Rabu, 28 Oktober 2009

Selayang pandang tentang al-Quran

Al-Quran jika di tinjau dari segi bahasa adalah kalimat shifat yang mengikuti wazan fu'lan. Terambil dari qara-a yaqra-u qur-anan yang berarti mengumpulkan.

Kalam Tuhan yang di turunkan kepada Nabi Muhammad Saaw, di namakan al-Quran, sebab al-Quran mengumpulkan sejumlah surat atau merupakan koleksi dari 114 surat yang ada. Atau karena al-Quran mengumpulkan intisari dari kitab-kitab Tuhan yang di turunkan pada Nabi-Nabi yang terdahulu.

Al-Jahid berkata: Tuhan memberikan nama kitabnya berbeda dengan nama-nama yang di berikan orang Arab kepada kumpulan pembicaraan mereka. Tuhan menamakan kalamNya dengan al-Quran, sedang orang Arab menamakan kumpulan syairnya dengan diwan, Tuhan menamakan sebagian isi al-Quran dengan surat, orang Arab menamakan sebagian isi diwannya dengan qasidah, Tuhan menamakan sebagian isi suratnya dengan ayat, orang Arab menamakan sebagian isi qasidahnya dengan bait.

Secara bahasa, Quran bisa juga di artikan sesuatu yang fungsinya untuk di baca, apapun bentuknya.

Sedangkan jika di artikan menurut istilah, al-Quran adalah nama bagi sebuah kitab agama yang di wahyukan kepada Nabi Muhammad Saaw oleh Tuhan, di wahyukan dengan cara berangsur-angsur, yang tiada dapat di tandingi oleh siapapun, di nukilkan dari Nabi Muhammad Saaw kepada umatnya dengan cara mutawatir, dan membacanya adalah ibadah, untuk di amalkan isinya dan di sampaikan kepada seluruh manusia dan jin.

Di sini saya bawakan 2 buah ayat sebagai keterangan. "Hai Rasul, sampaikan apa yang telah di turunkan Tuhan kepadamu". (QS al-Maidah 67) dan "maka berpeganglah dengan apa yang telah di wahyukan kepadamu". (QS Zukhruf 43).

Al-Quran merupakan kalam Tuhan yang mencakup keterangan berbagai macam permasalahan. Tuhan berfirman: "dan kami turunkan kepada engkau al-Kitab, sebagai penjelasan atas segala sesuatu". (QS an-Nahl).

Rasulullah Saaw menjelaskan melalui hadits yang di riwayatkan oleh at-Tirmidzi bahwa al-Quran adalah: Kitab Tuhan yang di dalamnya ada habar tentang orang-orang sebelum kamu dan orang-orang sesudah kamu, dan hukum yang terjadi di antara kamu.

Al-Quran terdiri dari 30 juz, 114 surat dan 6236 ayat, dan hitungan ayat yang sejumlah itulah yang perlu di hargai, bukan 6666 ayat seperti apa yang selama ini orang-orang katakan tanpa ada dasar kenyataannya. Jika anda tidak percaya silahkan anda hitung seluruh ayat al-Quran, 6236 atau 6666. Memang, dalam menetapkan jumlah ayat, telah terjadi perbedaan ulama, tetapi yang jelas bahwa di antara pendapat-pendapat ulama itu, setelah saya hitung sendiri tidak ada sama sekali yang mendekati jumlah 6666 ayat. Apa ada maksud lain di balik pendapat yang mengatakan 6666 ayat itu, saya tidak tahu. Wallahu A'lam.

Al-Quran merupakan kitab yang tersusun sedemikian rapih dan terang. Tuhan berfirman: "ini adalah kitab yang ayat-ayatnya muhkamah lagi tersusun indah dan di perincikannya, yang datang dari Tuhan yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.

Maksudnya, inilah ayat-ayat al-Quran yang di susun indah dan teguh yang tetap berlaku di sepanjang zaman, tidak berubah maupun rusak dan menjelaskan bermacam pembicaraan di sekitar tauhid, hukum, pengajaran, kiasan dan berbagai hal lainnya.

Sebagai kitab suci yang di turunkan kepada NabiNya yang suci, al-Quran tidak sedikitpun mengandung kelemahan, ia menjelaskan pula tentang berbagai macam petunjuk guna sebagai jalan bagi kebahagiaan dunia maupun akhirat. Dengan kesempurnaan yang ada, tidak ada satupun segala sesuatu yang al-Quran alpakan. Firman Tuhan: "tidak kami alpakan sesuatupun dalam al-Quran". (QS al-An'am). Menurut sebagian ulama, maksud ayat ini adalah: bahwa tidak ada satupun yang menjadi kebutuhan bagi manusia yang tidak di sebutkan dasar-dasarnya dalam al-Quran. Ayat ini menerangkan pula bahwa Tuhan mengetahui segala macam kebutuhan mahluknya. Atau tidak ada sesuatupun dari dalil-dalil keTuhanan dan dasar-dasar hukum yang Tuhan alpakan.

Al-Quran semenjak masa di wahyukan hingga masa kini, benar-benar bersih dari segala macam bentuk kontaminasi, penambahan ataupun pengurangan. Ia tetap senantiasa terpelihara dalam tulisan ataupun dalam hafalan. Karena tidak putus-putusnya dari masa ke masa di setiap tempat, ada manusia-manusia yang rela mencurahkan waktunya untuk menghafal dan mengarungi samudera ilmunya, menyelam menggapai mutiaranya. Firman Tuhan: "sesungguhnya kami yang menurunkan adz-Dzikra dan kami pula yang akan menjaganya". (QS al-Hijr).

Setiap orang Islam yang sadar, sudah pasti mengakui bahwa al-Quran adalah fondasi yang utama dari agama ini, yang karenanya berbegang kepadanya merupakan kewajiban yang tidak perlu di ragukan lagi, namun, di karenakan ia adalah masakan yang mentah, di perlukan sejumlah sarana untuk memasaknya sebelum di sajikan kepada masyarakat luas untuk di ni'mati. Sarana itu adalah hadtis Nabi yang shahih, pendapat para sahabat yang adil dan para ulama yang tsiqah, di samping sarana penunjang yang lainnya.

Panembahan, 24 Oktober 2009