Senin, 28 September 2009

Renungkanlah firman Tuhan ini wahai saudaraku

Dan janganlah kalian memaki apa yang mereka sembah selain Allah, sebab mereka akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa dasar pengetahuan (QS al-An'am 108).

Di dalam ayat ini Tuhan memberi peringatan terhadap kaum muslim, bahwa apapun yang di sembah oleh non muslim janganlah di caci maki, sebab ketika mereka telah panas hati akibat caci maki kita, niscaya mereka juga tiada segan akan balik mencaci maki Allah Tuhan kita. Lebih baik tunjukkan pada mereka alasan yang masuk akal bagaimana lemah dan buruknya menyembah selain Allah. Apapun bentuknya, caci maki tidaklah menjadikan keadaan bertambah baik, bahkan akan menjadi semakin carut marut. Jika mereka mencaci maki Allah karena membalas caci maki kita atas sesembahan mereka, justru kita akan berdosa, sebab kita lah yang memulai.

Di dalam bahasa Arab ada ungkapan: al-badi-u adzhlamu, yang memulai lebih dulu, dialah yang lebih dzhalim.

Di dalam ayat ini juga kita dapat mengambil pengertian bahwa caci maki yang timbul karena perbedaan pandangan dan pendirian lebih banyak di karenakan tiadanya pengetahuan pada mereka yang melakukannya. Ketika orang yang bodoh menendang kesana kemari, maka mereka yang punya pengetahuan memandangnya dengan senyum simpul.

Pelajaran yang kita ambil dari ayat ini seyogyanya kita kaitkan juga dengan sabda Rasul yang berbunyi: termasuk dosa yang sangat besar adalah seseorang yang mencerca ayah bundanya. Para sahabat bertanya: wahai Rasulullah, adakah orang yang mencerca ayahnya? Rasul menjawab: dia memaki ayah seseorang, kemudian orang itu memaki ayahnya pula. Di makinya ibunya, diapun balas memaki ibunya pula.

Orang Islam terikat dengan larangan keras ini, hususnya jika berhadapan dengan mereka yang beragama Nasrani. Terkadang di dalam perdebatan yang acapkali terjadi, orang-orang Nasrani tiada segan untuk menyakiti hati kaum muslim dengan mengatakan Nabi Muhammad Saaw adalah Nabi palsu, Nabi pengumbar syahwat, Nabi pedophilia, menyebarkan Islam dengan kilatan cahaya pedang, dan kata-kata yang lebih sadis dari itu semua, sebagaimana yang pernah saya alami sendiri ketika ikut chating di forum Islam-Kristen. Betapa sakitnya hati saya mendengar kata-kata mereka, namun ketika saya hendak membalas mereka dengan memaki al-Masih, sudah pasti sayapun akan keluar dari Islam. Sebab, al-Masih yang mereka anggap sebagai Tuhan itu sesungguhnya adalah Nabi yang patut di imani dan di muliakan oleh orang Islam. Membalas caci maki mereka terhadap Nabi Muhammad Saaw dengan memaki al-Masih adalah dosa besar, apa lagi jika kita yang memulai memaki al-Masih, kemudian mereka balas lagi dengan memaki Nabi Saaw, alangkah berlipat dosa-dosa itu, yang semuanya adalah dosa besar. Dosa pertama adalah memaki al-Masih dan dosa kedua menyebabkan orang memaki Nabi suci Muhammad Saaw.

Sesungguhnya, jika orang Islam berpegang teguh pada agamanya, kecil kemungkinan akan terjadi perbantahan yang mengakibatkan timbulnya caci memaki. Ayat di atas menegaskan bahwa timbulnya pertengkaran di sebabkan tidak adanya pengetahuan. Pepatah mengatakan: jika isi otak tidak ada, padahal mulut ingin bicara, maka yang terjadi isi usus yang di keluarkan. Begitu juga dengan orang Kristen yang betul memegang teguh agamanya, mereka tidak mungkin akan mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan hati, kebohongan maupun makian terhadap orang yang tidak seagama dengan mereka, sebab di dalam Injil di katakan: kasihanilah musuhmu, atau, jika pipi kananmu di tampar, berilah pula pipi kirimu.
Salam damai penuh cinta.

Cirebon 26 September 2009