka pada taraf hewan-hewan. Beliau di utus Tuhan tiada di bekali harta yang melimpah untuk menarik simpati, dan tiada pula di beri senjata untuk pertahanan diri. Tuhan hanya membekali beliau dengan budhi pekerti yang mulia, dan ternyata, ia adalah senjata yang amat tajam.
Budhi pekerti yang mulia, sesungguhnya bisa menjadi penawar yang mujarab bagi keruntuhan moral yang mewabah di segenap rentangan sejarah manusia. Runtuhnya moral yang merupakan penyakit ruhani tiada dapat di obati dengan obat-obat materiel, tiada dapat di injeksi dengan B complex, pinnicilin atau lainnya, ia hanya bisa di obati dengan kekuatan spiritual, ya'ni budhi pekerti. Terbukti, dengan budhi pekertinya yang tinggi Rasul yang suci telah menyelamatkan banyak manusia dari penyakit moral yang amat parah yang menjangkiti masyarakat kala itu.
Dengan budhi pekerti inilah dapat menjelmakan amal yang ikhlas, ya'ni perbuatan yang di tujukan kearah kemaslahatan masyarakat, keadilan, kepentingan bersama, kemuliaan agama, bangsa, maupun negara, tanpa pamrih upah, hadiah, ataupun sanjungan.
Dengan membawa budhi pekerti yang agung, Rasul yang suci mendedikasikan hidupnya siang dan malam untuk mengajak manusia ke jalan Tuhan. Di tengah hawa panas yang amat terik, naik turun gurun pasir dengan berjalan kaki, menahan lapar dan haus, di cemooh, di caci maki dan di lempari batu. Dalam da'wahnya tiada sekalipun beliau menuntut ongkos jalan, uang makan, ataupun tempat menginap kepada Tuhan.
Sekalipun dalam da'wahnya Rasul senantiasa mendapat perlawanan dan tantangan serta ancaman dari masyarakat, semua di terimanya dengan ikhlas dan sabar. Padahal kalau beliau mau, Tuhan bisa saja menumpas habis para pembangkang itu, akan tetapi, dengan budhi pekertinya yang agung, bukan adzab atau hukuman yang beliau mintakan pada Tuhan, tapi beliau malah berdoa ke hadhrat Tuhan:
Allâhumma ihdi qaumî fa innahum lâ ya'lamûn. Wahai Tuhan, berikan pada kaumku petunjuk, karena sesungguhnya mereka tidak mengerti.
Dengan budhi pekerti yang agung inilah Tuhan dan para malaikat berkenan membacakan shalawat dan memberikan puji-pujian pada beliau. Allahumma shalli 'ala Muhammad wa ali Muhammad.
Demikianlah, kita dapat mengambil pelajaran yang amat berharga, bahwa budhi pekerti yang baik akan membawa manusia ke arah kemajuan, kemuliaan bangsa, kejayaan negara, keadilan sosial dan kesejahteraan yang menyeluruh bagi kehidupan.
Dengan budhi pekerti yang baik, manusia juga bisa menembus kemegahan, kebesaran dan kedahsyatan singgasana Tuhan. Tiada dapat di pungkiri pula apabila Tuhan memberikan mu'jizat kepada para Nabi, yang merupakan ilmu pengetahuan yang tiada dapat di capai oleh panca indera manusia, sehingga penyakit moral manusia yang amat parah menjadi sembuh sama sekali.
Ayat-ayat Tuhan
Betapa menakjubkan ayat-ayat Tuhan, ia tersebar di segala penjuru maya pada! Ada yang termaktub dalam teks-teks kitab suci, adapula yang tergambar jelas di sekitar tatapan mata, di gunung-gunung yang tinggi menjulang, di bukit-bukit yang melandai, di kedalaman laut yang membiru anggun, dalam tebaran bintang yang mencahaya di ufuk tiada bertepi, dan dalam segenap keajaiban yang ada pada bani insan sendiri.
Sanurîhim âyâtinâ fi al-âfâqi wa fî anfusihim hattâ yatabayyana lahum annahû al-haq. Awalam yakfi bi-Rabbika annahû 'alâ kulli syai-in syahîd?. Artinya: kelak, kami akan memperlihatkan kepada mereka ayat-ayat kami di segenap ufuk langit, dan pada diri mereka sendiri. Tidakkah cukup bahwa Tuhan menjadi saksi atas segala sesuatu? (QS fush-shilat 53).
Wa fî anfusikum, afalâ tubshirûn? Dan pada dirimu (terdapat kekuasaan Tuhan), tidakkah kamu memperhatikan? (QS adz-dzariat 21).
Tuhan maha besar! Ayat-ayatNya yang mengagumkan senantiasa hadir di tengah kefanaan manusia untuk di tafakkuri dan di renungkan, sebagai bukti agar manusia tiada lupa untuk bersyukur. Untuk mengokohkan kembali iman yang rapuh, akibat terpaan jerat iblis yang kerap memalingkan manusia dari kerajaan langit dengan pongahnya. Untuk menunjukkan jalan lempang bagi mereka yang kerap tersesat di dekorasi peradaban mutahir.
Maha suci Tuhan. Panggilan kemenangan senantiasa menggema di bumi manusia, suara adzan itu lima kali dalam sehari memelodi di segenap cakrawala. Namun, betapa sering kita pura-pura tuli untuk menyambut panggilan lembut itu. Mari kita shalat, mari kita rebut kemenangan! Sayang, kita kerap menyahutinya dengan amal-amal ma'shiyat. Kita sering meresponsnya dengan hati tiada riang, akibat genangan hawa nafsu yang membandang di fitrah jiwa.
Ahirnya, sinyal-sinyal keTuhanan tiada lagi memantul peka di kedalaman sanubari. Ya! Kita kerap terpenjara dalam pesta pora kesementaraan manusia, mengabaikan waktu yang sebenarnya tiada berhenti memburu ajal.
Sanurîhim âyâtinâ fi al-âfâqi wa fî anfusihim hattâ yatabayyana lahum annahû al-haq. Awalam yakfi bi-Rabbika annahû 'alâ kulli syai-in syahîd?. Artinya: kelak, kami akan memperlihatkan kepada mereka ayat-ayat kami di segenap ufuk langit, dan pada diri mereka sendiri. Tidakkah cukup bahwa Tuhan menjadi saksi atas segala sesuatu? (QS fush-shilat 53).
Wa fî anfusikum, afalâ tubshirûn? Dan pada dirimu (terdapat kekuasaan Tuhan), tidakkah kamu memperhatikan? (QS adz-dzariat 21).
Tuhan maha besar! Ayat-ayatNya yang mengagumkan senantiasa hadir di tengah kefanaan manusia untuk di tafakkuri dan di renungkan, sebagai bukti agar manusia tiada lupa untuk bersyukur. Untuk mengokohkan kembali iman yang rapuh, akibat terpaan jerat iblis yang kerap memalingkan manusia dari kerajaan langit dengan pongahnya. Untuk menunjukkan jalan lempang bagi mereka yang kerap tersesat di dekorasi peradaban mutahir.
Maha suci Tuhan. Panggilan kemenangan senantiasa menggema di bumi manusia, suara adzan itu lima kali dalam sehari memelodi di segenap cakrawala. Namun, betapa sering kita pura-pura tuli untuk menyambut panggilan lembut itu. Mari kita shalat, mari kita rebut kemenangan! Sayang, kita kerap menyahutinya dengan amal-amal ma'shiyat. Kita sering meresponsnya dengan hati tiada riang, akibat genangan hawa nafsu yang membandang di fitrah jiwa.
Ahirnya, sinyal-sinyal keTuhanan tiada lagi memantul peka di kedalaman sanubari. Ya! Kita kerap terpenjara dalam pesta pora kesementaraan manusia, mengabaikan waktu yang sebenarnya tiada berhenti memburu ajal.
Selasa, 09 Juni 2009
Hal ihwal manusia di Padang Mahsyar
Alkisah pada suatu hari, seorang sahabat terkenal yang bernama Muadz ibn Jabal bertanya pada Rasulullah Saaw: ya Rasulallah, jelaskan padaku firman Tuhan "yauma yunfakhu fi ash-shuri fata'tuna afwaja"...Dan pada hari terompet di bunyikan, maka kalian akan datang dengan berbondong-bondong.
Mendengar pertanyaan Muadz, Nabi yang suci itu menangis tersedu-sedu, sehingga airmata membasahi bajunya. Kemudian Nabi bersabda: "wahai Muadz, engkau telah menanyakan sesuatu yang amat dahsyat. Ummatku akan di giring dari kubur mereka menuju Padang Mahsyar menjadi dua belas kelompok".
Kelompok pertama adalah: mereka yang di giring ke Padang Mahsyar dengan tiada memiliki tangan dan kaki. Terdengarlah seruan "inilah orang-orang yang dzhalim dan kejam terhadap tetangganya".
Kelompok kedua: mereka yang di giring dalam keadaan bermuka babi hutan, kepada kelompok ini terdengar seruan. "inilah orang-orang yang meremehkan perintah Tuhan".
Kelompok ketiga: mereka yang di giring dari kubur dengan perut di penuhi ular dan kalajengking, maka terdengarlah seruan "inilah orang-orang yang enggan mendermakan hartanya".
Kelompok ke empat: mereka yang di giring dalam keadaan mulut di penuhi darah, terdengar seruan untuk mereka. "inilah orang-orang yang curang dalam transaksi jual beli".
Kelompok kelima: mereka yang di giring dalam keadaan sangat busuk baunya. Kepada mereka terdengar seruan "inilah orang-orang yang baik di muka umum, padahal mereka adalah biang dari segala kejahatan".
Kelompok ke enam: mereka yang di giring dalam keadaan tenggorokan dan tengkuk terputus. "inilah orang-orang yang suka bersaksi palsu".
Kelompok ketujuh: mereka yang di giring dari kubur dengan tidak mempunyai lidah serta dari mulutnya mengalir darah dan nanah. "inilah mereka yang enggan bersaksi untuk kebenaran".
Kelompok kedelapan: mereka yang berjalan dengan wajah di bawah dan kakinya di atas. "inilah orang-orang yang telah melakukan zina dan mati sebelum sempat bertaubat".
Kelompok kesembilan: mereka yang di giring dalam keadaan wajah yang hitam kelam, sedang mulutnya di penuhi api. "inilah orang-orang yang memakan harta anak yatim secara dzhalim".
Kelompok kesepuluh: mereka yang datang ke Padang Mahsyar dengan kulit melepuh dan terkelupas. "inilah orang-orang yang durhaka pada ibu bapaknya".
Kelompok ke sebelas: adalah mereka yang datang dalam keadaan buta matanya, gigi mereka laksana tanduk sapi, bibir mereka melebar sampai ke dada, lidah menjulur sampai ke perut bahkan sampai ke paha, sedang dari mulut mereka keluar kotoran. Kepada mereka di serukan, "inilah orang-orang yang selama hidupnya suka minum-minuman keras".
Kelompok kedua belas: mereka yang di giring dari kubur dengan wajah laksana bulan purnama, mereka melalui shirat secepat cahaya, maka terdengarlah seruan, "inilah orang-orang shalih, menjauhi perbuatan mungkar dan gemar pada perbuatan baik, mereka telah meninggalkan dunia setelah melakukan pertaubatan yang sempurna. Balasan bagi mereka adalah surga, kasih dan ampunan Tuhan.
Dalam riwayat hadits yang lain, Rasul pernah bersabda: manusia akan di bangkitkan pada hari kiamat kelak, terbagi atas tiga golongan besar:
Pertama: berkendaraan, kedua: berjalan kaki, dan ketiga: berjalan dengan wajahnya. Diantara sahabat ada yang bertanya: wahai Rasulallah, adakah manusia yang berjalan dengan menggunakan wajahnya? Nabi menjawab: Tuhan yang mampu memperjalankan manusia dengan kakinya, pasti akan mampu pula memperjalankan manusia dengan wajahnya.
Saudaraku... Pernahkah anda melakukan perjalanan jauh di muka bumi ini? Pernahkah kemudian anda menderita dalam perjalanan itu? Kalau anda pernah sengsara, kalau anda pernah merasa payah, terlunta-lunta, terengah-engah, tersaruk-saruk, terlempar bahkan terpelanting dalam hidup di dunia ini, sesungguhnya itu belum seberapa dahsyat.
Bagaimanapun jauhnya, betapapun teriknya, di dunia ini masih ada tempat untuk kita bernaung, masih ada sungai untuk menyembuhkan dahaga kita, masih ada semilir angin yang kan memberi kita rasa sejuk, masih banyak tempat-tempat makan untuk kita singgahi. Tetapi, di ahirat kelak, semua itu bukan saja tiada melainkan berganti dengan segala derita yang tiada tepermanai. Mereka yang terlunta-lunta tiada yang akan sanggup untuk mengentaskannya, mereka yang meraung-raung tidak akan ada yang mempedulikannya, mereka yang merangkak tidak akan ada yang berbelas kasih padanya, semua kita sibuk dengan kepayahan diri masing-masing. "yauma yafirrul mar-u min akhih, washahibatihi wabanih" anak lupa akan ayah ibunya, ayah ibu lupa akan anak-anaknya, tiada yang di butuhkan pada saat itu kecuali amal baik, amal yang semoga akan dapat menyelamatkan kita dari segala kengerian hari itu.
Semua manusia, mau tidak mau, terpaksa ataupun tidak, harus berangkat ke padang Mahsyar itu, tempat persidangan maha tinggi di bawah pimpinan hakim yang maha besar, Tuhan Rabbul izzati.
Kepada mereka yang menganggap lucu dan tidak percaya cerita ini, di persilahkan untuk tertawa sekeras-kerasnya, sebahak-bahaknya, kelak jika ajal menjemput dan malaikat maut menampar muka anda, saya harap anda teruskan tertawa, bisa apa tidak?
Walau tara idzi adzh-dzhalimuna fi ghamarati al-mauti wa al-malaikatu basithu aidihim akhriju anfusakum, al-yauma tujzauna 'adzab al-huni bi ma kuntum taquluna 'ala Allahi ghaira al-haqqi wa kuntum 'an ayatihi tastakbirun.
Mendengar pertanyaan Muadz, Nabi yang suci itu menangis tersedu-sedu, sehingga airmata membasahi bajunya. Kemudian Nabi bersabda: "wahai Muadz, engkau telah menanyakan sesuatu yang amat dahsyat. Ummatku akan di giring dari kubur mereka menuju Padang Mahsyar menjadi dua belas kelompok".
Kelompok pertama adalah: mereka yang di giring ke Padang Mahsyar dengan tiada memiliki tangan dan kaki. Terdengarlah seruan "inilah orang-orang yang dzhalim dan kejam terhadap tetangganya".
Kelompok kedua: mereka yang di giring dalam keadaan bermuka babi hutan, kepada kelompok ini terdengar seruan. "inilah orang-orang yang meremehkan perintah Tuhan".
Kelompok ketiga: mereka yang di giring dari kubur dengan perut di penuhi ular dan kalajengking, maka terdengarlah seruan "inilah orang-orang yang enggan mendermakan hartanya".
Kelompok ke empat: mereka yang di giring dalam keadaan mulut di penuhi darah, terdengar seruan untuk mereka. "inilah orang-orang yang curang dalam transaksi jual beli".
Kelompok kelima: mereka yang di giring dalam keadaan sangat busuk baunya. Kepada mereka terdengar seruan "inilah orang-orang yang baik di muka umum, padahal mereka adalah biang dari segala kejahatan".
Kelompok ke enam: mereka yang di giring dalam keadaan tenggorokan dan tengkuk terputus. "inilah orang-orang yang suka bersaksi palsu".
Kelompok ketujuh: mereka yang di giring dari kubur dengan tidak mempunyai lidah serta dari mulutnya mengalir darah dan nanah. "inilah mereka yang enggan bersaksi untuk kebenaran".
Kelompok kedelapan: mereka yang berjalan dengan wajah di bawah dan kakinya di atas. "inilah orang-orang yang telah melakukan zina dan mati sebelum sempat bertaubat".
Kelompok kesembilan: mereka yang di giring dalam keadaan wajah yang hitam kelam, sedang mulutnya di penuhi api. "inilah orang-orang yang memakan harta anak yatim secara dzhalim".
Kelompok kesepuluh: mereka yang datang ke Padang Mahsyar dengan kulit melepuh dan terkelupas. "inilah orang-orang yang durhaka pada ibu bapaknya".
Kelompok ke sebelas: adalah mereka yang datang dalam keadaan buta matanya, gigi mereka laksana tanduk sapi, bibir mereka melebar sampai ke dada, lidah menjulur sampai ke perut bahkan sampai ke paha, sedang dari mulut mereka keluar kotoran. Kepada mereka di serukan, "inilah orang-orang yang selama hidupnya suka minum-minuman keras".
Kelompok kedua belas: mereka yang di giring dari kubur dengan wajah laksana bulan purnama, mereka melalui shirat secepat cahaya, maka terdengarlah seruan, "inilah orang-orang shalih, menjauhi perbuatan mungkar dan gemar pada perbuatan baik, mereka telah meninggalkan dunia setelah melakukan pertaubatan yang sempurna. Balasan bagi mereka adalah surga, kasih dan ampunan Tuhan.
Dalam riwayat hadits yang lain, Rasul pernah bersabda: manusia akan di bangkitkan pada hari kiamat kelak, terbagi atas tiga golongan besar:
Pertama: berkendaraan, kedua: berjalan kaki, dan ketiga: berjalan dengan wajahnya. Diantara sahabat ada yang bertanya: wahai Rasulallah, adakah manusia yang berjalan dengan menggunakan wajahnya? Nabi menjawab: Tuhan yang mampu memperjalankan manusia dengan kakinya, pasti akan mampu pula memperjalankan manusia dengan wajahnya.
Saudaraku... Pernahkah anda melakukan perjalanan jauh di muka bumi ini? Pernahkah kemudian anda menderita dalam perjalanan itu? Kalau anda pernah sengsara, kalau anda pernah merasa payah, terlunta-lunta, terengah-engah, tersaruk-saruk, terlempar bahkan terpelanting dalam hidup di dunia ini, sesungguhnya itu belum seberapa dahsyat.
Bagaimanapun jauhnya, betapapun teriknya, di dunia ini masih ada tempat untuk kita bernaung, masih ada sungai untuk menyembuhkan dahaga kita, masih ada semilir angin yang kan memberi kita rasa sejuk, masih banyak tempat-tempat makan untuk kita singgahi. Tetapi, di ahirat kelak, semua itu bukan saja tiada melainkan berganti dengan segala derita yang tiada tepermanai. Mereka yang terlunta-lunta tiada yang akan sanggup untuk mengentaskannya, mereka yang meraung-raung tidak akan ada yang mempedulikannya, mereka yang merangkak tidak akan ada yang berbelas kasih padanya, semua kita sibuk dengan kepayahan diri masing-masing. "yauma yafirrul mar-u min akhih, washahibatihi wabanih" anak lupa akan ayah ibunya, ayah ibu lupa akan anak-anaknya, tiada yang di butuhkan pada saat itu kecuali amal baik, amal yang semoga akan dapat menyelamatkan kita dari segala kengerian hari itu.
Semua manusia, mau tidak mau, terpaksa ataupun tidak, harus berangkat ke padang Mahsyar itu, tempat persidangan maha tinggi di bawah pimpinan hakim yang maha besar, Tuhan Rabbul izzati.
Kepada mereka yang menganggap lucu dan tidak percaya cerita ini, di persilahkan untuk tertawa sekeras-kerasnya, sebahak-bahaknya, kelak jika ajal menjemput dan malaikat maut menampar muka anda, saya harap anda teruskan tertawa, bisa apa tidak?
Walau tara idzi adzh-dzhalimuna fi ghamarati al-mauti wa al-malaikatu basithu aidihim akhriju anfusakum, al-yauma tujzauna 'adzab al-huni bi ma kuntum taquluna 'ala Allahi ghaira al-haqqi wa kuntum 'an ayatihi tastakbirun.
Senin, 01 Juni 2009
Selagi masih di dunia, jangan membedakan mahluk Tuhan
Ibrahim As merupakan nabi yang memiliki kedudukan teramat mulia di sisi Tuhan, ia di juluki dengan khalilullah, sahabat karib Tuhan. Dari jalurnya yang mulia, lahir banyak nabi-nabi yang terkenal dalam sejarah manusia yaitu, Ismail, Ishaq, Ya'qub, Yusuf, Ayyub, Musa, 'Isa 'Alaihim salam, dan puncak dari semuanya adalah baginda nabi Muhammad Saw yang menjadi cincin sekaligus penutup bagi para nabi. Oleh karenanya, Ibrahim juga di juluki dengan abu'l-anbiya' atau bapak para nabi.
Ibrahim As demikian di cintai Tuhan karena kasih sayang dan kedermawanannya pada sesama, sampai-sampai para malaikat begitu kagum dengan kemurahannya, sebuah rekor fantastis adalah ketika Ibrahim As mengurbankan ribuan ekor kambing miliknya untuk di sedekahkan pada mereka yang membutuhkan.
Ibrahim As di tegur Tuhan
Cerminan dari kedermawanan Ibrahim As adalah, ia tidak makan pagi sebelum terlebih dahulu mengumpulkan banyak orang untuk di ajak ikut makan bersamanya. Namun, suatu hari di pagi yang cerah, datang bertamu ke rumah Ibrahim, seorang Majusi yang ingin juga ikut makan bersamanya, demi melihat yang datang adalah seorang Majusi, Ibrahim dengan tegas menolaknya. Ibrahim menyatakan pada Majusi itu bahwa apa yang di hidangkannya hanya untuk mereka yang hanif dan lurus saja, tidak untuk Majusi yang di anggap menyimpang dari ajaran Tuhan. Ahirnya, dengan langkah gontai, Majusi itu berlalu dari rumah Ibrahim dalam keadaan penuh rasa sedih dan kecewa.
Tidak lama berselang, Tuhan menegur apa yang telah di perbuat Ibrahim itu. Wahai Ibrahim, apa hakmu menolak makan dengan Majusi itu, padahal Aku, Tuhan yang maha besar, maha benar, maha memberi rizki tidak pernah membedakan mahluk-Ku, semua Aku kasih rizki, tiada peduli mereka yang Hanif, Majusi dan bahkan mereka yang tidak mempercayai Aku sebagai Tuhanpun tetap Aku beri rizki. Apa maksudmu wahai Ibrahim?
Teguran Tuhan adalah merupakan pelajaran yang amat berharga bagi Ibrahim, setelah kejadian itu, siapapun mereka yang datang ke rumahnya, di terima dengan ramah dan penuh penghormatan, Ibrahim lebih terbuka kepada siapapun daripada sebelumnya.
Adakah tidak patut kita mencontoh Ibrahim wahai kawanku? Ataukah kita tetap mengeraskan jiwa, membengiskan wajah pada mereka yang tidak sehaluan dengan kita? Bahkan pada yang sehaluanpun kerap kali kita tega menginjaknya? Tidakkah kita contoh moral Tuhan yang tiada mengurangi kelembutannya pada mereka yang Atheis?
Ibrahim As demikian di cintai Tuhan karena kasih sayang dan kedermawanannya pada sesama, sampai-sampai para malaikat begitu kagum dengan kemurahannya, sebuah rekor fantastis adalah ketika Ibrahim As mengurbankan ribuan ekor kambing miliknya untuk di sedekahkan pada mereka yang membutuhkan.
Ibrahim As di tegur Tuhan
Cerminan dari kedermawanan Ibrahim As adalah, ia tidak makan pagi sebelum terlebih dahulu mengumpulkan banyak orang untuk di ajak ikut makan bersamanya. Namun, suatu hari di pagi yang cerah, datang bertamu ke rumah Ibrahim, seorang Majusi yang ingin juga ikut makan bersamanya, demi melihat yang datang adalah seorang Majusi, Ibrahim dengan tegas menolaknya. Ibrahim menyatakan pada Majusi itu bahwa apa yang di hidangkannya hanya untuk mereka yang hanif dan lurus saja, tidak untuk Majusi yang di anggap menyimpang dari ajaran Tuhan. Ahirnya, dengan langkah gontai, Majusi itu berlalu dari rumah Ibrahim dalam keadaan penuh rasa sedih dan kecewa.
Tidak lama berselang, Tuhan menegur apa yang telah di perbuat Ibrahim itu. Wahai Ibrahim, apa hakmu menolak makan dengan Majusi itu, padahal Aku, Tuhan yang maha besar, maha benar, maha memberi rizki tidak pernah membedakan mahluk-Ku, semua Aku kasih rizki, tiada peduli mereka yang Hanif, Majusi dan bahkan mereka yang tidak mempercayai Aku sebagai Tuhanpun tetap Aku beri rizki. Apa maksudmu wahai Ibrahim?
Teguran Tuhan adalah merupakan pelajaran yang amat berharga bagi Ibrahim, setelah kejadian itu, siapapun mereka yang datang ke rumahnya, di terima dengan ramah dan penuh penghormatan, Ibrahim lebih terbuka kepada siapapun daripada sebelumnya.
Adakah tidak patut kita mencontoh Ibrahim wahai kawanku? Ataukah kita tetap mengeraskan jiwa, membengiskan wajah pada mereka yang tidak sehaluan dengan kita? Bahkan pada yang sehaluanpun kerap kali kita tega menginjaknya? Tidakkah kita contoh moral Tuhan yang tiada mengurangi kelembutannya pada mereka yang Atheis?
Tuhan dalam imajinasi "bocah"
Kalimat-kalimat yang nranyak, sumpah serapah, anggapan menghina yang maha kuasa dll pasti akan menghantam, kenapa?
Karena engkau telah menggambarkan sesuatu yang tiada bisa di angankan dalam khayal yang paling dalampun, tiada layak di fikirkan oleh pemikiran yang paling gilapun, sebab, Dia melampaui segala bentuk dan padanan, tiada tersekat dalam bias ruang waktu, ajaib mutlak segala yang berkaitan dengan diri-Nya, maha abstrak.
Tapi nanti dulu, aku tidak sampai kesana, aku menyadari betul bahwa membicarakan Tuhan adalah sesuatu yang percuma dan akal tiada bakal mampu untuk menguak misteri-Nya selamanya, lantas apa maksudnya?
Gambaran Tuhan pernah melintas di fikiranku pada waktu aku masih kecil, ketika aku baru saja mendengar cerita dari orang tuaku, bahwa dunia dan seluruh isinya ternyata ada yang mencipta. Aku bertanya, siapa yang mencipta semua ini? Ayahku bilang, dia adalah Allah Tuhan semesta alam, aku terus bertanya, Allah itu seperti apa, ada di mana, terus apa maksudnya mencipta semua ini? Tidurlah nak, belum waktunya kamu bertanya tentang masalah itu, jawab orang tuaku. Aku menurut.
Setelah dialog singkat itu, aku mencoba untuk memejamkan mata, tapi selalu gagal. Bayangan tentang Allah begitu menggoda anganku, terus dan terus hingga pada ahirnya dalam lelahku, terbentuk dalam bayangan fikiranku sosok seorang wanita anggun, berselendang putih, tersungging senyum keteduhan di bibirnya, memancarkan kemilau kesejukan yang tiada tara, aku bergumam, seperti itukah Allah? Sejenak kemudian, pada ahirnya akupun tertidur dalam damai.
Ketika masih kanak-kanak, kita menggambarkan Tuhan dalam bentuk-bentuk sangat sederhana. Dia bisa berupa seorang laki-laki, perempuan, cahaya, angin atau bahkan gabungan dari semuanya. Seorang anak menginginkan segala sesuatu yang bentuknya kongkrit yang bisa di lihat atau dapat di sentuh keberadaannya, hatta tentang masalah Tuhanpun, atau, paling tidak ia membutuhkan sesuatu yang bisa di bayangkan dalam batas-batas fikiran dan imajinasinya. Jika tidak , tentu ia akan mengingkari wujud-Nya atau kemungkinan ada-Nya. Ini adalah wajar. Oleh karenanya segala penggambaran tentang Tuhan dari seorang anak, tidak perlu di kuatkan atau di tentang yang berarti akan mengalihkan pikiran anak dari benda-benda kongkrit ke dalam hal-hal yang tidak terindra yang mereka anggap sebagai sesuatu yang tidak ada, akibatnya anak akan mengalami guncangan yang cukup serius.
Biarkanlah gambaran itu terus berjalan bersama imajinasinya, kelak, dalam perjalanan spiritualnya ia akan menemukan sendiri bentuk yang sesungguhnya dari Tuhan, yang penting, kita tetap menggiring fikiran mereka pada jalan yang mengarah pada me-maha-kan Tuhan.
Gambaranku tentang Tuhan pada waktu kecil pada ahirnya berubah seiring banyaknya informasi yang ku serap dari al-Quran, Hadits, dan petuah guru-guruku, Meskipun akalku tetap lemah untuk mencernanya. Last... Wujud Tuhan hanya bisa di gambarkan dengan iman yang ada dalam hati.
Karena engkau telah menggambarkan sesuatu yang tiada bisa di angankan dalam khayal yang paling dalampun, tiada layak di fikirkan oleh pemikiran yang paling gilapun, sebab, Dia melampaui segala bentuk dan padanan, tiada tersekat dalam bias ruang waktu, ajaib mutlak segala yang berkaitan dengan diri-Nya, maha abstrak.
Tapi nanti dulu, aku tidak sampai kesana, aku menyadari betul bahwa membicarakan Tuhan adalah sesuatu yang percuma dan akal tiada bakal mampu untuk menguak misteri-Nya selamanya, lantas apa maksudnya?
Gambaran Tuhan pernah melintas di fikiranku pada waktu aku masih kecil, ketika aku baru saja mendengar cerita dari orang tuaku, bahwa dunia dan seluruh isinya ternyata ada yang mencipta. Aku bertanya, siapa yang mencipta semua ini? Ayahku bilang, dia adalah Allah Tuhan semesta alam, aku terus bertanya, Allah itu seperti apa, ada di mana, terus apa maksudnya mencipta semua ini? Tidurlah nak, belum waktunya kamu bertanya tentang masalah itu, jawab orang tuaku. Aku menurut.
Setelah dialog singkat itu, aku mencoba untuk memejamkan mata, tapi selalu gagal. Bayangan tentang Allah begitu menggoda anganku, terus dan terus hingga pada ahirnya dalam lelahku, terbentuk dalam bayangan fikiranku sosok seorang wanita anggun, berselendang putih, tersungging senyum keteduhan di bibirnya, memancarkan kemilau kesejukan yang tiada tara, aku bergumam, seperti itukah Allah? Sejenak kemudian, pada ahirnya akupun tertidur dalam damai.
Ketika masih kanak-kanak, kita menggambarkan Tuhan dalam bentuk-bentuk sangat sederhana. Dia bisa berupa seorang laki-laki, perempuan, cahaya, angin atau bahkan gabungan dari semuanya. Seorang anak menginginkan segala sesuatu yang bentuknya kongkrit yang bisa di lihat atau dapat di sentuh keberadaannya, hatta tentang masalah Tuhanpun, atau, paling tidak ia membutuhkan sesuatu yang bisa di bayangkan dalam batas-batas fikiran dan imajinasinya. Jika tidak , tentu ia akan mengingkari wujud-Nya atau kemungkinan ada-Nya. Ini adalah wajar. Oleh karenanya segala penggambaran tentang Tuhan dari seorang anak, tidak perlu di kuatkan atau di tentang yang berarti akan mengalihkan pikiran anak dari benda-benda kongkrit ke dalam hal-hal yang tidak terindra yang mereka anggap sebagai sesuatu yang tidak ada, akibatnya anak akan mengalami guncangan yang cukup serius.
Biarkanlah gambaran itu terus berjalan bersama imajinasinya, kelak, dalam perjalanan spiritualnya ia akan menemukan sendiri bentuk yang sesungguhnya dari Tuhan, yang penting, kita tetap menggiring fikiran mereka pada jalan yang mengarah pada me-maha-kan Tuhan.
Gambaranku tentang Tuhan pada waktu kecil pada ahirnya berubah seiring banyaknya informasi yang ku serap dari al-Quran, Hadits, dan petuah guru-guruku, Meskipun akalku tetap lemah untuk mencernanya. Last... Wujud Tuhan hanya bisa di gambarkan dengan iman yang ada dalam hati.
Senin, 18 Mei 2009
Ketika ATHEIS A-MORAL mengacau di blog saya
O my God, apa salah saya. Saya bingung, ketika tiba-tiba seseorang yang tidak saya ketahui identitasnya, tidak saya kenal dan bersembunyi di dalam jiwa yang pengecut, mengacau di blog saya dengan kata-kata yang menjijikkan dan tidak pantas keluar dari hati dan fikiran orang yang beragama.
Judul di atas adalah gambaran selaras tentang manusia ini. Saya menganggapnya adalah ATHEIS yang tidak bermoral, karena jika dalam hatinya ada sedikit saja setitik cahaya agama --apapun itu-, tentu pantang bagi dirinya untuk mengumbar kata-kata tidak bermoral itu.
Efeknya adalah saya terpaksa menghapus gadget shoutmix yang ada di blog ini, yang tadinya saya maksudkan untuk bercengkarama dengan sahabat-sahabat saya. Munculnya manusia dzhalim ini membuat suasana menjadi tidak sehat dan keruh. Padahal dalam muqaddimah blog ini saya menjelaskan bahwa misi perdamaian sangat saya kedepankan diatas segala-galanya.
Manusia bodoh ini mungkin tidak mengerti bahasa manusia, tidak punya bahasa hati nurani. Sebuah pameo yang mengatakan bahwa "bahasa menunjukkan bangsa" memperkuat alasan saya untuk mengatakan, bahwa hakiki dari manusia ini adalah binatang, bahkan lebih buruk dari binatang.
Cobalah simak kata-kata manusia ini yang di tulis pada tanggal 13 mei 2009, dengan nama yang aneh penuh samaran, menggambarkan kemarahan, rasa benci dan jijik terhadap saya serta menganggap saya begitu rendahnya.
Semua identitas dan kata-katanya asli dari manusia biadab ini, tanpa saya kurangi ataupun tambahi begitu pula dengan bentuk huruf-hurufnya maupun simbol-simbol yang menyertainya.
mr^pret: KEMINTER RAIMU COK!
ULILPEOT: "TEMBELEK LANTUNG"
ULILPEOT: JIL = JAMA'AH ISLAM LOYO kayak L0
ULILPEOT: LO KAYAK KASINO WAJAHNYA wakakakak SEMOGA CEPET MATI KAYA KASINO WARKOP
ULILPEOT: COK RAIMU UELEK TENAN
ULILPEOT: KONTOLMU CILIK yo MAS
ULILPEOT: MAS KOEN KOK UELEK MAS!! OTAKMU HABIS GEGAR OTAK YA MAS?
ULILPEOT: MAS BLOPGMU UELEK MAS? GAK MUTU BLASSSSS!!! MATI AJA KAMU MAS
Lihatlah dan resapi, adakah semua kata-kata di atas yang mencerminkan sebuah keinginan untuk bersahabat?
Barangkali setelah menuliskan kata-kata aneh itu si ATHEIS merasa telah memenangkan sebuah pertandingan, merasa bahagia karena berhasil melecehkan serendah-rendahnya mahluk Tuhan, merasa bahwa tidak ada satupun yang tahu apa yang di lakukannya padahal Tuhan senantias melihat segala gerak mahluknya sekecil apapun apalagi berkaitan dengan sebuah kedzhaliman.
Wahai ATHEIS, i'malu ma syi'tum, silahkan teruskanlah berbuat seperti itu dalam nyata maupun dalam maya. Silahkan amalkan firman Tuhan berikut ini; in quwwatuka tamna'uka min 'adzabi fashna' ma syi'ta, jika kekuatan yang ada pada dirimu sanggup mencegah murka Tuhan, silah berbuat semaumu, silahkan umbar segala kedurjanaan dan kebejadanmu wahai ATHEIS!
Judul di atas adalah gambaran selaras tentang manusia ini. Saya menganggapnya adalah ATHEIS yang tidak bermoral, karena jika dalam hatinya ada sedikit saja setitik cahaya agama --apapun itu-, tentu pantang bagi dirinya untuk mengumbar kata-kata tidak bermoral itu.
Efeknya adalah saya terpaksa menghapus gadget shoutmix yang ada di blog ini, yang tadinya saya maksudkan untuk bercengkarama dengan sahabat-sahabat saya. Munculnya manusia dzhalim ini membuat suasana menjadi tidak sehat dan keruh. Padahal dalam muqaddimah blog ini saya menjelaskan bahwa misi perdamaian sangat saya kedepankan diatas segala-galanya.
Manusia bodoh ini mungkin tidak mengerti bahasa manusia, tidak punya bahasa hati nurani. Sebuah pameo yang mengatakan bahwa "bahasa menunjukkan bangsa" memperkuat alasan saya untuk mengatakan, bahwa hakiki dari manusia ini adalah binatang, bahkan lebih buruk dari binatang.
Cobalah simak kata-kata manusia ini yang di tulis pada tanggal 13 mei 2009, dengan nama yang aneh penuh samaran, menggambarkan kemarahan, rasa benci dan jijik terhadap saya serta menganggap saya begitu rendahnya.
Semua identitas dan kata-katanya asli dari manusia biadab ini, tanpa saya kurangi ataupun tambahi begitu pula dengan bentuk huruf-hurufnya maupun simbol-simbol yang menyertainya.
mr^pret: KEMINTER RAIMU COK!
ULILPEOT: "TEMBELEK LANTUNG"
ULILPEOT: JIL = JAMA'AH ISLAM LOYO kayak L0
ULILPEOT: LO KAYAK KASINO WAJAHNYA wakakakak SEMOGA CEPET MATI KAYA KASINO WARKOP
ULILPEOT: COK RAIMU UELEK TENAN
ULILPEOT: KONTOLMU CILIK yo MAS
ULILPEOT: MAS KOEN KOK UELEK MAS!! OTAKMU HABIS GEGAR OTAK YA MAS?
ULILPEOT: MAS BLOPGMU UELEK MAS? GAK MUTU BLASSSSS!!! MATI AJA KAMU MAS
Lihatlah dan resapi, adakah semua kata-kata di atas yang mencerminkan sebuah keinginan untuk bersahabat?
Barangkali setelah menuliskan kata-kata aneh itu si ATHEIS merasa telah memenangkan sebuah pertandingan, merasa bahagia karena berhasil melecehkan serendah-rendahnya mahluk Tuhan, merasa bahwa tidak ada satupun yang tahu apa yang di lakukannya padahal Tuhan senantias melihat segala gerak mahluknya sekecil apapun apalagi berkaitan dengan sebuah kedzhaliman.
Wahai ATHEIS, i'malu ma syi'tum, silahkan teruskanlah berbuat seperti itu dalam nyata maupun dalam maya. Silahkan amalkan firman Tuhan berikut ini; in quwwatuka tamna'uka min 'adzabi fashna' ma syi'ta, jika kekuatan yang ada pada dirimu sanggup mencegah murka Tuhan, silah berbuat semaumu, silahkan umbar segala kedurjanaan dan kebejadanmu wahai ATHEIS!
Sabtu, 02 Mei 2009
Al-'ithrah ath-thahirah (Biorgrafi singkat) keluarga suci sang nabi
Mereka adalah manusia-manusia suci pilihan Tuhan, yang pernah di hadirkan ke muka bumi sebagai rahmat bagi alam semesta.
Nabi Muhammad SAAW, Fathimah putrinya, Ali Ibn Abi Tahlib menantunya, dan 12 keturunan beliau yang di kalangan kelompok Syiah di kenal sebagai manusia-manusia ma'shum (di jaga dari kesalahan), manusia-manusia yang patut di teladani jalan hidupnya, manusia-manusia yang Tuhan telah berfirman di dalam Al-Quran berkaitan dengan mereka; Qul la as-alukum 'alaih ajran illa al-mawaddata fi al-qurba, katakan pada umatmu wahai Muhammad, aku tidak meminta upah apapun dari kalian kecuali rasa cinta kalian pada kerabatku.
Tragisnya, sejarah kelam tiada usang menghitamkan sejarah hidup mereka. Satu persatu dari mereka di aniaya, di lecehkan, di racun dan bahkan di bunuh oleh orang-orang yang mengaku sebagai umat Muhammad SAW. Maka, ucapan Shari'ati yang mengatakan; Islam adalah agama yang memiliki sejarah paling tragis dan kelam adalah ucapan yang benar dan tidak perlu di perdebatkan lagi. Orang-orang yang tadinya ikut andil membawa Islam berkembang pesat adalah juga yang pada ahirnya menusuk Islam dari dalam sekaligus turut memporak porandakan sendi-sendinya --di antaranya dengan cara mencaci maki, melecehkan, merampas hak dan membunuhi keluarga Muhammad SAW satu demi satu. Kecuali Rasulullah, imam Ja'far, dan Al-Mahdi, seluruh nama yang ada dalam biografi ini meninggal dengan cara yang tidak wajar. Ada yang di siksa, di racun ataupun di tikam.
Di perlukan uraian yang panjang untuk mengetengahkan kembali sejarah kelam itu, tetapi, berhubung tulisan ini saya maksudkan hanya untuk menampilkan biografi singkat nabi, putrinya, menantunya, dan 12 keturunannya, maka bagi mereka yang penasaran dengan ungkapan Shari'ati di atas, di persilahkan untuk merujuk pada buku-buku sejarah yang di tulis pada kurun-kurun awal perkembangan Islam, tentunya dengan merujuk pada buku-buku sejarah yang betul-betul obyektif dan menceritakan apa adanya yang terjadi tanpa di kurangi atau di lebih-lebihkan, tidak juga di tulis oleh penulis-penulis sejarah bayaran, yang isi tulisannya sudah barang tentu di sesuaikan dengan selera yang membayarnya.
* * *
Dengan menyebut nama Tuhan yang memiliki kasih tiada terbatas. Inilah biografi singkat hamba-hamba yang shalih dari kalangan keluarga nabi. Semoga dengan menulis nama-nama mereka di blog ini, berkah dan kebahagiaan akan senantiasa menyambangi hidup saya. Amien
1. Nabi Muhammad SAAW (Al-Mushtafa)
Nama - Muhammad.
Gelar - Al-Amien, Al-Musthafa, Ar-Rasul.
Panggilan - Abul-Qasim. Qasim adalah anak nabi yang sulung, meninggal pada waktu masih bayi.
Lahir - Hari jum'at, tanggal 17 rabiul-awwal.
Nama ayah - Abdullah ibn Abd Muthallib.
Nama ibu - Aminah binti Wahab.
Nabi meninggal dalam usia 63 tahun, pada hari senin bulan shafar tahun 11 Hijriyah. Beliau di makamkan di rumah beliau sendiri, yang sekarang berada di sekitar masjid nabawi Medinah.
2. Hadhrat Fathimah Az-Zahra
Nama - Fathimah.
Gelar - Az-Zahra.
Panggilan - Ummul-Aimma.
Lahir - Az-Zahra lahir di Makkah pada hari jum'at tanggal 20 jumadits-tsani. Fathimah adalah putri yang paling di cintai nabi, sehingga apabila Fatima marah terhadap seseorang, nabi akan ikut marah pada orang tersebut, apabila Fatima menyukai seseorang, nabi pun akan ikut menyukainya.
Nama ayah - Muhammad Ibn Abdullah.
Nama Ibu - Khadijah binti Khuwailid.
Az-Zahra meninggal di Medinah dalam usia sangat muda, 18 tahun. Fatima adalah keluarga nabi yang paling pertama menyusul nabi menghadap ke haribaan Tuhan. Di kisahkan, Fatima sakit setelah adanya perlakuan dari orang-orang munafik, yang mendobrak pintu rumahnya, sehingga Fatima terdorong dan menabrak dinding rumahnya. Masalah ini muncul ketika orang-orang munafik itu memaksa keluarga Fatima untuk membaiat pengangkatan Abu Bakar sebagai Khalifah. Jenazah Fatima di kuburkan pada malam hari, Fatima berwasiat agar prosesi penguburannya tidak di ketahui oleh siapapun kecuali keluarga dan orang-orang dekatnya. Fatima Az-Zahra di kebumikan di taman Baqi'.
3. Hadhrat Ali Al-Murtadho.
Nama - Ali.
Gelar - Al-Murtadho, Amirul-mu'minin, Abu Turab dan Asadullah.
Panggilan - Abul-Hasan.
Lahir - hari jum'at tanggal 13 bulan rajab.
Nama ayah - Abu Thalib.
Nama ibu - Fathimah binti Asad.
Imam Ali meninggal dalam usia 63 tahun, di daerah Kufah pada hari senin tanggal 21 ramadhan tahun 40 Hijriyah. Beliau di tikam setelah shalat subuh oleh Abu lu'lu-ah. Beliau di makamkan di Najaf, Irak.
4. Hadhrat Hasan Al-Mujtaba.
Nama - Hasan.
Gelar - Al-Mujtaba.
Panggilan - Abu Muhammad.
Lahir - pada hari selasa tanggal 15 ramadhan tahun 3 Hijriyah.
Nama ayah - Ali ibn Abi Thalib.
Nama ibu - Fathimah binti Muhammad SAW.
Imam Hasan meninggal dalam usia 46 tahun, pada hari kamis tanggal 20 shafar tahun 50 Hijriyah, di makamkan di Baqi'.
5. Hadhrat Husain Asy-Syahid.
Nama - Husain.
Gelar - Sayyidusy-Syuhada' (Leader of Martyrs).
Panggilan - Abu Abdillah.
Lahir - di Medinah pada hari kamis bulan sya'ban tahun 4 Hijriyah.
Nama ayah - Ali ibn Abi Thalib.
Nama ibu - Fathimah binti Muhammad.
Imam Husain meninggal sebagai syahid dalam usia 57 tahun di padang karbala, pada tanggal 10 muharram tahun 61 Hijriyah. Husain, secara kejam di bunuh oleh Yazid dan pasukannya, kemudian manusia biadab bernama Syimir dengan keji memenggal kepala Husain, lalu di araklah kepala Husain sampai ke damaskus, untuk di pertontonkan pada sejarah bahwa apapun alasannya Yazid ibn Muawiya tidak bisa dan sama sekali tidak pantas di sebut sebagai pemimpin Islam.
6. Hadhrat Ali Zainal Abidin.
Nama - Ali.
Gelar - Zainal Abidin.
Panggilan - Abu Muhammad.
Lahir - hari sabtu tanggal 15 jumadil awwal di Medinah.
Nama ayah - Husain ibn Ali.
Nama ibu - Syahri Banun, putri dari raja Yazdigard II.
Ali Zainal Abidin meninggal dalam usia 58 tahun, meninggal di Medinah pada tanggal 21 muharram tahun 95 Hijriyah. Ali sempat di siksa oleh Walid ibn Abd Malik Marwan. Di makamkan di pemakaman Baqi'. Zainal Abidin adalah satu-satunya laki-laki dari keluarga nabi yang selamat pada peristiwa Karbala, bibinya yang bernama Zainab Aqilat al-Wahyi yang membelanya dari kebiadaban Yazid.
7. Hadhrat Muhammad Al-Baqir.
Nama - Muhammad.
Gelar - Al-Baqir.
Panggilan - Abu Ja'far.
Lahir - hari selasa tanggal 1 rajab tahun 57 Hijriyah di Medinah.
Nama ayah - Ali ibn Husain ibn Ali.
Nama ibu - Fathimah binti Hasan ibn Ali.
Al-Baqir meninggal tahun 116 Hijriyah pada hari senin tanggal 7 dzulhijjah dalam usia 59 tahun, di makamkan di Baqi'.
8. Hadhrat Ja'far Ash-Shadiq.
Nama - Ja'far.
Gelar - Ash-Shadiq.
Panggilan - Abu Abdillah.
Lahir - hari senin tanggal 17 Rabiul awwal tahun 83 Hijriyah, di Medinah.
Nama ayah - Muhammad ibn Ali ibn Husain.
Nama ibu - Ummu Farwah.
Meninggal pada hari senin tanggal 15 rajab tahun 148 Hijriyah dalam usia 65 tahun dan di kebumikan di taman pusara Baqi'.
9. Hadhrat Musa Al-Kadzhim.
Nama - Musa.
Gelar - Al-Kadzhim.
Panggilan - Abu Ibrahim.
Lahir - pada hari ahad tanggal 7 rajab tahun 128 Hijriyah di daerah Abwa' (sebuah tempat yang berada di antara Makkah dan Medinah).
Nama ayah - Ja'far ibn Muhammad.
Nama ibu - Hamida Khathoon.
Musa Kadzhim meninggal di Baghdad, Irak. Dalam usia 55 tahun pada hari jumat tanggal 25 rajab tahun 183 Hijriya pada zaman Harun Ar-Rasyid. Al-Kadzhim di kebumikan di Kadzhimiah.
10. Hadhrat Ali Ar-Ridha.
Nama - Ali.
Gelar - Ar-Ridha.
Panggilan - Abul Hasan.
Nama ayah - Musa Al-Kadzhim ibn Ja'far.
Nama ibu - Ummu Banin Najma.
Ar-Ridha meninggal di daerah Masyhad Khurasan pada hari selasa tanggal 17 shafar tahun 203 Hijriyah. Di makamkan di Masyhad, Iran.
11. Hadhrat Muhammad Al-Jawad.
Nama - Muhammad.
Gelar - Al-Jawad, At-Taqi.
Panggilan - Abu Ja'far.
Di lahirkan pada hari jumat tanggal 10 rajab tahun 195 Hijriyah di Medinah.
Nama ayah - Ali ibn Musa.
Nama ibu - Khaizuran.
Meninggal dalam usia yang sangat muda, ya'ni 25 tahun. Di daerah Kadzhimiyah pada hari rabu tanggal 29 dzulqo'dah tahun 220 Hijriyah.
12. Hadhrat Ali An-Naqi.
Nama - Ali.
Gelar - Al-Hadi, An-Naqi.
Panggilan - Abul Hasan.
An-Naqi lahir pada hari jum'at tanggal 15 dzulhijjah tahun 212 Hijriyah di Surb. Ayah An-Naqi bernama Muhammad ibn Ali, dan ibunya adalah Summana Khathoon. An-Naqi meninggal di Samarra pada 26 jumadil akhar tahun 254 Hijriyah.
13. Hadhrat Hasan Al-Askari.
Nama - Hasan.
Gelar - Al-Askari.
Panggilan - Abu Muhammad.
Imam Al-Askari di lahirkan pada 8 rabiul akhar tahun 232 Hijriyah di Medinah.
Nama ayah - Ali ibn Muhammad.
Nama ibu - Saleel.
Seperti halnya ayahnya, Al-Askari juga meninggal dan di makamkan di daerah Samarra. Al-Askari hanya berusia sampai 28 tahun. Pada hari jum'at tanggal 8 rabiul awwal tahun 260 Hijriyah, imam Al-Askari kembali ke pangkuan Ilahi.
14. Hadhrat Muhammad Al-Mahdi.
Nama - Muhammad.
Gelar - Al-Mahdi, Shahibul-Ashr, Al-Hujjah, Al-Qaim.
Panggilan - Abul Qasim.
Lahir - hari jum'at tanggal 15 sya'ban tahun 255 Hijriyah di Samarra.
Nama ayah - Hasan Al-Askari.
Nama ibu - Nargis Khathoon.
Menurut pemahaman dan keyakinan kelompok Syiah, Al-Mahdi masih hidup sampai hari ini. Al-Mahdi sedang menghilang di suatu tempat, kemudian akan muncul kembali ketika dunia mendekati ahir usia, Al-Mahdi datang untuk menegakkan keadilan dan membela kebenaran, dia akan berjuang bersama Isa Al-Masih untuk menghancurkan paham dajjalisme yang melanda dunia pada saat itu. Imam Al-Mahdi di juluki juga dengan Imam Ghaib atau Imam Zaman. Wallahu a'lam.
Demikianlah biografi singkat nabi dan 12 keturunannya. Sebagian tulisan ini saya adaptasi dari sumber http://shia.org
catatan:
Dengan menulis biografi mereka, bukan berarti saya adalah syiah. Saya tidak tertarik dengan segala paham sektarian yang ada, apakah syiah, sunni, mu'tazilah dan lain sebagainya. Saya adalah moslem yang mencoba menerapkan segala pemahaman yang ada dalam khazanah keilmuan Islam dari manapun asalnya dalam kehidupan sehari-hari.
Rabu, 29 April 2009
Tuhan adalah cahaya langit dan bumi
Al-Quran surah An-Nur ayat 35. Tuhan adalah cahaya langit dan bumi, perumpamaan cahanya adalah laksana ceruk yang di dalamnya terdapat pelita. Pelita itu ada di dalam kaca, kaca itu laksana bintang yang berkelipan, yang di nyalakan dari pohon zaitun yang di berkahi, yang tidak terdapat di sebelah timur maupun barat yang minyaknya memberikan cahaya sekalipun tidak tersentuh oleh api, cahaya diatas cahaya.
Itulah Tuhan. Tuhan adalah cahaya, cahaya itu tersembunyi di dalam jiwa manusia; itulah cahaya yang di nyalakan dengan minyak zaitun, yang tiada dari timur maupun barat.
Sinagog Yahudi dengan sepuluh hijabnya adalah simbolisasi dari tubuh manusia dengan berbagai macam lapisannya. Di dalam sinagog tersebut ada pelita yang tiada padam untuk selama-lamanya yang minyaknya di buat dari pohon zaitun murni.
Yang di maksud cahaya adalah yang ada dalam diri manusia, Al-Quran menyebutkan, adalah cahaya yang di minyaki dengan minyak yang tidak di dapatkan di timur maupun di barat, itu hanya bisa di rasakan ketika seseorang bersemadi dalam dirinya. Cahaya itu bukanlah cahaya yang dapat di indera oleh mata, tapi cahaya bagi setiap yang ada.
Di dalam diri setiap manusia ada tanda-tanda yang tiada terlihat, ya'ni cahaya kebenaran yang bersinar dalam hati apabila manusia tidak lagi di dominasi oleh pengaruh luar. Syetan, Iblis, hawa nafsu dan lainnya.
Seorang sufi bersayair; katupkan bibirmu, pejamkan matamu, dan sumbat telingamu. Bila anda tidak bisa merasakan adanya cahaya Tuhan maka tertawakanlah kami.
Dengan menutup segala persepsi eksternal, lalu memusatkan perhatian pada diri sendiri, manusia akan mampu membaca kilasan real cahaya ke-Tuhan-an yang tiada bisa di jelaskan oleh pribadi lain dari yang merasakannya. Oleh karenanya maka timbullah ana al-Haq, laisa fi jubbati siwa Allah, Subhanii, tiada sesuatu yang ada kecuali aku dan lain-lain.
Dialog singkat Ya'qub As dan malaikat maut
Pada suatu hari, telah terjadi dialog antara Ya'qub AS dengan malaikat maut. Inilah petikannya:
Ya'qub: wahai Izrail, saya ingin minta sesuatu padamu.
Izrail: apa itu?
Ya'qub: saya ingin jika ajalku sudah dekat dan anda akan mencabut ruhku, tolong kasih tahu saya.
Izrail: baiklah, nanti saya akan memberi beberapa tanda padamu sebagai kabar telah mendekatnya ajalmu.
Ketika ajal Ya'qub telah dekat, Izrail datang menghadap Ya'qub.
Ya'qub berkata pada Izrail, anda datang kepadaku apakah hanya sekedar untuk berkunjung ataukah anda akan mencabut ruhku?
Izrail menjawab, saya datang untuk mencabut ruhmu wahai Ya'qub.
Ya'qub memprotes keputusan Izrail, bukankah dulu anda pernah berkata akan memberi tanda padaku sebelum anda mencabut ruhku?
Izrail menjawab, saya telah memberimu beberapa tanda tapi sayang anda tidak menyadarinya.
Ya'qub, mana tanda-tanda yang anda janjikan itu?
Wahai Ya'qub, bukankah dahulu rambut di kepalamu berwarna hitam pekat, bukankah dulu anda memiliki fisik yang kuat tak tergoyah, bukankah dulu anda terlihat begitu tegap gagah perkasa?
Maka, jika kini seluruh rambutmu telah memutih, fisikmu terlihat lemah, ringkih sakit-sakitan dan anda kini terlihat berjalan bungkuk sempoyongan, itu tandanya tidak lama lagi ajalmu akan segera tiba.
* * *
Sebaik-baik waktu adalah yang di pergunakan untuk jalan ketaatan pada Tuhan dan berkhidmat pada sesama. Barang siapa ingin menjaga keberkahan waktunya, maka jadikanlah perkataannya sebagai dzikir, diamnya untuk bertafakkur, dan segala gerak lakunya mengarah pada perbuatan yang baik.
Ya'qub: wahai Izrail, saya ingin minta sesuatu padamu.
Izrail: apa itu?
Ya'qub: saya ingin jika ajalku sudah dekat dan anda akan mencabut ruhku, tolong kasih tahu saya.
Izrail: baiklah, nanti saya akan memberi beberapa tanda padamu sebagai kabar telah mendekatnya ajalmu.
Ketika ajal Ya'qub telah dekat, Izrail datang menghadap Ya'qub.
Ya'qub berkata pada Izrail, anda datang kepadaku apakah hanya sekedar untuk berkunjung ataukah anda akan mencabut ruhku?
Izrail menjawab, saya datang untuk mencabut ruhmu wahai Ya'qub.
Ya'qub memprotes keputusan Izrail, bukankah dulu anda pernah berkata akan memberi tanda padaku sebelum anda mencabut ruhku?
Izrail menjawab, saya telah memberimu beberapa tanda tapi sayang anda tidak menyadarinya.
Ya'qub, mana tanda-tanda yang anda janjikan itu?
Wahai Ya'qub, bukankah dahulu rambut di kepalamu berwarna hitam pekat, bukankah dulu anda memiliki fisik yang kuat tak tergoyah, bukankah dulu anda terlihat begitu tegap gagah perkasa?
Maka, jika kini seluruh rambutmu telah memutih, fisikmu terlihat lemah, ringkih sakit-sakitan dan anda kini terlihat berjalan bungkuk sempoyongan, itu tandanya tidak lama lagi ajalmu akan segera tiba.
* * *
Sebaik-baik waktu adalah yang di pergunakan untuk jalan ketaatan pada Tuhan dan berkhidmat pada sesama. Barang siapa ingin menjaga keberkahan waktunya, maka jadikanlah perkataannya sebagai dzikir, diamnya untuk bertafakkur, dan segala gerak lakunya mengarah pada perbuatan yang baik.
Senin, 27 April 2009
Mengenal Tuhan
- Tuhan adalah indah, Dia mencintai keindahan. Indah adalah sifat pribadinya. Muhammad SAAW bersabda, kholaqa al-insana 'ala shurotih, manusia di cipta atas bentuk-Nya, Nya mengarah kepada bentuk wajah Tuhan, yang di maksud adalah keindahan-Nya. Oleh karenanya thabi'at manusia selalu cenderung pada keindahan. Tuhan mencintai keindahan sebelum segala sesuatu tercipta. Maka, Tuhan adalah keindahan dan kecintaan. Keindahan-Nya adalah cinta, dan cinta-Nya adalah keindahan. Tuhan adalah pencinta dan di cintai pada saat yang sama. Tuhan menyaksikan diri-Nya sendiri dalam cermin keindahan-Nya. Tuhan mencintai diri-Nya sendiri, maka, la yuhibbu Allah ghoiru Allah, tidak mencintai Tuhan kecuali Tuhan itu sendiri. Sebuah cinta mutlak yang tiada terbatas dan bertepi.
- Hanya Tuhan yang ada, maka, segala sesuatu selain Dia pada hakikatnya adalah 'adum, ketiadaan, non entiti. Tuhan menyatakan keberadaan diri-Nya dalam bentuk "ke-Aku-an" seorang pencari jalan kebenaran (salik). Karena itu, pengenalan akan ke-Aku-an diri seseorang adalah bergantung pada pengenalan akan Tuhannya, man 'arafa rabbahu fa qad 'arafa nafsahu.
Pengenalah terhadap Tuhan haruslah di dahulukan sebelum mengenal diri sendiri, benarlah apa yang di katakan orang bahwa, siapa yang telah melupakan Tuhan berarti ia telah melupakan dirinya sendiri.
Seseorang yang telah melupakan Tuhan berarti ia telah melupakan diri sendiri. Seorang darwish dengan mengenakan jubah hitam memasuki zawiyah imam Junaid, dia di tanya, ada apa dengan pakaian berkabungnya itu? Dia menjawab, Tuhannya telah mati, lalu ia di usir berkali-kali.
Rupanya, ketika berkata seperti itu, darwish dalam keadaan melupakan Tuhan dan dirinya sendiri, karena kebodohannya, maka pantaslah ia mengenakan jubah hitamnya.
- Al-Quran berkata, fadzkuruni adzkurkum wasykuru li wa la takfurun. Bila Tuhan di ingat sebagai manifestasi bagi segala sesuatu yang maujud, berarti seolah-olah Dia di tiadakan, sebab, kufr (kafir) berarti meniadakan dan menganggap ma siwa Allah sebagai pelaku, padahal semua yang ada adalah lahir dari pancaran gerak-Nya.
- Hanya Tuhan yang ada, maka, segala sesuatu selain Dia pada hakikatnya adalah 'adum, ketiadaan, non entiti. Tuhan menyatakan keberadaan diri-Nya dalam bentuk "ke-Aku-an" seorang pencari jalan kebenaran (salik). Karena itu, pengenalan akan ke-Aku-an diri seseorang adalah bergantung pada pengenalan akan Tuhannya, man 'arafa rabbahu fa qad 'arafa nafsahu.
Pengenalah terhadap Tuhan haruslah di dahulukan sebelum mengenal diri sendiri, benarlah apa yang di katakan orang bahwa, siapa yang telah melupakan Tuhan berarti ia telah melupakan dirinya sendiri.
Seseorang yang telah melupakan Tuhan berarti ia telah melupakan diri sendiri. Seorang darwish dengan mengenakan jubah hitam memasuki zawiyah imam Junaid, dia di tanya, ada apa dengan pakaian berkabungnya itu? Dia menjawab, Tuhannya telah mati, lalu ia di usir berkali-kali.
Rupanya, ketika berkata seperti itu, darwish dalam keadaan melupakan Tuhan dan dirinya sendiri, karena kebodohannya, maka pantaslah ia mengenakan jubah hitamnya.
- Al-Quran berkata, fadzkuruni adzkurkum wasykuru li wa la takfurun. Bila Tuhan di ingat sebagai manifestasi bagi segala sesuatu yang maujud, berarti seolah-olah Dia di tiadakan, sebab, kufr (kafir) berarti meniadakan dan menganggap ma siwa Allah sebagai pelaku, padahal semua yang ada adalah lahir dari pancaran gerak-Nya.
Selasa, 14 April 2009
Untuk Nabi tercinta
Kepada hadhrat nabi tercinta, nabi yang terpilih. Kami haturkan shalawat dan salam atas-mu wahai nabi yang mulia, rasul yang agung, yang berjiwa lembut dan penyayang terhadap sesama.
Wahai sayyid kami, wahai nabi kami, wahai kekasih kami, wahai pelipur duka kami. wahai rasulullah, wahai nabi Allah, wahai kekasih Allah, wahai penghias keindahan di kerajaan Tuhan, wahai cahaya singgasana Tuhan, wahai manusia terbaik pilihan Tuhan, wahai syafaat bagi mereka yang berdosa, wahai nabi pembawa rahmat bagi semesta alam.
Sungguh, Tuhan telah berfirman dalam kedudukan-mu yang agung "dan jika mereka yang telah mendzhalimi diri, datang bersimpuh pada-mu, beristighfar pada Tuhan, dan rasul memohonkan ampun bagi mereka, niscaya mereka akan menemui Tuhan maha penerima taubat lagi penyayang.
Wahai pemimpin kami, Muhammad Ibn Abdullah Ibn Abdul-Muthallib Ibn Hasyim, wahai sayyidina Yasin, wahai sayyidina Thaha, wahai sayyidina Munir, wahai sayyidina Basyir, wahai sayyidina Muqaddam penghulu para rasul. Inilah kami wahai junjungan kami, wahai rasulullah, kami bersimpuh, berlari kepada-mu dari dosa-dosa meminta syafaat dan perlindungan dari murka Tuhan, wahai pemberi syafaat bagi manusia, wahai pengurai segala tabir kelam, wahai penerang kegelapan, singkirkan kami dari neraka, wahai nabi yang penyayang.
Wahai penghulu kami, kami datang berziarah pada-mu, kami menetap di pintu-mu yang agung, kami mengharap syafaat dari-mu, jangan tolak kami dari haribaan-mu yang menyebabkan kami menjadi hina dan merugi, kami berharap syafaat dari kemuliaan-mu.
Wahai rasulullah junjungan kami, kami meminta syafaat pada-mu, memintakan keutamaan bagi-mu pada Tuhan, memintakan derajat yang tinggi, tempat yang mulia, Haudh yang tercipta, syafaat yang agung di hari penyaksian.
Wahai manusia terbaik yang pernah ada, jiwa kami kan menjadi tebusan untuk pusara yang kini engkau beristirah, di sana ada kelembutan, di sana ada keindahan, di sana ada kemuliaan. Engkaulah kekasih Tuhan, engkaulah pemberi syafaat, engkaulah yang di harap pertolongan-nya bagi kaki yang tergelincir.
Kami bersaksi, engkau adalah pesuruh Tuhan, sungguh, engkau telah menyampaikan risalah dengan sebenarnya, telah menunaikan amanah, menjadi penasehat bagi segenap manusia, engkaulah penyingkap tabir gelap, penyinar pekat kehidupan, engkau telah bersungguh-sungguh di jalan Allah, telah beribadah sebenar-benarnya pada Tuhan hingga ajal menjemput. Kami ucapkan Jazakallah, semoga Tuhan membalas jasa-jasa-mu dengan sebaik-baiknya.
Wahai nabi pilihan, kami meminta pertolongan pada-mu pada hari kebingungan yang besar, hari yang tiada lagi bermanfaat lagi harta maupun putera, kecuali mereka yang datang dengan hati yang selamat hati yang jernih. Syafa'ati kami wahai junjungan kami rasulullah. Salam atas-mu wahai pemimpin para rasul,
kami bersaksi, tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah utusan-Nya.
Wahai sayyid kami, wahai nabi kami, wahai kekasih kami, wahai pelipur duka kami. wahai rasulullah, wahai nabi Allah, wahai kekasih Allah, wahai penghias keindahan di kerajaan Tuhan, wahai cahaya singgasana Tuhan, wahai manusia terbaik pilihan Tuhan, wahai syafaat bagi mereka yang berdosa, wahai nabi pembawa rahmat bagi semesta alam.
Sungguh, Tuhan telah berfirman dalam kedudukan-mu yang agung "dan jika mereka yang telah mendzhalimi diri, datang bersimpuh pada-mu, beristighfar pada Tuhan, dan rasul memohonkan ampun bagi mereka, niscaya mereka akan menemui Tuhan maha penerima taubat lagi penyayang.
Wahai pemimpin kami, Muhammad Ibn Abdullah Ibn Abdul-Muthallib Ibn Hasyim, wahai sayyidina Yasin, wahai sayyidina Thaha, wahai sayyidina Munir, wahai sayyidina Basyir, wahai sayyidina Muqaddam penghulu para rasul. Inilah kami wahai junjungan kami, wahai rasulullah, kami bersimpuh, berlari kepada-mu dari dosa-dosa meminta syafaat dan perlindungan dari murka Tuhan, wahai pemberi syafaat bagi manusia, wahai pengurai segala tabir kelam, wahai penerang kegelapan, singkirkan kami dari neraka, wahai nabi yang penyayang.
Wahai penghulu kami, kami datang berziarah pada-mu, kami menetap di pintu-mu yang agung, kami mengharap syafaat dari-mu, jangan tolak kami dari haribaan-mu yang menyebabkan kami menjadi hina dan merugi, kami berharap syafaat dari kemuliaan-mu.
Wahai rasulullah junjungan kami, kami meminta syafaat pada-mu, memintakan keutamaan bagi-mu pada Tuhan, memintakan derajat yang tinggi, tempat yang mulia, Haudh yang tercipta, syafaat yang agung di hari penyaksian.
Wahai manusia terbaik yang pernah ada, jiwa kami kan menjadi tebusan untuk pusara yang kini engkau beristirah, di sana ada kelembutan, di sana ada keindahan, di sana ada kemuliaan. Engkaulah kekasih Tuhan, engkaulah pemberi syafaat, engkaulah yang di harap pertolongan-nya bagi kaki yang tergelincir.
Kami bersaksi, engkau adalah pesuruh Tuhan, sungguh, engkau telah menyampaikan risalah dengan sebenarnya, telah menunaikan amanah, menjadi penasehat bagi segenap manusia, engkaulah penyingkap tabir gelap, penyinar pekat kehidupan, engkau telah bersungguh-sungguh di jalan Allah, telah beribadah sebenar-benarnya pada Tuhan hingga ajal menjemput. Kami ucapkan Jazakallah, semoga Tuhan membalas jasa-jasa-mu dengan sebaik-baiknya.
Wahai nabi pilihan, kami meminta pertolongan pada-mu pada hari kebingungan yang besar, hari yang tiada lagi bermanfaat lagi harta maupun putera, kecuali mereka yang datang dengan hati yang selamat hati yang jernih. Syafa'ati kami wahai junjungan kami rasulullah. Salam atas-mu wahai pemimpin para rasul,
kami bersaksi, tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah utusan-Nya.
Senin, 13 April 2009
Pipit-ku kini telah menikah
"Dan diantara tanda-tanda kekuasaan Tuhan, adalah di ciptakan-Nya untukmu pasangan hidup dari jenismu sendiri supaya kamu merasa tentram di sampingnya. Dan di jadikan-Nya kasih sayang di antaramu. Sesungguhnya, pada yang demikian itu, ada tanda-tanda bagi yang mau berfikir. (Qs. Ar-ruum : 21)
Menikah adalah sunnahku, barang siapa yang tidak suka sunnahku, dia bukan golonganku (Al-Hadits)
Maha suci Allah, Tuhan yang telah menciptakan mahluknya berpasang-pasangan.
Ya Allah, jika engkau memperkenankan:
Hendi Sunjaya, SE, S.Kom (Hendi), Assalam Computer
dengan
Idah Fitriyah binti Bahruddin (Pipit), Panembahan-Plered-Cirebon
untuk mengikuti sunnah rasul-Mu membangun keluarga sakinah, mawaddah, warahmah dan memberi keturunan yang salih/salihah, yang mau berbakti pada orang tuanya dan berguna bagi kehidupan.
Akad Nikah:
Hari Jum'at, 10 April 2009 pukul 08.00 WIB di masjid As-salam
SUSUNAN ACARA:
MC oleh: bapak Mas'ud Banudhi (kepala desa Panembahan)
1). Pembukaan.
2). Pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur'an oleh: ustadz Abd Wahid.
3). Sambutan-sambutan:
1). Pihak mempelai laki-laki.
2). Pihak mempelai wanita oleh: Bapak H Kusdiyanto.
4). Tawassul oleh: ustadz H Zainuddin Naim.
5). Khotbah Nikah oleh: ustadz Syamsuddin.
6). Akad Nikah oleh: ustadz Fatur Rafael.
7). Penutup/doa oleh: ustadz Fatur Rafael.
Turut mengundang:
- Ir. Nedi Hendri Junaidi, MM. (Assalam CV.)
- Ustadz Fathur Rahman/Fatur Rafael (Juara Nasional Hifdzhul Quran)
- Ustadazah Siti Zaitun, S.Ag. (Nyi Atun)
- Segenap Family
RESEPSI PERNIKAHAN:
Hari: Sabtu malam minggu
Tanggal: 11 - 12 April 2009
Waktu: Pukul 10.00 WIB s/d selesai
Tempat: Jl. Widuri No. 20 RT. 06 RW. 01 Kapling Megu Cilik Kec. Weru Kab. Cirebon
Kel. Bpk H. Warsina
Ibu Hj. Mastonah
Kel. Bpk. Bahruddin/Kyai Batu (Alm)
Ibu Fathonah
Hendi & Pipit
Komentar-komentar saya di situs JIL bag 1
Untuk kenangan perjalanan bathin, perjalanan pemikiran dan perjalanan dalam menyikapi pergolakan pemahaman agama, sengaja saya copy paste semua komentar saya di situs JIL, sampai tiba waktunya untuk saya berhenti mengomentari apapun yang ada di dunia ini yang semuanya adalah nisbi, relatif dan semu. kata Ibnu 'Arabi; Al-Wujudu kulluhu khayalun fi al-khayal, semua keadaan, seluruhnya adalah khayal di dalam khayal.
Komentar untuk tulisan Syafi'i Ma'arif yang berjudul argumen pluralisme agama. Komentar Rafael; Hanya para pemuka agama yg berjiwa bersih dan memiliki niat baiklah yg akan mampu dan mau melakukan dialog antar agama yg berma’na, dialog yg bebas dari segala bentuk prasangka, kebencian dan dendam kesumat. Selain itu, mereka juga tentu akan mampu menunjukkan kesatuan batin agama-agama maupun perbedaan formalnya. Para pemuka agama yg berjiwa bersih di harapkan terus melakukan dialog demi terciptanya iklim spiritual yg sehat bagi kehidupan keberagamaan umat manusia masa kini, mereka juga di harapkan mampu memberi kontribusi lebih banyak bagi kesetimbangan dan harmonisasi kehidupan keberagamaan masyarakat manusia yg begitu lama terkungkung dalam simpul-simpul kelam kesalah fahaman dan kebencian, akibatnya, masing-masing merasa telah terpisah jauh, seolah-olah tiada lagi kesempatan bagi masing-masing untuk saling bahu membahu dalam mewujudkan kehidupan yg lebih baik, damai dan harmonis, khususnya di bumi Palestine dan Israel, yg telah memendam bara kebencian tiada berujung.
Pada hakikatnya, Islam telah bertemu, bergaul dan berinteraksi dg tradisi Yahudi dan Nasrani lebih dr 14 abad lamanya. Islam sendiri sebetulnya adalah agama yg datang terahir untuk meneguhkan kembali tradisi Abrahamiya yg sebelumnya terjelma di dalam Yahudi dan Nasrani. Syariah sebagai perintah Tuhan, dalam banyak hal serupa dg kitab Talmud, meski dr segi penyusunannya syariah tidak menyadur dr kitab Talmud. Yesus Al-Masih, juga sebenarnya turut memberikan peranan penting dalam Islam, meski memiliki konsep yg berbeda dg pandangan Nasrani terhadapnya.
Hanya manusia yg telah mencapai puncak gunung tak terbataslah yg akan mampu menjadi pendaki sejati, ia tak kan goyah oleh jalan yg berbeda yg di tempuh kawan perjalanannya, sebab hanya jalan yg di tempuhnyalah yg terasa berma’na bagi hidupnya.
#20. Dikirim oleh Fatur rafael pada 21/03 03:16 PM
Komntar atas artikel Abd Moqsith Gazali berjudul; kapan Muhammad SAW lahir. Komentar Rafael; Tidak begitu penting kapan, dimana, dan hari apa Nabi Muhammad SAW di dzahirkan ke muka bumi ini. Sebab, tidak ada satupun sejarah masa lampau yg steril dari perselisihan ahli sejarah dalam hal ketepatan waktunya. Jika masa Nabi Muhammad, yg merupakan masa yg paling dekat dg kita di banding dg Nabi-Nabi lainnya saja belum terungkap kepastiannya sampai hari ini, apatah lagi dg Nabi-Nabi sebelum beliau. Biarlah itu semua tetap menjadi misteri gelap sejarah, yg manusia tidak perlu mempertikaikannya sampai mengeraskan urat leher dan menggemeretakkan gigi.
Sejarah hidup para Nabi memang akan selalu menarik untuk di perbincangkan sampai kapanpun, di sebabkan nilai-nilai luhur yg di bawa mereka bagi perbaikan hidup umat manusia. Kita tidak bisa membayangkan, betapa amannya dunia ini dari segala tindak kriminal, jika seluruh manusia mau mencontoh ketegasan ala Musa AS, betapa damai dunia ini jika seluruh manusia mau mencontoh kasih tulus Yesus Al-Masih, dan, betapa pertikaian adalah sesuatu yg tidak perlu ada, jika semua manusia mau meneladani moral Muhammad yg begitu toleran terhadap segala perbedaan. Sayangnya, karakter dunia yg begitu carut wa marut, yang di tingkahi pula dg nyanyian setan, tidak selalu membawa manusia pada jalan mulus yg di inginkan oleh para Nabi itu. Jadi, tetaplah dendam kesumat, kriminalitas, pertikaian, saling hujat, peperangan, saling membunuh dan blo blo blo akan tetap mewarnai perjalanan dunia ini sampai kapanpun.
Saya pribadi merasa beruntung, masih bisa menghirup udara segar ajaran para Nabi itu. walaupun sedikit, di jiwa saya masih terselip ketegasan ala Musa, di dada saya masih tersimpan kasih tulus Yesus Al-Masih, dan di hati serta fikiran saya masih terpatri toleransi ala Muhammad SAW.
#8. Dikirim oleh Fatur rafael pada 11/03 08:35 PM
Luthfi Syaukani dengan tulisan berjudul; Dua Amina.
Komentar Rafael; Apa yg di lakukan Amina Wadud sebetulnya bukanlah sesuatu yg baru dalam kasus wanita menjadi imam shalat, namun hanya skalanya saja yg mungkin berbeda. Jika Amina menjadi imam secara umum dalam shalat jum’at, dahulu pada zaman Nabi ada seorang wanita bernama Ummu Waraqah yg juga pernah menjadi imam shalat bagi keluarganya yg diantara ma’mumnya adalah laki-laki dewasa.
Mayoritas fuqaha, termasuk imam madzhab yg empat, hanya membolehkan laki-laki yg sudah baligh untuk menjadi imam shalat secara umum, sedangkan wanita hanya di perkenankan untuk menjadi imam shalat bagi wanita-wanita lainnya, tetapi tidak bagi laki-laki, walaupun keluarganya sendiri. Namun demikian, ada juga sebagian fuqaha yg membolehkan wanita menjadi imam shalat bagi laki-laki.
Mereka yg tidak membolehkan wanita menjadi imam shalat berpedoman dgn hadits Nabi yg di rawikan oleh Ibn Majah, “Janganlah seorang wanita menjadi imam bagi laki-laki”, namun, beberapa pakar hadits mendhaifkan hadits ini yg berakibat pada tidak bolehnya hadits ini di pakai sebagai sandaran hukum. Ada juga beberapa hadits yg menjadi sandaran bagi mereka tp hadits-hadits tersebut tidak menyentuh substansi tentang kepemimpinan wanita dalam shalat.
Imam Nawawi dalam bukunya Al-Majmu’, mengutip perkataan Qadhi Abu Thayyib dan Al-Abdari, bahwa beberapa fuqaha madzhab Syafi’i seperti Abu Tsur, Al-Muzanni, juga Ath-Thabari membolehkan wanita menjadi imam shalat bagi laki-laki dgn bersandar pada hadits yg di riwayatkan oleh Abu Daud yg bersumber dari Ummu Waraqah, bahwa Nabi kerap berkunjung kerumahnya, jika waktu shalat tiba, Nabi menunjuk muadzin baginya dan kemudian Nabi menyuruh Ummu Waraqah untuk menjadi imam bagi keluarganya. Keterangan yg mirip dgn ini bisa juga di lihat dalam buku Bidayah Al-Mujtahidnya Ibn Rusyd atau Subul As-Salamnya Ash-Shan’ani.
Pada pendapat saya, boleh saja seorang wanita menjadi imam shalat dalam keluarganya jika suaminya sedang tidak ada, atau suaminya sama sekali tidak bisa menjadi imam shalat. Atau bisa juga menjadi imam shalat secara umum di suatu daerah jika di daerah tersebut tidak ada satupun laki-laki yg mampu menjadi imam shalat. Atau bisa juga menjadi imam shalat kapanpun, dimanapun dan dalam kondisi apapun jika memang mayoritas fuqaha kontemporer menyetujuinya dan memberi toleransi pada kasus seperti ini. Yg terpenting, apa yg di lakukan Amina Wadud jangan dulu dianggap sesat, Amina hanya menerapkan sesuatu yg dahulunya memang pernah ada. Tuduhan sesat adalah kalimat yg sangat berat dan sebetulnya hanya Tuhan yg tau tentang siapa yg sesat. Wallahu a’lam bis-shawab, wa’ilmuhu atam.
#5. Dikirim oleh Fatur rafael pada 11/03 06:13 PM
Goenawan Muhammad dalam tulisan berjudul Mono.
Komentar Rafael; Identifikasi diri terhadap ma’na kata-kata Rasul “Aku tidak tahu” merupakan simbolisasi bagi sebuah keniscayaan umum manusia yang penuh dengan kelemahan dan ketidak tahuan. Semakin jauh manusia melanglang di ufuk pengetahuan, semakin banyak pula ketidak tahuan yang di rasa pada dirinya. Manusia memang tidak di haruskan untuk mengetahui segala sesuatu, bahkan karakter dunia yang di ciptakan begitu penuh misteri, banyak meninggalkan sesuatu yang manusia tidak tahu dan tidak akan pernah tahu untuk selama-lamanya. Tetaplah legenda bangsa Maya sebagai misteri, tetaplah Madain Shalih sebagai Misteri, tetaplah pilar-pilar Iram sebagai misteri dan ahirnya; tetaplah pula Tuhan sebagai misteri untuk selama-lamanya.
Jika Om GM menyukai ketidak tahuan Rasul tentang kapan kebangkitan Musa dan atau ada pengeculian Tuhan terhadapnya. Saya lebih suka pada kritikan Tuhan terhadap Musa ketika dia berdiri di tengah kaumnya dan mendakwakan diri sebagai yang terpandai di dunia. Arogansi Musa langsung mendapat teguran Tuhan bahwa di belahan dunia lain masih ada yang lebih alim dan lebih shalih dari pada Musa. Tuhan menitahkan Musa untuk belajar padanya (Al-Hidhr). Setelah melalui perjalanan panjang, Musa berhasil menemui dan belajar pada Al-Hidhr. Namun, maha suci Tuhan, ternyata Musa gagal menjadi murid yang baik bagi Al-Hidhr. Al-Hidhr memulangkan musa kembali pada kaumnya dalam keadaan kebingungan.
#6. Dikirim oleh Fatur rafael pada 03/03 03:25 PM
Abd Moqsith Gazali dalam; MUI dan pengharaman rokok.
Komentar Rafael; Perdebatan di sekitar hukum merokok adalah merupakan sejarah panjang di kalangan ahli agama (Islam), dan itu saya kira akan tetap berlangsung sampai kapanpun juga. Rokok dan hukumnya termasuk diantara sesuatu yg memang berada dalam lingkaran “Tuhan dan hal-hal yg tidak akan pernah selesai”.
Saya termasuk di antara orang yg tidak menyepakati apapun fatwa MUI, walaupun demikian sebagai orang yg berfikir bebas dan toleran saya tetap menghormati fatwa2 MUI itu yg merupakan bagian dari keragaman corak berfikir dalam lingkungan Islam.
Teman-teman, izinkan saya bercerita, mudah2an cerita ini bisa menjadi bahan pertimbangan bagi semua. Saya pernah konsultasi dengan seorang dokter spesialis “penyakit dalam” perihal masalah rokok ini. Saya bertanya padanya; anda kan seorang dokter, kenapa dari tadi saya lihat anda tidak berhenti merokok, bukankah itu tidak baik untuk kesehatan dan menurut dokter yg lain merokok bisa menyebabkan hancurnya paru2 dan berbagai penyakit lainnya, bukankah sesuatu yg membahayakan tubuh di haramkan agama? Dokter tersebut menjawab; O tidak, asal dari penyakit itu adalah sesuatu yang tidak bisa di deteksi oleh apapun maupun siapapun, bahkan oleh dokter yg paling expert sekalipun. Kata dia, penyakit itu datang langsung dr Tuhan, saya sudah banyak mendiagnosa pasien yg paru2nya hancur padahal dia sama sekali tidak merokok, sebaliknya saya juga banyak memeriksa pasien yg paru2nya bersih padahal pasien itu adalah pecandu rokok kelas berat, termasuk saya sendiri (dokter) adalah perokok kelas berat tp paru2 sy fine2 aja. Dokter itu menyambung lagi, secara teori medis orang yang terkena sinar matahari secara langsung dalam keadaan yg terus menerus akan terkena penyakit kangker kulit tp faktanya petani2 kita semua tetap segar bugar, belum pernah sekalipun saya mendengar atau melihat ada petani yg terkena kangker kulit, padahal mereka tiap hari terkena panas matahari secara langsung, bukankah jika merokok di haramkan bertani juga harusnya di haramkan? Saya dengan dokter itu terus terlibat dialog sambil dokter itu sesekali menyodorkan batang2 rokoknya pada saya, walaupun saya tidak begitu menyukai rokok tp demi menghormatinya saya menerimanya dan menyalakannya.
Tidak ada kesimpulan apapun yg ada dalam benak saya ketika saya keluar dari ruang dokter itu, cuma beberapa waktu kemudian saya jadi ingat tentang kaidah usul yg berbunyi “al-ashl fil-asy-ya’ al-ibahah”, Asal segala sesuatu adalah mubah kecuali terhadap sesuatu yg memang telah di hukumi haram secara mutlak, qath’i dan jelas oleh Qur’an maupun Hadits. Jadi karena tidak ada dalil yang pasti dalam Al-Quran maupun Hadits tentang hukum rokok ini saya lebih baik mengatakan kalau hukum rokok adalah mubah saja. Saya menganggap MUI lg becanda dengan fatwa haramnya itu, sebagai bentuk escapisme psikologis MUI dr segala terpaan badai kritik yg selama ini menghantam mereka.
Saya yang memang tidak begitu suka merokok tadinya berniat untuk berhenti sama sekali dari aktivitas merokok itu, tapi berhubung MUI mengharamakannya saya jadi mengurungkan niat untuk berhenti. Saya cuma ingin meyakinkan diri bahwa apa yg di fatwakan MUI itu bukanlah kebenaran yg tidak ada keraguan di dalamnya bahkan sebaliknya bisa jadi apa yg MUI fatwakan adalah merupakan kesalahan yg tidak ada keraguan padanya. Salam MUI!!
#16. Dikirim oleh Fatur rafael pada 27/02 10:07 AM
Novriantoni Kahar dalam, Petuah Roy untuk Obama.
Rafael; Tidak di pecah belah Iranpun sebetulnya pemimpin-pemimpin Arab dari dulu memang tidak bisa bersatu. Nampaknya watak ‘ashobiah kesukuan yg dari dulu mewarnai segala sejarah peperangan di antara kabilah-kabilah Arab tidak hilang hingga masa kini ketika zaman semakin beranjak modern. Sebetulnya apa yang di lakukan Mahmud Ahmadi Nejad dengan segala provokasinya adalah semata-mata agar para pemimpin Arab sadar diri dan bersatu padu dalam rangka menghentikan segala sepak terjang israel yg semakin lama kian tidak bisa terkendali.
#1. Dikirim oleh Fatur rafael pada 24/01 02:27 AM
Abd Moqsith dalam, Meuju perdamaian abadi Israel-Palestina.
Rafael; Ada hadits Nabi yg berbunyi Idza dzallatil-’arob dzallal-islaam, apabila bangsa arab menjadi bangsa yg hina maka Islampun akan hina pula, mafhum mukholafah dr hadits tersebut adalah Idza ‘azzatil-’arob ‘azzal-Islaam, apabila negeri arab berjaya maka Islampun akan jaya. Jika kt mencermati lebih jauh maka kt harus merevisi ulang apakah betul bahwa hadits tersebut adalah hadits sahih sebab hadits tersebut bertentangan dg fakta nyata bahwa negara-negara Arab adalah negara pengecut yg tidak bisa membela arab Palestine sebagai kawannya sendiri bahkan yg lebih parah ketika Liga arab mengadakan pertemuan untuk membahas masalah Palestine mereka bukannya mencari solusi yg paling cepat dan tepat agar Palestine segera keluar dr tekanan israel justru mereka saling menghujat satu sama lain di tambah lagi dengan adanya pernyataan panas dari Mahmud Ahmadi Nejad yg mengatakan bahwa bangsa arab turut terlibat dalam pembantaian warga Palestine oleh tentara israel. Nampaknya perdamaian abadi di timur tengah hanyalah harapan semu jika negara-negara Arab tidak mau bersatu padu untuk menghentikan segala rencana israel yg cenderung destruktif.
#11. Dikirim oleh Fatur rafael pada 23/01 05:56 PM
Abd Moqsith dalam, Lia Aminuddin dan problem penghapusan agama.
Rafael; Lia aminuddin sebetulnya cuma setingkat dengan dukun perempuan yg ada di kampung saya, seorang perempuan yg tdak mengerti apapun tentang masalah agama tapi jika ada yg memasuki tubuhnya dia jadi terlihat begitu pandai. Menurut pengakuannya kadang yg masuk adalah arwah wali songo, kadang tuan Abdulqadir jilani, kadang Muhammad SAW, kadang Jibril as si roh kudus itu bahkan yg lebih fantastis adalah kadang Tuhan yg memasuki dirinya. Dia bisa berbicara dg suara, dialek dan bahasa yg berbeda, bisa menerangkan tafsir quran seluas2nya dan macam2 keanehan lagi. Begitu pula yg terjadi dg Lia edenudin, menurut salah seorang mantan pengikutnya Lia sebetulnya tidak mengerti apa2 masalah agama tp jika dirinya sedang extase dan kemasukan arwah, entah itu mengaku jibril atau siapa, Lia mendadak jadi mengerti banyak hal dan bisa menafsiri Alquran. jadi Saya lebih suka menganggap Lia hanya sebagai dukun yg tersesat jalan yg semakin lama semakin tersesat dan perlu segera di selamatkan.
Terlalu besar jika membandingkan apa yg di lakukan Lia adalah seperti apa yg telah di lakukan yesus terhadap agama yahudi, dan apa yg telah di lakukan Muhammad SAW terhadap agama kristian. sebab apa yg telah di lakukan ke 2 orang itu telah berhasil merubah sebuah peradaban ke arah yg lebih baik sementara apa yg telah di lakukan Lia hanya menambah keruh suasana Indonesia saja di tengah kekeruhan yg begitu panjang mewarnai negeri ini.
#9. Dikirim oleh Fatur rafael pada 23/12 05:52 PM
Bersambung...
Komentar untuk tulisan Syafi'i Ma'arif yang berjudul argumen pluralisme agama. Komentar Rafael; Hanya para pemuka agama yg berjiwa bersih dan memiliki niat baiklah yg akan mampu dan mau melakukan dialog antar agama yg berma’na, dialog yg bebas dari segala bentuk prasangka, kebencian dan dendam kesumat. Selain itu, mereka juga tentu akan mampu menunjukkan kesatuan batin agama-agama maupun perbedaan formalnya. Para pemuka agama yg berjiwa bersih di harapkan terus melakukan dialog demi terciptanya iklim spiritual yg sehat bagi kehidupan keberagamaan umat manusia masa kini, mereka juga di harapkan mampu memberi kontribusi lebih banyak bagi kesetimbangan dan harmonisasi kehidupan keberagamaan masyarakat manusia yg begitu lama terkungkung dalam simpul-simpul kelam kesalah fahaman dan kebencian, akibatnya, masing-masing merasa telah terpisah jauh, seolah-olah tiada lagi kesempatan bagi masing-masing untuk saling bahu membahu dalam mewujudkan kehidupan yg lebih baik, damai dan harmonis, khususnya di bumi Palestine dan Israel, yg telah memendam bara kebencian tiada berujung.
Pada hakikatnya, Islam telah bertemu, bergaul dan berinteraksi dg tradisi Yahudi dan Nasrani lebih dr 14 abad lamanya. Islam sendiri sebetulnya adalah agama yg datang terahir untuk meneguhkan kembali tradisi Abrahamiya yg sebelumnya terjelma di dalam Yahudi dan Nasrani. Syariah sebagai perintah Tuhan, dalam banyak hal serupa dg kitab Talmud, meski dr segi penyusunannya syariah tidak menyadur dr kitab Talmud. Yesus Al-Masih, juga sebenarnya turut memberikan peranan penting dalam Islam, meski memiliki konsep yg berbeda dg pandangan Nasrani terhadapnya.
Hanya manusia yg telah mencapai puncak gunung tak terbataslah yg akan mampu menjadi pendaki sejati, ia tak kan goyah oleh jalan yg berbeda yg di tempuh kawan perjalanannya, sebab hanya jalan yg di tempuhnyalah yg terasa berma’na bagi hidupnya.
#20. Dikirim oleh Fatur rafael pada 21/03 03:16 PM
Komntar atas artikel Abd Moqsith Gazali berjudul; kapan Muhammad SAW lahir. Komentar Rafael; Tidak begitu penting kapan, dimana, dan hari apa Nabi Muhammad SAW di dzahirkan ke muka bumi ini. Sebab, tidak ada satupun sejarah masa lampau yg steril dari perselisihan ahli sejarah dalam hal ketepatan waktunya. Jika masa Nabi Muhammad, yg merupakan masa yg paling dekat dg kita di banding dg Nabi-Nabi lainnya saja belum terungkap kepastiannya sampai hari ini, apatah lagi dg Nabi-Nabi sebelum beliau. Biarlah itu semua tetap menjadi misteri gelap sejarah, yg manusia tidak perlu mempertikaikannya sampai mengeraskan urat leher dan menggemeretakkan gigi.
Sejarah hidup para Nabi memang akan selalu menarik untuk di perbincangkan sampai kapanpun, di sebabkan nilai-nilai luhur yg di bawa mereka bagi perbaikan hidup umat manusia. Kita tidak bisa membayangkan, betapa amannya dunia ini dari segala tindak kriminal, jika seluruh manusia mau mencontoh ketegasan ala Musa AS, betapa damai dunia ini jika seluruh manusia mau mencontoh kasih tulus Yesus Al-Masih, dan, betapa pertikaian adalah sesuatu yg tidak perlu ada, jika semua manusia mau meneladani moral Muhammad yg begitu toleran terhadap segala perbedaan. Sayangnya, karakter dunia yg begitu carut wa marut, yang di tingkahi pula dg nyanyian setan, tidak selalu membawa manusia pada jalan mulus yg di inginkan oleh para Nabi itu. Jadi, tetaplah dendam kesumat, kriminalitas, pertikaian, saling hujat, peperangan, saling membunuh dan blo blo blo akan tetap mewarnai perjalanan dunia ini sampai kapanpun.
Saya pribadi merasa beruntung, masih bisa menghirup udara segar ajaran para Nabi itu. walaupun sedikit, di jiwa saya masih terselip ketegasan ala Musa, di dada saya masih tersimpan kasih tulus Yesus Al-Masih, dan di hati serta fikiran saya masih terpatri toleransi ala Muhammad SAW.
#8. Dikirim oleh Fatur rafael pada 11/03 08:35 PM
Luthfi Syaukani dengan tulisan berjudul; Dua Amina.
Komentar Rafael; Apa yg di lakukan Amina Wadud sebetulnya bukanlah sesuatu yg baru dalam kasus wanita menjadi imam shalat, namun hanya skalanya saja yg mungkin berbeda. Jika Amina menjadi imam secara umum dalam shalat jum’at, dahulu pada zaman Nabi ada seorang wanita bernama Ummu Waraqah yg juga pernah menjadi imam shalat bagi keluarganya yg diantara ma’mumnya adalah laki-laki dewasa.
Mayoritas fuqaha, termasuk imam madzhab yg empat, hanya membolehkan laki-laki yg sudah baligh untuk menjadi imam shalat secara umum, sedangkan wanita hanya di perkenankan untuk menjadi imam shalat bagi wanita-wanita lainnya, tetapi tidak bagi laki-laki, walaupun keluarganya sendiri. Namun demikian, ada juga sebagian fuqaha yg membolehkan wanita menjadi imam shalat bagi laki-laki.
Mereka yg tidak membolehkan wanita menjadi imam shalat berpedoman dgn hadits Nabi yg di rawikan oleh Ibn Majah, “Janganlah seorang wanita menjadi imam bagi laki-laki”, namun, beberapa pakar hadits mendhaifkan hadits ini yg berakibat pada tidak bolehnya hadits ini di pakai sebagai sandaran hukum. Ada juga beberapa hadits yg menjadi sandaran bagi mereka tp hadits-hadits tersebut tidak menyentuh substansi tentang kepemimpinan wanita dalam shalat.
Imam Nawawi dalam bukunya Al-Majmu’, mengutip perkataan Qadhi Abu Thayyib dan Al-Abdari, bahwa beberapa fuqaha madzhab Syafi’i seperti Abu Tsur, Al-Muzanni, juga Ath-Thabari membolehkan wanita menjadi imam shalat bagi laki-laki dgn bersandar pada hadits yg di riwayatkan oleh Abu Daud yg bersumber dari Ummu Waraqah, bahwa Nabi kerap berkunjung kerumahnya, jika waktu shalat tiba, Nabi menunjuk muadzin baginya dan kemudian Nabi menyuruh Ummu Waraqah untuk menjadi imam bagi keluarganya. Keterangan yg mirip dgn ini bisa juga di lihat dalam buku Bidayah Al-Mujtahidnya Ibn Rusyd atau Subul As-Salamnya Ash-Shan’ani.
Pada pendapat saya, boleh saja seorang wanita menjadi imam shalat dalam keluarganya jika suaminya sedang tidak ada, atau suaminya sama sekali tidak bisa menjadi imam shalat. Atau bisa juga menjadi imam shalat secara umum di suatu daerah jika di daerah tersebut tidak ada satupun laki-laki yg mampu menjadi imam shalat. Atau bisa juga menjadi imam shalat kapanpun, dimanapun dan dalam kondisi apapun jika memang mayoritas fuqaha kontemporer menyetujuinya dan memberi toleransi pada kasus seperti ini. Yg terpenting, apa yg di lakukan Amina Wadud jangan dulu dianggap sesat, Amina hanya menerapkan sesuatu yg dahulunya memang pernah ada. Tuduhan sesat adalah kalimat yg sangat berat dan sebetulnya hanya Tuhan yg tau tentang siapa yg sesat. Wallahu a’lam bis-shawab, wa’ilmuhu atam.
#5. Dikirim oleh Fatur rafael pada 11/03 06:13 PM
Goenawan Muhammad dalam tulisan berjudul Mono.
Komentar Rafael; Identifikasi diri terhadap ma’na kata-kata Rasul “Aku tidak tahu” merupakan simbolisasi bagi sebuah keniscayaan umum manusia yang penuh dengan kelemahan dan ketidak tahuan. Semakin jauh manusia melanglang di ufuk pengetahuan, semakin banyak pula ketidak tahuan yang di rasa pada dirinya. Manusia memang tidak di haruskan untuk mengetahui segala sesuatu, bahkan karakter dunia yang di ciptakan begitu penuh misteri, banyak meninggalkan sesuatu yang manusia tidak tahu dan tidak akan pernah tahu untuk selama-lamanya. Tetaplah legenda bangsa Maya sebagai misteri, tetaplah Madain Shalih sebagai Misteri, tetaplah pilar-pilar Iram sebagai misteri dan ahirnya; tetaplah pula Tuhan sebagai misteri untuk selama-lamanya.
Jika Om GM menyukai ketidak tahuan Rasul tentang kapan kebangkitan Musa dan atau ada pengeculian Tuhan terhadapnya. Saya lebih suka pada kritikan Tuhan terhadap Musa ketika dia berdiri di tengah kaumnya dan mendakwakan diri sebagai yang terpandai di dunia. Arogansi Musa langsung mendapat teguran Tuhan bahwa di belahan dunia lain masih ada yang lebih alim dan lebih shalih dari pada Musa. Tuhan menitahkan Musa untuk belajar padanya (Al-Hidhr). Setelah melalui perjalanan panjang, Musa berhasil menemui dan belajar pada Al-Hidhr. Namun, maha suci Tuhan, ternyata Musa gagal menjadi murid yang baik bagi Al-Hidhr. Al-Hidhr memulangkan musa kembali pada kaumnya dalam keadaan kebingungan.
#6. Dikirim oleh Fatur rafael pada 03/03 03:25 PM
Abd Moqsith Gazali dalam; MUI dan pengharaman rokok.
Komentar Rafael; Perdebatan di sekitar hukum merokok adalah merupakan sejarah panjang di kalangan ahli agama (Islam), dan itu saya kira akan tetap berlangsung sampai kapanpun juga. Rokok dan hukumnya termasuk diantara sesuatu yg memang berada dalam lingkaran “Tuhan dan hal-hal yg tidak akan pernah selesai”.
Saya termasuk di antara orang yg tidak menyepakati apapun fatwa MUI, walaupun demikian sebagai orang yg berfikir bebas dan toleran saya tetap menghormati fatwa2 MUI itu yg merupakan bagian dari keragaman corak berfikir dalam lingkungan Islam.
Teman-teman, izinkan saya bercerita, mudah2an cerita ini bisa menjadi bahan pertimbangan bagi semua. Saya pernah konsultasi dengan seorang dokter spesialis “penyakit dalam” perihal masalah rokok ini. Saya bertanya padanya; anda kan seorang dokter, kenapa dari tadi saya lihat anda tidak berhenti merokok, bukankah itu tidak baik untuk kesehatan dan menurut dokter yg lain merokok bisa menyebabkan hancurnya paru2 dan berbagai penyakit lainnya, bukankah sesuatu yg membahayakan tubuh di haramkan agama? Dokter tersebut menjawab; O tidak, asal dari penyakit itu adalah sesuatu yang tidak bisa di deteksi oleh apapun maupun siapapun, bahkan oleh dokter yg paling expert sekalipun. Kata dia, penyakit itu datang langsung dr Tuhan, saya sudah banyak mendiagnosa pasien yg paru2nya hancur padahal dia sama sekali tidak merokok, sebaliknya saya juga banyak memeriksa pasien yg paru2nya bersih padahal pasien itu adalah pecandu rokok kelas berat, termasuk saya sendiri (dokter) adalah perokok kelas berat tp paru2 sy fine2 aja. Dokter itu menyambung lagi, secara teori medis orang yang terkena sinar matahari secara langsung dalam keadaan yg terus menerus akan terkena penyakit kangker kulit tp faktanya petani2 kita semua tetap segar bugar, belum pernah sekalipun saya mendengar atau melihat ada petani yg terkena kangker kulit, padahal mereka tiap hari terkena panas matahari secara langsung, bukankah jika merokok di haramkan bertani juga harusnya di haramkan? Saya dengan dokter itu terus terlibat dialog sambil dokter itu sesekali menyodorkan batang2 rokoknya pada saya, walaupun saya tidak begitu menyukai rokok tp demi menghormatinya saya menerimanya dan menyalakannya.
Tidak ada kesimpulan apapun yg ada dalam benak saya ketika saya keluar dari ruang dokter itu, cuma beberapa waktu kemudian saya jadi ingat tentang kaidah usul yg berbunyi “al-ashl fil-asy-ya’ al-ibahah”, Asal segala sesuatu adalah mubah kecuali terhadap sesuatu yg memang telah di hukumi haram secara mutlak, qath’i dan jelas oleh Qur’an maupun Hadits. Jadi karena tidak ada dalil yang pasti dalam Al-Quran maupun Hadits tentang hukum rokok ini saya lebih baik mengatakan kalau hukum rokok adalah mubah saja. Saya menganggap MUI lg becanda dengan fatwa haramnya itu, sebagai bentuk escapisme psikologis MUI dr segala terpaan badai kritik yg selama ini menghantam mereka.
Saya yang memang tidak begitu suka merokok tadinya berniat untuk berhenti sama sekali dari aktivitas merokok itu, tapi berhubung MUI mengharamakannya saya jadi mengurungkan niat untuk berhenti. Saya cuma ingin meyakinkan diri bahwa apa yg di fatwakan MUI itu bukanlah kebenaran yg tidak ada keraguan di dalamnya bahkan sebaliknya bisa jadi apa yg MUI fatwakan adalah merupakan kesalahan yg tidak ada keraguan padanya. Salam MUI!!
#16. Dikirim oleh Fatur rafael pada 27/02 10:07 AM
Novriantoni Kahar dalam, Petuah Roy untuk Obama.
Rafael; Tidak di pecah belah Iranpun sebetulnya pemimpin-pemimpin Arab dari dulu memang tidak bisa bersatu. Nampaknya watak ‘ashobiah kesukuan yg dari dulu mewarnai segala sejarah peperangan di antara kabilah-kabilah Arab tidak hilang hingga masa kini ketika zaman semakin beranjak modern. Sebetulnya apa yang di lakukan Mahmud Ahmadi Nejad dengan segala provokasinya adalah semata-mata agar para pemimpin Arab sadar diri dan bersatu padu dalam rangka menghentikan segala sepak terjang israel yg semakin lama kian tidak bisa terkendali.
#1. Dikirim oleh Fatur rafael pada 24/01 02:27 AM
Abd Moqsith dalam, Meuju perdamaian abadi Israel-Palestina.
Rafael; Ada hadits Nabi yg berbunyi Idza dzallatil-’arob dzallal-islaam, apabila bangsa arab menjadi bangsa yg hina maka Islampun akan hina pula, mafhum mukholafah dr hadits tersebut adalah Idza ‘azzatil-’arob ‘azzal-Islaam, apabila negeri arab berjaya maka Islampun akan jaya. Jika kt mencermati lebih jauh maka kt harus merevisi ulang apakah betul bahwa hadits tersebut adalah hadits sahih sebab hadits tersebut bertentangan dg fakta nyata bahwa negara-negara Arab adalah negara pengecut yg tidak bisa membela arab Palestine sebagai kawannya sendiri bahkan yg lebih parah ketika Liga arab mengadakan pertemuan untuk membahas masalah Palestine mereka bukannya mencari solusi yg paling cepat dan tepat agar Palestine segera keluar dr tekanan israel justru mereka saling menghujat satu sama lain di tambah lagi dengan adanya pernyataan panas dari Mahmud Ahmadi Nejad yg mengatakan bahwa bangsa arab turut terlibat dalam pembantaian warga Palestine oleh tentara israel. Nampaknya perdamaian abadi di timur tengah hanyalah harapan semu jika negara-negara Arab tidak mau bersatu padu untuk menghentikan segala rencana israel yg cenderung destruktif.
#11. Dikirim oleh Fatur rafael pada 23/01 05:56 PM
Abd Moqsith dalam, Lia Aminuddin dan problem penghapusan agama.
Rafael; Lia aminuddin sebetulnya cuma setingkat dengan dukun perempuan yg ada di kampung saya, seorang perempuan yg tdak mengerti apapun tentang masalah agama tapi jika ada yg memasuki tubuhnya dia jadi terlihat begitu pandai. Menurut pengakuannya kadang yg masuk adalah arwah wali songo, kadang tuan Abdulqadir jilani, kadang Muhammad SAW, kadang Jibril as si roh kudus itu bahkan yg lebih fantastis adalah kadang Tuhan yg memasuki dirinya. Dia bisa berbicara dg suara, dialek dan bahasa yg berbeda, bisa menerangkan tafsir quran seluas2nya dan macam2 keanehan lagi. Begitu pula yg terjadi dg Lia edenudin, menurut salah seorang mantan pengikutnya Lia sebetulnya tidak mengerti apa2 masalah agama tp jika dirinya sedang extase dan kemasukan arwah, entah itu mengaku jibril atau siapa, Lia mendadak jadi mengerti banyak hal dan bisa menafsiri Alquran. jadi Saya lebih suka menganggap Lia hanya sebagai dukun yg tersesat jalan yg semakin lama semakin tersesat dan perlu segera di selamatkan.
Terlalu besar jika membandingkan apa yg di lakukan Lia adalah seperti apa yg telah di lakukan yesus terhadap agama yahudi, dan apa yg telah di lakukan Muhammad SAW terhadap agama kristian. sebab apa yg telah di lakukan ke 2 orang itu telah berhasil merubah sebuah peradaban ke arah yg lebih baik sementara apa yg telah di lakukan Lia hanya menambah keruh suasana Indonesia saja di tengah kekeruhan yg begitu panjang mewarnai negeri ini.
#9. Dikirim oleh Fatur rafael pada 23/12 05:52 PM
Bersambung...
Langganan:
Postingan (Atom)