Selasa, 09 Desember 2008

Alqur'an adalah firman Tuhan

Dan jika kamu dalam keraguan terhadap apa yg kami turunkan pd hamba kami (Muhammad) maka datangkanlah satu surah saja yg sebanding dg Alqur'an dan ajaklah para pembantu kamu selain Allah, jika kamu orang-orang yg benar. Q albaqarah:23.

Kalau ada di kalangan orientalist atau orang-orang di luar islam atau bahkan dari orang islam sendiri yg menuduh bahwa Alquran bukan wahyu dari Tuhan yg di turunkan pd Nabi Muhammad SAW, atau ada yg menuduh bahwa Alquran adalah bikinan Muhammad sendiri maka kita bisa bantah pendapat demikian setidaknya dg 4 hal saja.

Pertama, kalau betul Alquran adalah bikinan Muhammad sendiri, tentu sebelum beliau di utus menjadi Nabi sudah ada kata-kata beliau yg serupa dg Alquran, sebagaimana yg biasa terjadi di kalangan ahli filsafat dan para pujangga yg ada di dunia ini, tetapi yg demikian tidak terdapat pada di Nabi. contoh, sokrates ahli filsafat yg hidup pd tahun 470 SM, sebelum dia terkenal sebagai ahli filsafat yg besar banyak kata-katanya yg mengandung falsafah telah di ketahui oleh kawan-kawannya atau murid-muridnya sebelum beliau menjelma menjadi filosuf yg besar. demikian juga yg terjadi dg murid socrates yg bernama plato dan murid plato yg bernama aristoteles, banyak kata-katanya yg mengandung falsafah telah di ketahui oleh sahabat-sahabatnya sebelum keduanya menjadi filosuf yg besar. Tetapi keadaan Nabi tidaklah begitu, kata-kata yg mengandung Alquran tidak pernah keluar dari lidahnya sebelum beliau resmi di utus menjadi Rasul/Nabi.

Kedua, kalau betul bahwa Alquran adalah bikinan Muhammad tentu sebelumnya sudah ada rancangan dan rencana pembuatan Alquran yg telah di ketahui lebih dulu oleh para sahabatnya yg akrab terutama istrinya sendiri yg bernama khadijah, sebagaimana terjadi di kalangan ahli politik misalnya segala rancangan atau rencana yg ada di kepalanya telah di ketahui oleh sahabat maupun istrinya melalu pembicaraannya, curhatnya atau keluhannya dan menurut kebiasaan para politikus tdk dapat menyembunyikan rancangan dan rencana politiknya pada sahabat dan pengikutnya yg setia, karena tentu saja utk melaksanakan rencana politnya seorang politikus perlu dukungan dan bantuan orang lain, bagaimana mungkin hal tersebut dapat di dukung kalau tidak di ketahui maksud dan tujuannya? bahkan kerap kali rencana telah bocor lebih dahulu sampai ke telinga musuh-musuhnya sehingga pd ahirnya gagallah rencana politiknya utk di jalankan tp yg demikian tdk pernah terjadi pd Nabi bahkan beliau sendiri tdk mengetahui akan menerima wahyu berupa Alquran.

Ketiga, kalau betul Alquran adlh bikinan Muhammad maka tantangan yg beberapa kali di sampaikan Alquran agar para lawan membuat ayat yg nilai sastranya sebanding dg Alquran tentu akan di terima dg gembira oleh para penantangnya, bukankah itu adlh salah satu jalan bagi mereka utk memberangus Muhammad dan Alqurannya supaya tidak terseber lebih luas? pd kenyataannya sampai hari ini tiada satupun mahluq yg membuat rangkaian kata yg seindah Alquran. bukankah dulu di zaman Muhammad kebudayaan sastra arab sedang berada di puncak kejayaannya? sehingga di mana-mana para sastrawan saling beradu kata-kata sebagai simbol dr kebanggaan suku masing-masing jika berhasil memenangkan karya sastranya atas yg lain. Nabi Muhammad sebelum di utus jadi Nabi tdk terkenal sbgai sastrawan bahkan di kalangan sukunya sendiri.

Keempat, para pakar bahasa arab pd masa Muhammad pernah mendatangi Nabi membujuk nabi supaya tidak melanjutkan pembacaan dan penyiaran Alquran, bujukan itu di jawab Nabi dg membaca beberapa ayat Alquran, mendengar Alquran di bacakan mereka tercengang dan pada ahirnya kembali pada kaumnya sambil berkata bahwa apa yg di bacakan oleh Muhammad bukanlah susunan kata-kata manusia.

Bukankah dg adanya kesaksian tadi dan bukti-bukti yg telah di sebutkan di atas, menunjukkan dg pasti bahwa Alquran adalah wahyu dr Allah SWT, dan bukan produk dr Nabi Muhammad karena beliau di kenal sebagai ummyy, tidak bisa menulis dan membaca sementara Nabi tdk pernah berguru pd orang-orang sebelumnya, Nabi juga tdk di kenal di kalangan sastrawan maupun pakar bahasa arab ketika itu.

Wallahu a'lam