Selasa, 30 Juni 2009

Isyarat di balik peristiwa Isra' Mi'raj

Peristiwa yang terjadi pada abad 7 masehi yang silam, ketika Tuhan memanggil hambaNya yang paling di cintai, ya'ni Muhammad Saaw, merupakan peristiwa yang sangat mena'jubkan. Yang jauh lebih mengagumkan daripada di panjatkannya satelit-satelit Amerika dan Rusia ke bulan, maupun mondar mandirnya astronot dan kosmonot mereka menuju kesana.

Betapa tidak, jika mereka hanya terpaku pada bulan, dan belum mampu melampaui yang lebih tinggi dari itu, maka, Nabi Islam tidak saja mampu menembus bulan, bahkan sudah meluncur ke ufuk yang tertinggi, melalui planeten system, menerobos ruang langit yang maha luas, kemudian meningkat lagi mengarungi semesta alam, dan pada ahirnya beliau tiba di sebuang ruang yang tiada terbatas, ruang yang mutlak, ataupun di sebut juga "Maha Ruang". Inilah yang di maksud Tuhan "wa huwa bi al-ufuqi al-a'la", dan dia (Muhammad) berada di ufuk tertinggi. (QS an-Najm 7).

Peristiwa yang sangat mengagumkan itu sebetulnya sebuah isyarat bagi ummat Islam, agar jejak beliau bisa di ikuti pula oleh ummatnya, untuk memanjatkan dirinya menuju angkasa luar, sekalipun tidak memungkinkan dengan menggunakan jasmaninya atau badan kasarnya, akan tetapi dengan menggunakan ruhaninya tentu manusia mampu menuju ufuk yang tertinggi itu.

Hal yang demikian akan memberikan kesadaran kepada umat Islam, bahwa betapa dahsyat dan hebatnya karya cipta Tuhan, kesadaran akan lebih tertanam apabila umat Islam lebih memahami bahwa di samping alam benda ini, masih banyak pula beberapa alam yang sangat luas dan tiada terbatas, yang penuh menyimpan misteri di balik misteri yang ada di dalam alam kasar ini. Sehingga pada hati ummat ini akan timbul rasa taat yang lebih besar, dan taqwa yang lebih mendalam kehadirat Tuhan Rabbu al-'izzati.

Nabi mengajak ummatnya di sebabkan beliau mengetahui dengan pasti, bahwa hanya manusialah yang di beri perlengkapan yang sempurna, untuk dapat menguasai alam semesta ini di banding dengan mahluk Tuhan lainnya.

Manusia telah di karuniai oleh Tuhan dua jenis tubuh, ya'ni tubuh kasar dan tubuh halus (jasmani dan ruhani), visible dan invisible, yang masing-masing mempunyai panca indera, panca indera lahir dan panca indera batin. Masing-masing panca indera mempunyai pusat dalam tubuhnya:
1. Panca indera lahir punya kemampuan untuk berinteraksi dengan alam kecil atau "Alam Shaghir" atau micro cosmos.
2. Panca indera bathin punya kemampuan berinteraksi dengan jagat besar, macro cosmos, atau yang di sebut "Alam Kabir".

Rasul yang suci mengajak manusia, untuk mempergunakan kedua panca indera itu, agar di samping mengetahui alam kecil ini, dapat pula berlayar dalam alam yang lebih luas dan lebih halus, yang akan berefek pada peningkatan terhadap kesadaran lahir maupun kesadaran batin. Wal-Lahu a'lam.

Budhi pekerti Rasulullah Saaw

Di dalam al-Quran surah Nun Tuhan bertitah: wa innaka la-'alâ khuluqin 'adzhîm. Artinya: sesungguhnya engkau (Muhammad) memiliki budi pekerti yang agung.

Nabi Muhammad Saaw bersabda: bu'itstu li-utammima makårima al-akhlåq. Aku di utus untuk menyempurnakan kemuliaan budhi pekerti.

Nabi Muhammad Saaw di utus oleh Tuhan di tengah masyarakat yang bermoral rendah, rusak, dan nyaris membawa mereka pada taraf hewan-hewan. Beliau di utus Tuhan tiada di bekali harta yang melimpah untuk menarik simpati, dan tiada pula di beri senjata untuk pertahanan diri. Tuhan hanya membekali beliau dengan budhi pekerti yang mulia, dan ternyata, ia adalah senjata yang amat tajam.

Budhi pekerti yang mulia, sesungguhnya bisa menjadi penawar yang mujarab bagi keruntuhan moral yang mewabah di segenap rentangan sejarah manusia. Runtuhnya moral yang merupakan penyakit ruhani tiada dapat di obati dengan obat-obat materiel, tiada dapat di injeksi dengan B complex, pinnicilin atau lainnya, ia hanya bisa di obati dengan kekuatan spiritual, ya'ni budhi pekerti. Terbukti, dengan budhi pekertinya yang tinggi Rasul yang suci telah menyelamatkan banyak manusia dari penyakit moral yang amat parah yang menjangkiti masyarakat kala itu.

Dengan budhi pekerti inilah dapat menjelmakan amal yang ikhlas, ya'ni perbuatan yang di tujukan kearah kemaslahatan masyarakat, keadilan, kepentingan bersama, kemuliaan agama, bangsa, maupun negara, tanpa pamrih upah, hadiah, ataupun sanjungan.

Dengan membawa budhi pekerti yang agung, Rasul yang suci mendedikasikan hidupnya siang dan malam untuk mengajak manusia ke jalan Tuhan. Di tengah hawa panas yang amat terik, naik turun gurun pasir dengan berjalan kaki, menahan lapar dan haus, di cemooh, di caci maki dan di lempari batu. Dalam da'wahnya tiada sekalipun beliau menuntut ongkos jalan, uang makan, ataupun tempat menginap kepada Tuhan.

Sekalipun dalam da'wahnya Rasul senantiasa mendapat perlawanan dan tantangan serta ancaman dari masyarakat, semua di terimanya dengan ikhlas dan sabar. Padahal kalau beliau mau, Tuhan bisa saja menumpas habis para pembangkang itu, akan tetapi, dengan budhi pekertinya yang agung, bukan adzab atau hukuman yang beliau mintakan pada Tuhan, tapi beliau malah berdoa ke hadhrat Tuhan:
Allâhumma ihdi qaumî fa innahum lâ ya'lamûn. Wahai Tuhan, berikan pada kaumku petunjuk, karena sesungguhnya mereka tidak mengerti.

Dengan budhi pekerti yang agung inilah Tuhan dan para malaikat berkenan membacakan shalawat dan memberikan puji-pujian pada beliau. Allahumma shalli 'ala Muhammad wa ali Muhammad.

Demikianlah, kita dapat mengambil pelajaran yang amat berharga, bahwa budhi pekerti yang baik akan membawa manusia ke arah kemajuan, kemuliaan bangsa, kejayaan negara, keadilan sosial dan kesejahteraan yang menyeluruh bagi kehidupan.

Dengan budhi pekerti yang baik, manusia juga bisa menembus kemegahan, kebesaran dan kedahsyatan singgasana Tuhan. Tiada dapat di pungkiri pula apabila Tuhan memberikan mu'jizat kepada para Nabi, yang merupakan ilmu pengetahuan yang tiada dapat di capai oleh panca indera manusia, sehingga penyakit moral manusia yang amat parah menjadi sembuh sama sekali.

Ayat-ayat Tuhan

Betapa menakjubkan ayat-ayat Tuhan, ia tersebar di segala penjuru maya pada! Ada yang termaktub dalam teks-teks kitab suci, adapula yang tergambar jelas di sekitar tatapan mata, di gunung-gunung yang tinggi menjulang, di bukit-bukit yang melandai, di kedalaman laut yang membiru anggun, dalam tebaran bintang yang mencahaya di ufuk tiada bertepi, dan dalam segenap keajaiban yang ada pada bani insan sendiri.

Sanurîhim âyâtinâ fi al-âfâqi wa fî anfusihim hattâ yatabayyana lahum annahû al-haq. Awalam yakfi bi-Rabbika annahû 'alâ kulli syai-in syahîd?. Artinya: kelak, kami akan memperlihatkan kepada mereka ayat-ayat kami di segenap ufuk langit, dan pada diri mereka sendiri. Tidakkah cukup bahwa Tuhan menjadi saksi atas segala sesuatu? (QS fush-shilat 53).

Wa fî anfusikum, afalâ tubshirûn? Dan pada dirimu (terdapat kekuasaan Tuhan), tidakkah kamu memperhatikan? (QS adz-dzariat 21).

Tuhan maha besar! Ayat-ayatNya yang mengagumkan senantiasa hadir di tengah kefanaan manusia untuk di tafakkuri dan di renungkan, sebagai bukti agar manusia tiada lupa untuk bersyukur. Untuk mengokohkan kembali iman yang rapuh, akibat terpaan jerat iblis yang kerap memalingkan manusia dari kerajaan langit dengan pongahnya. Untuk menunjukkan jalan lempang bagi mereka yang kerap tersesat di dekorasi peradaban mutahir.

Maha suci Tuhan. Panggilan kemenangan senantiasa menggema di bumi manusia, suara adzan itu lima kali dalam sehari memelodi di segenap cakrawala. Namun, betapa sering kita pura-pura tuli untuk menyambut panggilan lembut itu. Mari kita shalat, mari kita rebut kemenangan! Sayang, kita kerap menyahutinya dengan amal-amal ma'shiyat. Kita sering meresponsnya dengan hati tiada riang, akibat genangan hawa nafsu yang membandang di fitrah jiwa.

Ahirnya, sinyal-sinyal keTuhanan tiada lagi memantul peka di kedalaman sanubari. Ya! Kita kerap terpenjara dalam pesta pora kesementaraan manusia, mengabaikan waktu yang sebenarnya tiada berhenti memburu ajal.

Selasa, 09 Juni 2009

Hal ihwal manusia di Padang Mahsyar

Alkisah pada suatu hari, seorang sahabat terkenal yang bernama Muadz ibn Jabal bertanya pada Rasulullah Saaw: ya Rasulallah, jelaskan padaku firman Tuhan "yauma yunfakhu fi ash-shuri fata'tuna afwaja"...Dan pada hari terompet di bunyikan, maka kalian akan datang dengan berbondong-bondong.

Mendengar pertanyaan Muadz, Nabi yang suci itu menangis tersedu-sedu, sehingga airmata membasahi bajunya. Kemudian Nabi bersabda: "wahai Muadz, engkau telah menanyakan sesuatu yang amat dahsyat. Ummatku akan di giring dari kubur mereka menuju Padang Mahsyar menjadi dua belas kelompok".

Kelompok pertama adalah: mereka yang di giring ke Padang Mahsyar dengan tiada memiliki tangan dan kaki. Terdengarlah seruan "inilah orang-orang yang dzhalim dan kejam terhadap tetangganya".

Kelompok kedua: mereka yang di giring dalam keadaan bermuka babi hutan, kepada kelompok ini terdengar seruan. "inilah orang-orang yang meremehkan perintah Tuhan".

Kelompok ketiga: mereka yang di giring dari kubur dengan perut di penuhi ular dan kalajengking, maka terdengarlah seruan "inilah orang-orang yang enggan mendermakan hartanya".

Kelompok ke empat: mereka yang di giring dalam keadaan mulut di penuhi darah, terdengar seruan untuk mereka. "inilah orang-orang yang curang dalam transaksi jual beli".

Kelompok kelima: mereka yang di giring dalam keadaan sangat busuk baunya. Kepada mereka terdengar seruan "inilah orang-orang yang baik di muka umum, padahal mereka adalah biang dari segala kejahatan".

Kelompok ke enam: mereka yang di giring dalam keadaan tenggorokan dan tengkuk terputus. "inilah orang-orang yang suka bersaksi palsu".

Kelompok ketujuh: mereka yang di giring dari kubur dengan tidak mempunyai lidah serta dari mulutnya mengalir darah dan nanah. "inilah mereka yang enggan bersaksi untuk kebenaran".

Kelompok kedelapan: mereka yang berjalan dengan wajah di bawah dan kakinya di atas. "inilah orang-orang yang telah melakukan zina dan mati sebelum sempat bertaubat".

Kelompok kesembilan: mereka yang di giring dalam keadaan wajah yang hitam kelam, sedang mulutnya di penuhi api. "inilah orang-orang yang memakan harta anak yatim secara dzhalim".

Kelompok kesepuluh: mereka yang datang ke Padang Mahsyar dengan kulit melepuh dan terkelupas. "inilah orang-orang yang durhaka pada ibu bapaknya".

Kelompok ke sebelas: adalah mereka yang datang dalam keadaan buta matanya, gigi mereka laksana tanduk sapi, bibir mereka melebar sampai ke dada, lidah menjulur sampai ke perut bahkan sampai ke paha, sedang dari mulut mereka keluar kotoran. Kepada mereka di serukan, "inilah orang-orang yang selama hidupnya suka minum-minuman keras".

Kelompok kedua belas: mereka yang di giring dari kubur dengan wajah laksana bulan purnama, mereka melalui shirat secepat cahaya, maka terdengarlah seruan, "inilah orang-orang shalih, menjauhi perbuatan mungkar dan gemar pada perbuatan baik, mereka telah meninggalkan dunia setelah melakukan pertaubatan yang sempurna. Balasan bagi mereka adalah surga, kasih dan ampunan Tuhan.

Dalam riwayat hadits yang lain, Rasul pernah bersabda: manusia akan di bangkitkan pada hari kiamat kelak, terbagi atas tiga golongan besar:

Pertama: berkendaraan, kedua: berjalan kaki, dan ketiga: berjalan dengan wajahnya. Diantara sahabat ada yang bertanya: wahai Rasulallah, adakah manusia yang berjalan dengan menggunakan wajahnya? Nabi menjawab: Tuhan yang mampu memperjalankan manusia dengan kakinya, pasti akan mampu pula memperjalankan manusia dengan wajahnya.

Saudaraku... Pernahkah anda melakukan perjalanan jauh di muka bumi ini? Pernahkah kemudian anda menderita dalam perjalanan itu? Kalau anda pernah sengsara, kalau anda pernah merasa payah, terlunta-lunta, terengah-engah, tersaruk-saruk, terlempar bahkan terpelanting dalam hidup di dunia ini, sesungguhnya itu belum seberapa dahsyat.

Bagaimanapun jauhnya, betapapun teriknya, di dunia ini masih ada tempat untuk kita bernaung, masih ada sungai untuk menyembuhkan dahaga kita, masih ada semilir angin yang kan memberi kita rasa sejuk, masih banyak tempat-tempat makan untuk kita singgahi. Tetapi, di ahirat kelak, semua itu bukan saja tiada melainkan berganti dengan segala derita yang tiada tepermanai. Mereka yang terlunta-lunta tiada yang akan sanggup untuk mengentaskannya, mereka yang meraung-raung tidak akan ada yang mempedulikannya, mereka yang merangkak tidak akan ada yang berbelas kasih padanya, semua kita sibuk dengan kepayahan diri masing-masing. "yauma yafirrul mar-u min akhih, washahibatihi wabanih" anak lupa akan ayah ibunya, ayah ibu lupa akan anak-anaknya, tiada yang di butuhkan pada saat itu kecuali amal baik, amal yang semoga akan dapat menyelamatkan kita dari segala kengerian hari itu.

Semua manusia, mau tidak mau, terpaksa ataupun tidak, harus berangkat ke padang Mahsyar itu, tempat persidangan maha tinggi di bawah pimpinan hakim yang maha besar, Tuhan Rabbul izzati.

Kepada mereka yang menganggap lucu dan tidak percaya cerita ini, di persilahkan untuk tertawa sekeras-kerasnya, sebahak-bahaknya, kelak jika ajal menjemput dan malaikat maut menampar muka anda, saya harap anda teruskan tertawa, bisa apa tidak?

Walau tara idzi adzh-dzhalimuna fi ghamarati al-mauti wa al-malaikatu basithu aidihim akhriju anfusakum, al-yauma tujzauna 'adzab al-huni bi ma kuntum taquluna 'ala Allahi ghaira al-haqqi wa kuntum 'an ayatihi tastakbirun.

Senin, 01 Juni 2009

Selagi masih di dunia, jangan membedakan mahluk Tuhan

Ibrahim As merupakan nabi yang memiliki kedudukan teramat mulia di sisi Tuhan, ia di juluki dengan khalilullah, sahabat karib Tuhan. Dari jalurnya yang mulia, lahir banyak nabi-nabi yang terkenal dalam sejarah manusia yaitu, Ismail, Ishaq, Ya'qub, Yusuf, Ayyub, Musa, 'Isa 'Alaihim salam, dan puncak dari semuanya adalah baginda nabi Muhammad Saw yang menjadi cincin sekaligus penutup bagi para nabi. Oleh karenanya, Ibrahim juga di juluki dengan abu'l-anbiya' atau bapak para nabi.

Ibrahim As demikian di cintai Tuhan karena kasih sayang dan kedermawanannya pada sesama, sampai-sampai para malaikat begitu kagum dengan kemurahannya, sebuah rekor fantastis adalah ketika Ibrahim As mengurbankan ribuan ekor kambing miliknya untuk di sedekahkan pada mereka yang membutuhkan.

Ibrahim As di tegur Tuhan

Cerminan dari kedermawanan Ibrahim As adalah, ia tidak makan pagi sebelum terlebih dahulu mengumpulkan banyak orang untuk di ajak ikut makan bersamanya. Namun, suatu hari di pagi yang cerah, datang bertamu ke rumah Ibrahim, seorang Majusi yang ingin juga ikut makan bersamanya, demi melihat yang datang adalah seorang Majusi, Ibrahim dengan tegas menolaknya. Ibrahim menyatakan pada Majusi itu bahwa apa yang di hidangkannya hanya untuk mereka yang hanif dan lurus saja, tidak untuk Majusi yang di anggap menyimpang dari ajaran Tuhan. Ahirnya, dengan langkah gontai, Majusi itu berlalu dari rumah Ibrahim dalam keadaan penuh rasa sedih dan kecewa.

Tidak lama berselang, Tuhan menegur apa yang telah di perbuat Ibrahim itu. Wahai Ibrahim, apa hakmu menolak makan dengan Majusi itu, padahal Aku, Tuhan yang maha besar, maha benar, maha memberi rizki tidak pernah membedakan mahluk-Ku, semua Aku kasih rizki, tiada peduli mereka yang Hanif, Majusi dan bahkan mereka yang tidak mempercayai Aku sebagai Tuhanpun tetap Aku beri rizki. Apa maksudmu wahai Ibrahim?

Teguran Tuhan adalah merupakan pelajaran yang amat berharga bagi Ibrahim, setelah kejadian itu, siapapun mereka yang datang ke rumahnya, di terima dengan ramah dan penuh penghormatan, Ibrahim lebih terbuka kepada siapapun daripada sebelumnya.

Adakah tidak patut kita mencontoh Ibrahim wahai kawanku? Ataukah kita tetap mengeraskan jiwa, membengiskan wajah pada mereka yang tidak sehaluan dengan kita? Bahkan pada yang sehaluanpun kerap kali kita tega menginjaknya? Tidakkah kita contoh moral Tuhan yang tiada mengurangi kelembutannya pada mereka yang Atheis?

Tuhan dalam imajinasi "bocah"

Kalimat-kalimat yang nranyak, sumpah serapah, anggapan menghina yang maha kuasa dll pasti akan menghantam, kenapa?
Karena engkau telah menggambarkan sesuatu yang tiada bisa di angankan dalam khayal yang paling dalampun, tiada layak di fikirkan oleh pemikiran yang paling gilapun, sebab, Dia melampaui segala bentuk dan padanan, tiada tersekat dalam bias ruang waktu, ajaib mutlak segala yang berkaitan dengan diri-Nya, maha abstrak.

Tapi nanti dulu, aku tidak sampai kesana, aku menyadari betul bahwa membicarakan Tuhan adalah sesuatu yang percuma dan akal tiada bakal mampu untuk menguak misteri-Nya selamanya, lantas apa maksudnya?

Gambaran Tuhan pernah melintas di fikiranku pada waktu aku masih kecil, ketika aku baru saja mendengar cerita dari orang tuaku, bahwa dunia dan seluruh isinya ternyata ada yang mencipta. Aku bertanya, siapa yang mencipta semua ini? Ayahku bilang, dia adalah Allah Tuhan semesta alam, aku terus bertanya, Allah itu seperti apa, ada di mana, terus apa maksudnya mencipta semua ini? Tidurlah nak, belum waktunya kamu bertanya tentang masalah itu, jawab orang tuaku. Aku menurut.

Setelah dialog singkat itu, aku mencoba untuk memejamkan mata, tapi selalu gagal. Bayangan tentang Allah begitu menggoda anganku, terus dan terus hingga pada ahirnya dalam lelahku, terbentuk dalam bayangan fikiranku sosok seorang wanita anggun, berselendang putih, tersungging senyum keteduhan di bibirnya, memancarkan kemilau kesejukan yang tiada tara, aku bergumam, seperti itukah Allah? Sejenak kemudian, pada ahirnya akupun tertidur dalam damai.

Ketika masih kanak-kanak, kita menggambarkan Tuhan dalam bentuk-bentuk sangat sederhana. Dia bisa berupa seorang laki-laki, perempuan, cahaya, angin atau bahkan gabungan dari semuanya. Seorang anak menginginkan segala sesuatu yang bentuknya kongkrit yang bisa di lihat atau dapat di sentuh keberadaannya, hatta tentang masalah Tuhanpun, atau, paling tidak ia membutuhkan sesuatu yang bisa di bayangkan dalam batas-batas fikiran dan imajinasinya. Jika tidak , tentu ia akan mengingkari wujud-Nya atau kemungkinan ada-Nya. Ini adalah wajar. Oleh karenanya segala penggambaran tentang Tuhan dari seorang anak, tidak perlu di kuatkan atau di tentang yang berarti akan mengalihkan pikiran anak dari benda-benda kongkrit ke dalam hal-hal yang tidak terindra yang mereka anggap sebagai sesuatu yang tidak ada, akibatnya anak akan mengalami guncangan yang cukup serius.

Biarkanlah gambaran itu terus berjalan bersama imajinasinya, kelak, dalam perjalanan spiritualnya ia akan menemukan sendiri bentuk yang sesungguhnya dari Tuhan, yang penting, kita tetap menggiring fikiran mereka pada jalan yang mengarah pada me-maha-kan Tuhan.

Gambaranku tentang Tuhan pada waktu kecil pada ahirnya berubah seiring banyaknya informasi yang ku serap dari al-Quran, Hadits, dan petuah guru-guruku, Meskipun akalku tetap lemah untuk mencernanya. Last... Wujud Tuhan hanya bisa di gambarkan dengan iman yang ada dalam hati.