Daripada mikir yang bukan-bukan lebih baik menulis, daripada mikir yang jorok-jorok lebih baik menulis, daripada jenuh melewati malam dalam kesendirian lebih baik menulis; meski sengawur apapun dan se-ndluya apapun.
Telah lelah mata saya melihat Valentino Rossi berpacu di sirkuit (lupa namanya), telah lelah juga mata saya melihat pemain-pemain MU bertanding memperebutkan satu bola dengan para pemain mata sipit, dengan hasil ahir yang tidak penting. Setelah lelah melihat tv, lalu saya lanjutkan dengan membaca; saya baca majalah Hidayah, majalah Misteri, majalah Kartini, majalah Taqwa, buku Tolonglah Agama Allah, dan tiada ketinggalan buku masakan untuk menu esokpun saya baca, hingga pada ahirnya mata benar-benar muak di buatnya.
Ok lah,. mengapa kok firman Tuhan, mengapa kok sabda Rasul, dan mengapa kok teriakan Syetan? Bukan apa-apa, saya fikir dari tiga sumber itulah segala bentuk suara yang bergeremang di alam dunia ini bermuara, suara-suara keindahan, kebaikan, kebenaran, kejujuran dsb bisa di muarakan pada suara Tuhan, darimanapun ia datangnya, adapun sabda Rasul saya sertakan juga, karena saya fikir juga, beliau adalah manusia yang sama dengan manusia pada umumnya, namun, memiliki nilai moral yang paling tinggi dari manusia jenis apapun, serta beliau merupakan manusia yang memiliki suara paling persis dengan suara-suara kebenaran Tuhan, di belakangnya bisa suara Yesus-kah, Musa-kah, Daud-kah atau siapa lagi kah terserahlah. Di bagian terpisah, tiada dapat di pungkiri adanya suara lain yang bersebebrangan secara frontal dengan suara kebenaran Tuhan, lebih pas di katakan bukan sebagai suara biasa, melainkan teriakan, yaitu; teriakan Syetan.
Suara kebenaran Tuhan bisa kita dengar di manapun tempat, meskipun di tempat-tempat yang di anggap tidak layak sekalipun, dan keluar dari mulut siapapun, sebagaimana teriakan Syetan bisa juga terdengar dari tempat yang di anggap terhormat, atau dalam perdebatan-perdebatan yang me-nopikkan agama sebagai inti masalahnya dan si peneriaknya berjubah putih dengan sorban sembilan lapis.
Lazimnya suara kebenaran Tuhan, ia akan terdengar syahdu, merdu, penuh kedamaian dan membikin tentram, sekalipun topiknya adalah neraka, jihad, poligami dst dst. Tetapi, teriakan Syetan bagaimanapun juga akan membikin pekak telinga, hati resah, dan jiwa teriris meskipun topik masalah yang di bicarakan adalah shalat, zakat, haji dst dst.
Manusia dengan segala bentuknya, di persilahkan untuk menjadikan mulutnya, sebagai saluran dari suara jenis apapun, dengan resiko yang pasti akan di terimanya sendiri suatu hari nanti. Ada yang berkata: saya suka firman Tuhan dan sabda Rasulnya serta suara-suara hikmah lainnya, agar berlabuh untuk sementara di kerongkongan saya, sebelum di salurkan melalui mulut saya pada khalayak manusia. Ya silahkan saja. Yang lain barangkali juga berkata, biarlah dengan senang hati saya akan menjadikan mulut saya sebagai sumber dari segala teriakan Syetan. Ya monggo-monggo saja juga kok. Yang jelas, suara-suara itu akan silih berganti datang merayu hasrat bicara lidah manusia, sampai manusia benar-benar tidak lagi bisa untuk bicara apapun, mulutnya kelu, tubuhnya kaku, dingin membeku, terbaring di bawah debu, di temani ulat bulu dalam kondisi penuh harubiru.
Lihatlah, janji untuk menulis ngawur sudah saya tepati!
Saya ingin ralat tulisan pembuka di atas seharusnya begini; daripada nulis ngawur, sebenarnya lebih baik tidur, namun, sayang sudah terlanjur. Tidurnya nanti besok saja, sampai dzhuhur.
Kaki Ciremai, 27 Juli 2009