KINGDOM of HEAVEN
Damai di hati damai di bumi, damai dalam kasih Tuhan Allah Swt..KINGDOM of HEAVEN adalah blog yg mengedepankan persaudaraan lintas agama, suku maupun ras dan menghormati segala kecenderungan yg di anut oleh setiap orang. Jangan ada caci maki maupun kata-kata kotor di sini, mari kita ciptakan kerajaan sorga di dunia ini sebelum kita memasuki kerajaan sorga abadi yg sesungguhnya di ahirat kelak..Welcome to my Palace
Selasa, 22 Januari 2013
Maulid Nabi; Kelahiran yang Cetar Membahana
Nabi Muhammad Saaw adalah pribadi yang paripurna, manusia agung pilihan Tuhan, makhluk yang karenanya Tuhan berkenan menciptakan alam semesta. Tuhan berfirman: laulaaka ya Muhammad maa khalaqTu al-aflaaq, kalau tidak karena engkau wahai Muhammad Aku tidak mencipta alam semesta.
Kelahiran manusia agung ini adalah sebuah keniscayaan bagi terang benderangnya alam semesta. Sungguh benar syair yang kerap di dendangkan penyanyi qasidah yang menggambarkan Muhammad sebagai matahari bumi, bahkan sejatinya dahsyatnya sinar Muhammad melebihi sinar matahari. Jika matahari bersinar di ufuk kesementaraan, maka sinar Muhammad tetap abadi di hati manusia yang tunduk dan patuh pada kebesaran Tuhan.
Sinar Muhammad tidak lekang oleh terpaan waktu yang demikian cepat bergerak, meskipun secara fisik Muhammad telah tiada ribuan tahun yang lalu, tetapi sinarnya senantiasa memancar di segenap penjuru bumi, menembus segala sekat kegelapan. Betapa kita sangat beruntung pernah 'mengenalnya', walaupun wajah teduhnya nan bercahaya tidak pernah kita lihat, tangan tebal nan lembutnya sebagaimana di gambarkan oleh para ahli sejarah tidak pernah kita jabat, suara lantang nan berkharismanya tidak pernah kita dengar, tetapi kita rela mengikuti jalannya meskipun dengan merangkak dan tertatih. Rasanya untuk menghormati kelahirannya yang cetar membahana itu tidak cukup kita ucapkan jazakallah 'annaa wa 'an waalidiinaa wa'an al-islaami khaira al-jaza' ataupun dengan hanya gegap gempita shalawatan sambil berjingkrak-jingkrak mengucapkan: marhaban yaa nuura al-'aini marhaban jadd al-husaini pada hari kelahirannya yang masih kabur.
Yang patut kita lakukan adalah bagaimana dengan segenap daya kita berusaha untuk membumikan ajarannya di tengah bermunculannya idola-idola palsu ummat manusia, di tengah taring-taring kejam musuh-musuhnya yang tiada berhenti menebar kebencian dan dendam padanya, di tengah ummatnya yang tiada berhenti saling memurtadkan, mengkafirkan, memusyrikkan, dan tindakan-tindakan hina lain yang tentu saja akan sangat mengecewakan hatinya. Kelahiran beliau adalah rahmat bagi semesta alam, tidak hanya manusia yang riang dalam menyambutnya, tetapi juga hewan-hewan, pepohanan, dan segala yang ada turut serta dalam kebahagiaan.
Oleh karenanya betapa amat celaka orang yang berkeras hati tidak mau mempercayainya, lebih celaka lagi mereka yang dengan sadar telah mengumbar cacian, hinaan, fitnahan, dan perlakuan-perlakuan lain yang tidak senonoh kepadanya. Betapa bodoh dan kerdilnya mereka padahal Tuhan yang Maha Kuat dan Tiada Tetandingi menjamin akan selalu menjaga kemuliaannya dari makhluk-makhluk durjana penuh angkara murka.
Di samping istri tercinta, 22 januari 2013
Sinar Muhammad tidak lekang oleh terpaan waktu yang demikian cepat bergerak, meskipun secara fisik Muhammad telah tiada ribuan tahun yang lalu, tetapi sinarnya senantiasa memancar di segenap penjuru bumi, menembus segala sekat kegelapan. Betapa kita sangat beruntung pernah 'mengenalnya', walaupun wajah teduhnya nan bercahaya tidak pernah kita lihat, tangan tebal nan lembutnya sebagaimana di gambarkan oleh para ahli sejarah tidak pernah kita jabat, suara lantang nan berkharismanya tidak pernah kita dengar, tetapi kita rela mengikuti jalannya meskipun dengan merangkak dan tertatih. Rasanya untuk menghormati kelahirannya yang cetar membahana itu tidak cukup kita ucapkan jazakallah 'annaa wa 'an waalidiinaa wa'an al-islaami khaira al-jaza' ataupun dengan hanya gegap gempita shalawatan sambil berjingkrak-jingkrak mengucapkan: marhaban yaa nuura al-'aini marhaban jadd al-husaini pada hari kelahirannya yang masih kabur.
Yang patut kita lakukan adalah bagaimana dengan segenap daya kita berusaha untuk membumikan ajarannya di tengah bermunculannya idola-idola palsu ummat manusia, di tengah taring-taring kejam musuh-musuhnya yang tiada berhenti menebar kebencian dan dendam padanya, di tengah ummatnya yang tiada berhenti saling memurtadkan, mengkafirkan, memusyrikkan, dan tindakan-tindakan hina lain yang tentu saja akan sangat mengecewakan hatinya. Kelahiran beliau adalah rahmat bagi semesta alam, tidak hanya manusia yang riang dalam menyambutnya, tetapi juga hewan-hewan, pepohanan, dan segala yang ada turut serta dalam kebahagiaan.
Oleh karenanya betapa amat celaka orang yang berkeras hati tidak mau mempercayainya, lebih celaka lagi mereka yang dengan sadar telah mengumbar cacian, hinaan, fitnahan, dan perlakuan-perlakuan lain yang tidak senonoh kepadanya. Betapa bodoh dan kerdilnya mereka padahal Tuhan yang Maha Kuat dan Tiada Tetandingi menjamin akan selalu menjaga kemuliaannya dari makhluk-makhluk durjana penuh angkara murka.
Di samping istri tercinta, 22 januari 2013
Rabu, 19 Mei 2010
Hanya Tuhan, dan tetap hanya Tuhan yang tau
Di antara ayat-ayat Tuhan yang aku gandrungi, aku telaah dan aku coba ejawantahkan dalam hidup sehari-hari adalah: sesungguhnya Dialah yang akan mengetahui siapa yang tersesat dari jalanNya, dan Dia pula yang lebih tahu manusia-manusia yang akan mendapat petunjuk.
Ayat di atas terdapat dalam surah al-An'am ayat 117, dengan menggunakan bentuk mudhari' pada kata يضل, yang berma'na akan atau sedang tersesat. sementara dalam beberapa ayat yang lain, ada beberapa yang mirip dengan ayat itu tapi menggunakan bentuk madhi pada kata ضل, yang berarti telah tersesat, sebagaimana dapat di lihat dalam surah an-Najm ayat 30 dan surah Nun ayat 7.
Apapun bentuknya, mudhari' ataukah madhi, tetap hanya Tuhan saja yang tahu siapa yang sedang, akan atau bahkan telah tersesat dari jalanNya. Dialah pemilik mutlak pengetahuan tentang masalah ini, tiada satupun manusia, apapun jenisnya, Ulamakah dia, tokoh agamakah dia, atau apapun dia yang berhak mengklaim kebenaran atas dirinya sekaligus klaim kesalahan atas manusia lain.
Pasti dan betul, bahwa seluruh manusia adalah termasuk dalam kafilah pencari kebenaran, kecuali mereka yang sadar dan berniat menceburkan diri mereka dalam jurang kesesatan.
Karenanya, mengapa pula kita mesti ambil pusing terhadap racauan para pemfitnah itu, jika kita di jadikan tersangka oleh mereka sebagai ahli bid'ah yang sesat? Padahal bisa jadi, para pemfitnah itu justru adalah tersangka sesungguhnya.
Teringatlah aku akan kisah Husain Manshur al-Hallaj, yang tiada mendengar igauan para penggonggong yang menuduhnya sebagai zindik, kafir dan sesat akibat keyakinan jiwanya yang kuat bahwa dia dan Tuhan adalah tunggal, satu dalam tiada keterpisahan. اناالحق.
Akibat keyakinannya bahwa apa yang dia lakukan adalah benar, al-Hallaj tiada kecut menghadapi siksaan para penguasa, rela di cincang-cincang tubuhnya bahkan tetap tersenyum ketika tiang gantungan di dekatkan padanya dan kematian bukanlah lagi sekedar bayangan. Dia dengan lantang meneriakkan bahwa inilah tasawuf sesungguhnya, kemudian mendendanggan sajak tiang gantungan memintakan maaf pada Tuhan terhadap para penyiksanya, yang dia anggap sebagai domba-domba yang buta.
Al-'arif biLlah Junaid al-Baghdadi, ketika di mintai pendapat tentang masalah al-Hallaj, beliau berujar: menurut fiqh al-Hallaj bisa saja di hukum, tapi menurut ajaran kebenaran [mutlak], "siapa pula yang tahu"?
Tidakkah para pemfitnah itu sedikit saja bermoral seperti al-Junaid? Agar tumbuh dalam jiwa mereka kesadaran bahwa, oh iya, masalah sesat dan tidaknya manusia itu merupakan urusan Tuhan. Bukan aku yang mesti memastikan bahwa mereka tersesat atau tidak, kafir atau bukan. Sebab al-Quran tanpa sungkan dan segan menitahkan bahwa فربكم اعلم بمن هو اهدى سبيلا.
Ayat di atas terdapat dalam surah al-An'am ayat 117, dengan menggunakan bentuk mudhari' pada kata يضل, yang berma'na akan atau sedang tersesat. sementara dalam beberapa ayat yang lain, ada beberapa yang mirip dengan ayat itu tapi menggunakan bentuk madhi pada kata ضل, yang berarti telah tersesat, sebagaimana dapat di lihat dalam surah an-Najm ayat 30 dan surah Nun ayat 7.
Apapun bentuknya, mudhari' ataukah madhi, tetap hanya Tuhan saja yang tahu siapa yang sedang, akan atau bahkan telah tersesat dari jalanNya. Dialah pemilik mutlak pengetahuan tentang masalah ini, tiada satupun manusia, apapun jenisnya, Ulamakah dia, tokoh agamakah dia, atau apapun dia yang berhak mengklaim kebenaran atas dirinya sekaligus klaim kesalahan atas manusia lain.
Pasti dan betul, bahwa seluruh manusia adalah termasuk dalam kafilah pencari kebenaran, kecuali mereka yang sadar dan berniat menceburkan diri mereka dalam jurang kesesatan.
Karenanya, mengapa pula kita mesti ambil pusing terhadap racauan para pemfitnah itu, jika kita di jadikan tersangka oleh mereka sebagai ahli bid'ah yang sesat? Padahal bisa jadi, para pemfitnah itu justru adalah tersangka sesungguhnya.
Teringatlah aku akan kisah Husain Manshur al-Hallaj, yang tiada mendengar igauan para penggonggong yang menuduhnya sebagai zindik, kafir dan sesat akibat keyakinan jiwanya yang kuat bahwa dia dan Tuhan adalah tunggal, satu dalam tiada keterpisahan. اناالحق.
Akibat keyakinannya bahwa apa yang dia lakukan adalah benar, al-Hallaj tiada kecut menghadapi siksaan para penguasa, rela di cincang-cincang tubuhnya bahkan tetap tersenyum ketika tiang gantungan di dekatkan padanya dan kematian bukanlah lagi sekedar bayangan. Dia dengan lantang meneriakkan bahwa inilah tasawuf sesungguhnya, kemudian mendendanggan sajak tiang gantungan memintakan maaf pada Tuhan terhadap para penyiksanya, yang dia anggap sebagai domba-domba yang buta.
Al-'arif biLlah Junaid al-Baghdadi, ketika di mintai pendapat tentang masalah al-Hallaj, beliau berujar: menurut fiqh al-Hallaj bisa saja di hukum, tapi menurut ajaran kebenaran [mutlak], "siapa pula yang tahu"?
Tidakkah para pemfitnah itu sedikit saja bermoral seperti al-Junaid? Agar tumbuh dalam jiwa mereka kesadaran bahwa, oh iya, masalah sesat dan tidaknya manusia itu merupakan urusan Tuhan. Bukan aku yang mesti memastikan bahwa mereka tersesat atau tidak, kafir atau bukan. Sebab al-Quran tanpa sungkan dan segan menitahkan bahwa فربكم اعلم بمن هو اهدى سبيلا.
Rabu, 28 Oktober 2009
Kepada al-Quran dan Sunnah Nabi yang mana kita akan kembali?
Judul catatan ini hakikatnya adalah sebuah pertanyaan yang tiada perlu jawaban, biarkan ia menguap di ketebalan dinding-dinding ketidak tahuan dan kelemahan manusia, sebab, jika di jawabpun hanya akan memunculkan ragam jawaban yang tiada pasti benarnya.
Umat Islam yang di pimpin pribadi agung, Muhammad Saaw telah melintasi perjalanan zaman beberapa lama. Telah timbul di dalamnya berbagai macam bentuk pergumulan, pertikaian dan pertengkaran yang kadang berujung saling memerangi dan membunuh satu sama lain, semua bertahan di balik teks ayat suci dan sabda suci yang kian lama kian menjerembabkan mereka dalam bingkai-bingkai penafsiran berselubung gelora hawa nafsu.
Umat Islam kini telah kehilangan jejak sejarah, telah terbagi-bagi menjadi berbagai sekte yang beberapa di antaranya selalu bermusuhan dalam kegelapan selama berabad-abad, di tambah lagi dengan ancaman berbagai gagasan dari luar yang muncul di permukaan yang semakin mengombang ambingkan mereka dalam lautan ketidak pastian.
Tiada di ragukan lagi, dalam situasi di mana masing-masing kelompok menganggap dan merasa mewakili Islam yang sejati, mereka perlu kembali kepada al-Quran, as-Sunnah, dan menyegarkan kembali ingatan kepada sejarah generasi Islam pertama pada awal pertumbuhannya, ya'ni generasi sahabat Nabi. Para sahabat mampu memahami Islam tanpa bantuan unsur-unsur agama yang baru tumbuh setelah masa pewahyuan berahir; filsafat, mistikisme, tradisi, sejarah dan lainnya.
Kendati demikian, tiada pelak tetap saja akan ada pertanyaan yang mengusik, kepada sahabat yang mana kita harus kembali? Kepada al-Quran yang mana kita harus berpegang? Kepada sabda suci riwayat siapa kita harus berpaling?
Apakah kita akan kembali pada al-Qur'an yang di gunakan dalam istana-istana sayyidina Utsman, yang telah menghidupkan kembali aristokrasi Quraisy dan ikut berperan dalam pengusiran Abu Dzar, seorang sahabat besar, dari kota Nabi? Atau apakah kita akan berpegang pada al-Quran yang di bawa Abu Dzar dalam pengasingannya di Gurun Rabadzah dan mati dalam keadaan kesepian? Atau apakah kita akan berpegang pada al-Quran yang tersimpan di dada Imam 'Ali yang kata Nabi al-Quran akan selalu bersama Ali di manapun Ali berada? Atau haruskah kita berpegang pada al-Quran yang telah di pajang di ujung bayonet oleh Amr bin Ash dalam mempertahankan kerajaan rasial dan dalam mendukung dinasti Umayyah yang membeda-bedakan golongan? Kepada sahabat dan al-Quran yang mana kita akan kembali?
Jika acuannya adalah Sunnah Nabi, juga tiada luput dari pertanyaan semacam itu. Sungguh tepat apa yang di katakan Imam Ali ketika beliau menjelaskan tentang hadits-hadits yang di riwayatkan dari Nabi Saaw; sesungguhnya di antara hadits-hadits yang beredar di kalangan orang banyak ada yang haq dan ada yang bathil. Yang benar dan yang bohong. Ada yang benar-benar di hafal dari Rasulullah dan ada juga yang hanya hasil angan-angan orang. Dan telah ada yang berani memalsukan ucapan beliau di masa hidupnya, sehingga Nabi pernah mengancam dengan sabdanya: siapa yang membuat kebohongan tentang aku, hendaknya ia siap-siap mendiami tempatnya di neraka.
Umat Islam yang di pimpin pribadi agung, Muhammad Saaw telah melintasi perjalanan zaman beberapa lama. Telah timbul di dalamnya berbagai macam bentuk pergumulan, pertikaian dan pertengkaran yang kadang berujung saling memerangi dan membunuh satu sama lain, semua bertahan di balik teks ayat suci dan sabda suci yang kian lama kian menjerembabkan mereka dalam bingkai-bingkai penafsiran berselubung gelora hawa nafsu.
Umat Islam kini telah kehilangan jejak sejarah, telah terbagi-bagi menjadi berbagai sekte yang beberapa di antaranya selalu bermusuhan dalam kegelapan selama berabad-abad, di tambah lagi dengan ancaman berbagai gagasan dari luar yang muncul di permukaan yang semakin mengombang ambingkan mereka dalam lautan ketidak pastian.
Tiada di ragukan lagi, dalam situasi di mana masing-masing kelompok menganggap dan merasa mewakili Islam yang sejati, mereka perlu kembali kepada al-Quran, as-Sunnah, dan menyegarkan kembali ingatan kepada sejarah generasi Islam pertama pada awal pertumbuhannya, ya'ni generasi sahabat Nabi. Para sahabat mampu memahami Islam tanpa bantuan unsur-unsur agama yang baru tumbuh setelah masa pewahyuan berahir; filsafat, mistikisme, tradisi, sejarah dan lainnya.
Kendati demikian, tiada pelak tetap saja akan ada pertanyaan yang mengusik, kepada sahabat yang mana kita harus kembali? Kepada al-Quran yang mana kita harus berpegang? Kepada sabda suci riwayat siapa kita harus berpaling?
Apakah kita akan kembali pada al-Qur'an yang di gunakan dalam istana-istana sayyidina Utsman, yang telah menghidupkan kembali aristokrasi Quraisy dan ikut berperan dalam pengusiran Abu Dzar, seorang sahabat besar, dari kota Nabi? Atau apakah kita akan berpegang pada al-Quran yang di bawa Abu Dzar dalam pengasingannya di Gurun Rabadzah dan mati dalam keadaan kesepian? Atau apakah kita akan berpegang pada al-Quran yang tersimpan di dada Imam 'Ali yang kata Nabi al-Quran akan selalu bersama Ali di manapun Ali berada? Atau haruskah kita berpegang pada al-Quran yang telah di pajang di ujung bayonet oleh Amr bin Ash dalam mempertahankan kerajaan rasial dan dalam mendukung dinasti Umayyah yang membeda-bedakan golongan? Kepada sahabat dan al-Quran yang mana kita akan kembali?
Jika acuannya adalah Sunnah Nabi, juga tiada luput dari pertanyaan semacam itu. Sungguh tepat apa yang di katakan Imam Ali ketika beliau menjelaskan tentang hadits-hadits yang di riwayatkan dari Nabi Saaw; sesungguhnya di antara hadits-hadits yang beredar di kalangan orang banyak ada yang haq dan ada yang bathil. Yang benar dan yang bohong. Ada yang benar-benar di hafal dari Rasulullah dan ada juga yang hanya hasil angan-angan orang. Dan telah ada yang berani memalsukan ucapan beliau di masa hidupnya, sehingga Nabi pernah mengancam dengan sabdanya: siapa yang membuat kebohongan tentang aku, hendaknya ia siap-siap mendiami tempatnya di neraka.
Selayang pandang tentang al-Quran
Al-Quran jika di tinjau dari segi bahasa adalah kalimat shifat yang mengikuti wazan fu'lan. Terambil dari qara-a yaqra-u qur-anan yang berarti mengumpulkan.
Kalam Tuhan yang di turunkan kepada Nabi Muhammad Saaw, di namakan al-Quran, sebab al-Quran mengumpulkan sejumlah surat atau merupakan koleksi dari 114 surat yang ada. Atau karena al-Quran mengumpulkan intisari dari kitab-kitab Tuhan yang di turunkan pada Nabi-Nabi yang terdahulu.
Al-Jahid berkata: Tuhan memberikan nama kitabnya berbeda dengan nama-nama yang di berikan orang Arab kepada kumpulan pembicaraan mereka. Tuhan menamakan kalamNya dengan al-Quran, sedang orang Arab menamakan kumpulan syairnya dengan diwan, Tuhan menamakan sebagian isi al-Quran dengan surat, orang Arab menamakan sebagian isi diwannya dengan qasidah, Tuhan menamakan sebagian isi suratnya dengan ayat, orang Arab menamakan sebagian isi qasidahnya dengan bait.
Secara bahasa, Quran bisa juga di artikan sesuatu yang fungsinya untuk di baca, apapun bentuknya.
Sedangkan jika di artikan menurut istilah, al-Quran adalah nama bagi sebuah kitab agama yang di wahyukan kepada Nabi Muhammad Saaw oleh Tuhan, di wahyukan dengan cara berangsur-angsur, yang tiada dapat di tandingi oleh siapapun, di nukilkan dari Nabi Muhammad Saaw kepada umatnya dengan cara mutawatir, dan membacanya adalah ibadah, untuk di amalkan isinya dan di sampaikan kepada seluruh manusia dan jin.
Di sini saya bawakan 2 buah ayat sebagai keterangan. "Hai Rasul, sampaikan apa yang telah di turunkan Tuhan kepadamu". (QS al-Maidah 67) dan "maka berpeganglah dengan apa yang telah di wahyukan kepadamu". (QS Zukhruf 43).
Al-Quran merupakan kalam Tuhan yang mencakup keterangan berbagai macam permasalahan. Tuhan berfirman: "dan kami turunkan kepada engkau al-Kitab, sebagai penjelasan atas segala sesuatu". (QS an-Nahl).
Rasulullah Saaw menjelaskan melalui hadits yang di riwayatkan oleh at-Tirmidzi bahwa al-Quran adalah: Kitab Tuhan yang di dalamnya ada habar tentang orang-orang sebelum kamu dan orang-orang sesudah kamu, dan hukum yang terjadi di antara kamu.
Al-Quran terdiri dari 30 juz, 114 surat dan 6236 ayat, dan hitungan ayat yang sejumlah itulah yang perlu di hargai, bukan 6666 ayat seperti apa yang selama ini orang-orang katakan tanpa ada dasar kenyataannya. Jika anda tidak percaya silahkan anda hitung seluruh ayat al-Quran, 6236 atau 6666. Memang, dalam menetapkan jumlah ayat, telah terjadi perbedaan ulama, tetapi yang jelas bahwa di antara pendapat-pendapat ulama itu, setelah saya hitung sendiri tidak ada sama sekali yang mendekati jumlah 6666 ayat. Apa ada maksud lain di balik pendapat yang mengatakan 6666 ayat itu, saya tidak tahu. Wallahu A'lam.
Al-Quran merupakan kitab yang tersusun sedemikian rapih dan terang. Tuhan berfirman: "ini adalah kitab yang ayat-ayatnya muhkamah lagi tersusun indah dan di perincikannya, yang datang dari Tuhan yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.
Maksudnya, inilah ayat-ayat al-Quran yang di susun indah dan teguh yang tetap berlaku di sepanjang zaman, tidak berubah maupun rusak dan menjelaskan bermacam pembicaraan di sekitar tauhid, hukum, pengajaran, kiasan dan berbagai hal lainnya.
Sebagai kitab suci yang di turunkan kepada NabiNya yang suci, al-Quran tidak sedikitpun mengandung kelemahan, ia menjelaskan pula tentang berbagai macam petunjuk guna sebagai jalan bagi kebahagiaan dunia maupun akhirat. Dengan kesempurnaan yang ada, tidak ada satupun segala sesuatu yang al-Quran alpakan. Firman Tuhan: "tidak kami alpakan sesuatupun dalam al-Quran". (QS al-An'am). Menurut sebagian ulama, maksud ayat ini adalah: bahwa tidak ada satupun yang menjadi kebutuhan bagi manusia yang tidak di sebutkan dasar-dasarnya dalam al-Quran. Ayat ini menerangkan pula bahwa Tuhan mengetahui segala macam kebutuhan mahluknya. Atau tidak ada sesuatupun dari dalil-dalil keTuhanan dan dasar-dasar hukum yang Tuhan alpakan.
Al-Quran semenjak masa di wahyukan hingga masa kini, benar-benar bersih dari segala macam bentuk kontaminasi, penambahan ataupun pengurangan. Ia tetap senantiasa terpelihara dalam tulisan ataupun dalam hafalan. Karena tidak putus-putusnya dari masa ke masa di setiap tempat, ada manusia-manusia yang rela mencurahkan waktunya untuk menghafal dan mengarungi samudera ilmunya, menyelam menggapai mutiaranya. Firman Tuhan: "sesungguhnya kami yang menurunkan adz-Dzikra dan kami pula yang akan menjaganya". (QS al-Hijr).
Setiap orang Islam yang sadar, sudah pasti mengakui bahwa al-Quran adalah fondasi yang utama dari agama ini, yang karenanya berbegang kepadanya merupakan kewajiban yang tidak perlu di ragukan lagi, namun, di karenakan ia adalah masakan yang mentah, di perlukan sejumlah sarana untuk memasaknya sebelum di sajikan kepada masyarakat luas untuk di ni'mati. Sarana itu adalah hadtis Nabi yang shahih, pendapat para sahabat yang adil dan para ulama yang tsiqah, di samping sarana penunjang yang lainnya.
Panembahan, 24 Oktober 2009
Kalam Tuhan yang di turunkan kepada Nabi Muhammad Saaw, di namakan al-Quran, sebab al-Quran mengumpulkan sejumlah surat atau merupakan koleksi dari 114 surat yang ada. Atau karena al-Quran mengumpulkan intisari dari kitab-kitab Tuhan yang di turunkan pada Nabi-Nabi yang terdahulu.
Al-Jahid berkata: Tuhan memberikan nama kitabnya berbeda dengan nama-nama yang di berikan orang Arab kepada kumpulan pembicaraan mereka. Tuhan menamakan kalamNya dengan al-Quran, sedang orang Arab menamakan kumpulan syairnya dengan diwan, Tuhan menamakan sebagian isi al-Quran dengan surat, orang Arab menamakan sebagian isi diwannya dengan qasidah, Tuhan menamakan sebagian isi suratnya dengan ayat, orang Arab menamakan sebagian isi qasidahnya dengan bait.
Secara bahasa, Quran bisa juga di artikan sesuatu yang fungsinya untuk di baca, apapun bentuknya.
Sedangkan jika di artikan menurut istilah, al-Quran adalah nama bagi sebuah kitab agama yang di wahyukan kepada Nabi Muhammad Saaw oleh Tuhan, di wahyukan dengan cara berangsur-angsur, yang tiada dapat di tandingi oleh siapapun, di nukilkan dari Nabi Muhammad Saaw kepada umatnya dengan cara mutawatir, dan membacanya adalah ibadah, untuk di amalkan isinya dan di sampaikan kepada seluruh manusia dan jin.
Di sini saya bawakan 2 buah ayat sebagai keterangan. "Hai Rasul, sampaikan apa yang telah di turunkan Tuhan kepadamu". (QS al-Maidah 67) dan "maka berpeganglah dengan apa yang telah di wahyukan kepadamu". (QS Zukhruf 43).
Al-Quran merupakan kalam Tuhan yang mencakup keterangan berbagai macam permasalahan. Tuhan berfirman: "dan kami turunkan kepada engkau al-Kitab, sebagai penjelasan atas segala sesuatu". (QS an-Nahl).
Rasulullah Saaw menjelaskan melalui hadits yang di riwayatkan oleh at-Tirmidzi bahwa al-Quran adalah: Kitab Tuhan yang di dalamnya ada habar tentang orang-orang sebelum kamu dan orang-orang sesudah kamu, dan hukum yang terjadi di antara kamu.
Al-Quran terdiri dari 30 juz, 114 surat dan 6236 ayat, dan hitungan ayat yang sejumlah itulah yang perlu di hargai, bukan 6666 ayat seperti apa yang selama ini orang-orang katakan tanpa ada dasar kenyataannya. Jika anda tidak percaya silahkan anda hitung seluruh ayat al-Quran, 6236 atau 6666. Memang, dalam menetapkan jumlah ayat, telah terjadi perbedaan ulama, tetapi yang jelas bahwa di antara pendapat-pendapat ulama itu, setelah saya hitung sendiri tidak ada sama sekali yang mendekati jumlah 6666 ayat. Apa ada maksud lain di balik pendapat yang mengatakan 6666 ayat itu, saya tidak tahu. Wallahu A'lam.
Al-Quran merupakan kitab yang tersusun sedemikian rapih dan terang. Tuhan berfirman: "ini adalah kitab yang ayat-ayatnya muhkamah lagi tersusun indah dan di perincikannya, yang datang dari Tuhan yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.
Maksudnya, inilah ayat-ayat al-Quran yang di susun indah dan teguh yang tetap berlaku di sepanjang zaman, tidak berubah maupun rusak dan menjelaskan bermacam pembicaraan di sekitar tauhid, hukum, pengajaran, kiasan dan berbagai hal lainnya.
Sebagai kitab suci yang di turunkan kepada NabiNya yang suci, al-Quran tidak sedikitpun mengandung kelemahan, ia menjelaskan pula tentang berbagai macam petunjuk guna sebagai jalan bagi kebahagiaan dunia maupun akhirat. Dengan kesempurnaan yang ada, tidak ada satupun segala sesuatu yang al-Quran alpakan. Firman Tuhan: "tidak kami alpakan sesuatupun dalam al-Quran". (QS al-An'am). Menurut sebagian ulama, maksud ayat ini adalah: bahwa tidak ada satupun yang menjadi kebutuhan bagi manusia yang tidak di sebutkan dasar-dasarnya dalam al-Quran. Ayat ini menerangkan pula bahwa Tuhan mengetahui segala macam kebutuhan mahluknya. Atau tidak ada sesuatupun dari dalil-dalil keTuhanan dan dasar-dasar hukum yang Tuhan alpakan.
Al-Quran semenjak masa di wahyukan hingga masa kini, benar-benar bersih dari segala macam bentuk kontaminasi, penambahan ataupun pengurangan. Ia tetap senantiasa terpelihara dalam tulisan ataupun dalam hafalan. Karena tidak putus-putusnya dari masa ke masa di setiap tempat, ada manusia-manusia yang rela mencurahkan waktunya untuk menghafal dan mengarungi samudera ilmunya, menyelam menggapai mutiaranya. Firman Tuhan: "sesungguhnya kami yang menurunkan adz-Dzikra dan kami pula yang akan menjaganya". (QS al-Hijr).
Setiap orang Islam yang sadar, sudah pasti mengakui bahwa al-Quran adalah fondasi yang utama dari agama ini, yang karenanya berbegang kepadanya merupakan kewajiban yang tidak perlu di ragukan lagi, namun, di karenakan ia adalah masakan yang mentah, di perlukan sejumlah sarana untuk memasaknya sebelum di sajikan kepada masyarakat luas untuk di ni'mati. Sarana itu adalah hadtis Nabi yang shahih, pendapat para sahabat yang adil dan para ulama yang tsiqah, di samping sarana penunjang yang lainnya.
Panembahan, 24 Oktober 2009
Haji Ritual, Haji sosial
Seorang nara sumber dalam sebuah perbincangan tentang permasalahan haji di salah satu stasiun televisi, dengan bangganya mengatakan: saya baru beribadah haji sebanyak 27 kali. 27 kali! itupun dia bilang baru, berarti masih ada kemungkinan angka itu akan bertambah menjadi 28, 35, 50 atau bahkan 150 kali, lebih fantastis lagi jika umur dia sepanjang umur Nuh, mungkin akan ada hitungan yang ke 930 kali.
Hebatkah kedengarannya? Saya rasa tidak, sebab kewajiban haji hanya di wajibkan Tuhan sekali seumur hidup dan Rasulullah Saaw pun hanya melakukan haji satu kali. Sedang yang tersirat dari omongan orang itu adalah rasa bangga diri, berharap orang yang mendengar bisa tercengang, tepukan dada siapa lawan yang telah haji melebihi aku dll yang semuanya astaghfirullahal 'adzim.
Kita tinggalkan kabar yang tiada berguna itu, pada saat yang lain, di tempat-tempat yang lain, ribuan bahkan jutaan orang Islam menitikkan air mata, akibat kerinduan yang tak pernah tercapai untuk dapat berkunjung ke Baitullah al-Haram, dapat thawaf di seputar Ka'bah bersama jutaan teman-teman Islam yang lain, dapat sa'i di antara Shafa dan Marwah atau berkesempatan mencium batu hitam kelam yang di turunkan dari sorga.
Mereka yang hidup sampai kini, mungkin masih ada kesempatan bisa menapaki harumnya tanah-tanah sejarah di Arab sana di suatu hari kelak atas izin Tuhan. Namun tidak sedikit mereka yang telah kehilangan harapan sama sekali untuk dapat pergi ke sana di sebabkan ajal telah terlebih dahulu merenggut. Padahal ketika hidup selalu ada kerinduan abadi di hati mereka, untuk merasakan sebentar menjadi tetangga Rasulullah Saaw sekaligus menjadi tetangga Abu Jahal, namun belenggu kemiskinan ketika hidup telah menghalangi mereka dalam ketidak berdayaan untuk menjadi tetangga sementara bagi siapapun di tanah suci.
Haji sosial
Seorang hamba yang shalih bernama Abdullah ibnu al-Mubarak, tertidur di sela-sela menjalankan ibadah haji pada tahun itu. Dalam tidurnya, dia bermimpi melihat 2 malaikat yang sedang berbincang. Malaikat yang satu bertanya pada yang satunya lagi: berapa jumlah manusia yang melakukan ibadah haji pada tahun ini? Malaikat yang satu menjawab: 20 ribu. Berapakah yang di terima ibadah hajinya? Tidak ada satupun. Yang di terima adalah justru yang tidak berada di sini, dia adalah si fulan yang berada di sebuah daerah anu dan berprofesi sebagai penyemir sepatu.
Abdullah yang sedang tidur nyenyak, demi mendengar perbincangan 2 malaikat itu, bukan kepalang tersentaknya. Bagaimana mungkin mereka yang telah mengarungi berbagai bentuk kesengsaraan untuk dapat beribadah haji, namun semuanya tidak ada yang di terima. Tercenunglah ia, timbul keinginan hatinya untuk menemui sang penyemir sepatu, amalan apa yang menyebabkan dia beroleh karunia yang besar sehingga di terima hajinya padahal dia tidak berhaji?
Tidak lama setelah menyelesaikan rangkaian ibadah hajinya, Abdullah bergegas untuk menuju daerah yang di sebutkan oleh malaikat itu. Rupanya, penyemir sepatu itu merupakan orang yang di kenal di daerah itu, sehingga Abdullah tidak memerlukan waktu yang lama untuk dapat bertemu dengannya.
Tanpa di selingi basa basi yang bertele-tele, di padu dengan rasa penasaran yang menggelora. Abdullah menceritakan mimpinya pada orang itu dan bertanya: wahai fulan, sesungguhnya amalan apa yang membuat engkau mendapat karunia yang besar di sisi Allah? Mendengar cerita dan pertanyaan Abdullah, tertitiklah butir-butir airmata di mata si fulan, lalu menjawab: telah bertahun-tahun lamanya, aku mengumpulkan sedikit demi sedikit uang demi kerinduan untuk berkunjung ke Baitullah, dan pada tahun inilah sekian jumlah uang yang cukup untuk beribadah haji telah aku kumpulkan, aku bertekad dan berniat untuk berangkat haji pada tahun ini. Namun, menjelang keberangkatanku, seorang anak kecil tetanggaku, mengetuk pintu rumahku, mengabarkan kepadaku tentang ibunya yang sakit selama berhari tanpa obat dan makanan. Aku bergegas menuju rumah anak itu dan ku dapati ibunya terbaring dalam penderitaan yang hebat.
Di saat itu terjadi perang berkecamuk dalam batinku untuk menolong atau berangkat haji. Jika aku menolong ibu ini maka akan pupuslah harapan aku berangkat haji sebab uang yang aku kumpulkan betul-betul pas-pasan. Namun jika aku berangkat haji, bagaimana dengan nasib ibu ini? Lama batinku berperang, pada ahirnya aku bergegas pulang dan mengambil uang yang telah lama aku kumpulkan itu, dan kembali ke rumah ibu itu untuk menyerahkan semua uang itu demi meringankan penderitaannya.
Setelah si fulan menyelesaikan ceritanya, Abdullah pun menangis tersedu-sedu, merangkul dan mengucapkan selamat pada si fulan.
Hebatkah kedengarannya? Saya rasa tidak, sebab kewajiban haji hanya di wajibkan Tuhan sekali seumur hidup dan Rasulullah Saaw pun hanya melakukan haji satu kali. Sedang yang tersirat dari omongan orang itu adalah rasa bangga diri, berharap orang yang mendengar bisa tercengang, tepukan dada siapa lawan yang telah haji melebihi aku dll yang semuanya astaghfirullahal 'adzim.
Kita tinggalkan kabar yang tiada berguna itu, pada saat yang lain, di tempat-tempat yang lain, ribuan bahkan jutaan orang Islam menitikkan air mata, akibat kerinduan yang tak pernah tercapai untuk dapat berkunjung ke Baitullah al-Haram, dapat thawaf di seputar Ka'bah bersama jutaan teman-teman Islam yang lain, dapat sa'i di antara Shafa dan Marwah atau berkesempatan mencium batu hitam kelam yang di turunkan dari sorga.
Mereka yang hidup sampai kini, mungkin masih ada kesempatan bisa menapaki harumnya tanah-tanah sejarah di Arab sana di suatu hari kelak atas izin Tuhan. Namun tidak sedikit mereka yang telah kehilangan harapan sama sekali untuk dapat pergi ke sana di sebabkan ajal telah terlebih dahulu merenggut. Padahal ketika hidup selalu ada kerinduan abadi di hati mereka, untuk merasakan sebentar menjadi tetangga Rasulullah Saaw sekaligus menjadi tetangga Abu Jahal, namun belenggu kemiskinan ketika hidup telah menghalangi mereka dalam ketidak berdayaan untuk menjadi tetangga sementara bagi siapapun di tanah suci.
Haji sosial
Seorang hamba yang shalih bernama Abdullah ibnu al-Mubarak, tertidur di sela-sela menjalankan ibadah haji pada tahun itu. Dalam tidurnya, dia bermimpi melihat 2 malaikat yang sedang berbincang. Malaikat yang satu bertanya pada yang satunya lagi: berapa jumlah manusia yang melakukan ibadah haji pada tahun ini? Malaikat yang satu menjawab: 20 ribu. Berapakah yang di terima ibadah hajinya? Tidak ada satupun. Yang di terima adalah justru yang tidak berada di sini, dia adalah si fulan yang berada di sebuah daerah anu dan berprofesi sebagai penyemir sepatu.
Abdullah yang sedang tidur nyenyak, demi mendengar perbincangan 2 malaikat itu, bukan kepalang tersentaknya. Bagaimana mungkin mereka yang telah mengarungi berbagai bentuk kesengsaraan untuk dapat beribadah haji, namun semuanya tidak ada yang di terima. Tercenunglah ia, timbul keinginan hatinya untuk menemui sang penyemir sepatu, amalan apa yang menyebabkan dia beroleh karunia yang besar sehingga di terima hajinya padahal dia tidak berhaji?
Tidak lama setelah menyelesaikan rangkaian ibadah hajinya, Abdullah bergegas untuk menuju daerah yang di sebutkan oleh malaikat itu. Rupanya, penyemir sepatu itu merupakan orang yang di kenal di daerah itu, sehingga Abdullah tidak memerlukan waktu yang lama untuk dapat bertemu dengannya.
Tanpa di selingi basa basi yang bertele-tele, di padu dengan rasa penasaran yang menggelora. Abdullah menceritakan mimpinya pada orang itu dan bertanya: wahai fulan, sesungguhnya amalan apa yang membuat engkau mendapat karunia yang besar di sisi Allah? Mendengar cerita dan pertanyaan Abdullah, tertitiklah butir-butir airmata di mata si fulan, lalu menjawab: telah bertahun-tahun lamanya, aku mengumpulkan sedikit demi sedikit uang demi kerinduan untuk berkunjung ke Baitullah, dan pada tahun inilah sekian jumlah uang yang cukup untuk beribadah haji telah aku kumpulkan, aku bertekad dan berniat untuk berangkat haji pada tahun ini. Namun, menjelang keberangkatanku, seorang anak kecil tetanggaku, mengetuk pintu rumahku, mengabarkan kepadaku tentang ibunya yang sakit selama berhari tanpa obat dan makanan. Aku bergegas menuju rumah anak itu dan ku dapati ibunya terbaring dalam penderitaan yang hebat.
Di saat itu terjadi perang berkecamuk dalam batinku untuk menolong atau berangkat haji. Jika aku menolong ibu ini maka akan pupuslah harapan aku berangkat haji sebab uang yang aku kumpulkan betul-betul pas-pasan. Namun jika aku berangkat haji, bagaimana dengan nasib ibu ini? Lama batinku berperang, pada ahirnya aku bergegas pulang dan mengambil uang yang telah lama aku kumpulkan itu, dan kembali ke rumah ibu itu untuk menyerahkan semua uang itu demi meringankan penderitaannya.
Setelah si fulan menyelesaikan ceritanya, Abdullah pun menangis tersedu-sedu, merangkul dan mengucapkan selamat pada si fulan.
Minggu, 04 Oktober 2009
Betulkah neraka itu kekal
Di setiap saya membaca al-Quran, manakala telah sampai pada surah al-An'am ayat 126, dan surah Hud ayat 107 dan 108, acapkali hati tergelitik, fikiran tergoda dan iman terhadap kekalnya neraka dan surga sedikit terguncang. Di dalam surah al-Anam 126 dan surah Hud 107 di jelaskan bahwa manusia yang celaka akan di masukkan ke dalam neraka, mereka kekal di dalamnya selama masih ada langit dan bumi, kecuali apa yang di kehendaki oleh Tuhan; dan pada surah Hud 108 di jelaskan juga manusia yang berbahagia akan kekal di dalam surga selagi langit dan bumi masih ada, kecualia apa yang di kehendaki oleh Tuhan pula.
Ketiga ayat ini juga sebetulnya telah lama menjadi perbincangan hangat di kalangan para ulama, mengingat di dalam ayat-ayat yang lain ada juga yang menerangkan bahwa mereka yang masuk neraka akan kekal di dalamnya untuk selamanya dan tidak akan pernah keluar lagi. Perbincangan terus melebar pada apakah mereka yang kekal di neraka itu dulu sewaktu hidup di dunia sama sekali tidak punya jasa baik, sehingga tiada ampun baginya keluar dari neraka? Lalu bagaimana dengan mereka yang tidak berpegang dengan tali Islam, yang tidak percaya pada Tuhan Allah, Nabi Muhammad Saaw maupun al-Quran? Padahal barangkali saja mereka tidak memeluk Islam karena belum ada keterangan yang nyata yang datang kepada mereka. Adapula yang merangkai-rangkaikan hal neraka dan surga dengan urusan takdir.
Sesungguhnya, apa pentingnya bagi Tuhan mentakdirkan seorang manusia, dari sejak lahir ke dunia tidak menerima keterangan sama sekali tentang Islam, padahal selama hidup dia banyak berbuat baik, tetapi karena dia tidak Islam dia wajib masuk neraka dan kekal selama-lamanya di dalamnya tiada berujung? Padahal di dalam al-Quran pula di temukan ayat bahwa Tuhan mewajibkan pada dirinya sendiri untuk memberi rahmat pada hamba-hambaNya dan bersifat Rahman dan Rahim?
Di dalam ketiga ayat itu di temukanlah kata-kata penting untuk membuka hati dan fikiran ya'ni firmanNya: kecuali apa yang di kehendaki oleh Tuhan, penting juga di ketengahkan ujung ayat 128 al-An'am bahwa Tuhan mempunyai sifat yang Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui dan pada ujung surah Hud 107 di firmankan pula bahwa Tuhan Maha berkuasa berbuat apa yang Dia kehendaki.
Dalam sebuah Hadits riwayat Abu Nadhrah dia menerima dari Jabir bin Abdullah ra, bahwa ketika membicarakan surah Hud ayat 107, "kecuali apa yang di kehendaki oleh Tuhanmu, sesungguhnya Tuhanmu Maha Kuasa Berbuat apa yang Dia kehendaki", bersabdalah Rasulullah Saaw: ayat ini telah memberi keputusan atas al-Quran betapa banyak ayat yang menerangkan kekal dalam neraka, maka dengan ayat 107 surah Hud inilah apa yang di maksud kekal itu.
Ada juga riwayat yang datang dari Umar bin Khathab, bahwa beliau berkata: meskipun penghuni neraka telah memenuhi neraka laksana pasir, namun pada suatu hari nanti mereka akan keluar juga dari dalamnya. Atau ada pula riwayat yang lebih jelas dari Abu Hirr: akan datang suatu hari tidak akan ada seorangpun yang akan tinggal di dalam neraka. Asy-sya'bi, seorang tabiin berkata pula: bahwa Jahannam itu sangat cepat penuh dan sangat cepat pula runtuhnya.
Ibnu al-Qayyim al-Jauziah, di dalam bukunya Hadi al-Arwah, setelah mengkaji masalah ini panjang lebar dan membawakan dalil dari berbagai macam fihak tentang kekal atau tidaknya manusia di dalam neraka, mengambil kesimpulan bahwa neraka itu pada ahirnya akan di tutup. Manusia akan masuk ke dalam neraka menurut kadar dosanya yang akan di bersihkan. Berapa lama manusia di dalamnya semua adalah ada pada ketentuan Tuhan. Ada yang kekal di dalamnya selama neraka masih ada. Dan ada pula yang tinggal dalam neraka beberapa Huqub (an-Naba ayat 23). Satu Huqub adalah 80 tahun, dan ada pula yang kurang dari itu. Kemudian neraka itu akan di hancurkan oleh Tuhan, karena menurut pendapat Ibnu Qayyim sifat yang pokok dari Tuhan adalah Rahmat, Kasih dan Sayang. Kalau Tuhan menyiksa hambaNya bukanlah karena benci atau dendam. Bahkan kata Ibnu Qayyim lagi, Tuhan tidak berkepentingan untuk menahan hambaNya meringkuk di dalam neraka untuk selamanya. Dia berkata lagi, tidak ada manusia yang tidak ada kebaikan sama sekali dalam jiwanya. Manusia hanya di hukum menurut kadar dosanya. Dosa yang paling besar akan di balas dengan kekal di dalam neraka selama neraka masih ada, setelah itu neraka di tutup, sebab keperluannya tidak ada lagi, seluruh mahluk telah di bersihkan dosanya, lalu datanglah ampunan Tuhan. Tuhan itu 'afuwwun, mah pemberi maaf pada seluruh hambaNya. Wallahu a'lam.
Ketiga ayat ini juga sebetulnya telah lama menjadi perbincangan hangat di kalangan para ulama, mengingat di dalam ayat-ayat yang lain ada juga yang menerangkan bahwa mereka yang masuk neraka akan kekal di dalamnya untuk selamanya dan tidak akan pernah keluar lagi. Perbincangan terus melebar pada apakah mereka yang kekal di neraka itu dulu sewaktu hidup di dunia sama sekali tidak punya jasa baik, sehingga tiada ampun baginya keluar dari neraka? Lalu bagaimana dengan mereka yang tidak berpegang dengan tali Islam, yang tidak percaya pada Tuhan Allah, Nabi Muhammad Saaw maupun al-Quran? Padahal barangkali saja mereka tidak memeluk Islam karena belum ada keterangan yang nyata yang datang kepada mereka. Adapula yang merangkai-rangkaikan hal neraka dan surga dengan urusan takdir.
Sesungguhnya, apa pentingnya bagi Tuhan mentakdirkan seorang manusia, dari sejak lahir ke dunia tidak menerima keterangan sama sekali tentang Islam, padahal selama hidup dia banyak berbuat baik, tetapi karena dia tidak Islam dia wajib masuk neraka dan kekal selama-lamanya di dalamnya tiada berujung? Padahal di dalam al-Quran pula di temukan ayat bahwa Tuhan mewajibkan pada dirinya sendiri untuk memberi rahmat pada hamba-hambaNya dan bersifat Rahman dan Rahim?
Di dalam ketiga ayat itu di temukanlah kata-kata penting untuk membuka hati dan fikiran ya'ni firmanNya: kecuali apa yang di kehendaki oleh Tuhan, penting juga di ketengahkan ujung ayat 128 al-An'am bahwa Tuhan mempunyai sifat yang Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui dan pada ujung surah Hud 107 di firmankan pula bahwa Tuhan Maha berkuasa berbuat apa yang Dia kehendaki.
Dalam sebuah Hadits riwayat Abu Nadhrah dia menerima dari Jabir bin Abdullah ra, bahwa ketika membicarakan surah Hud ayat 107, "kecuali apa yang di kehendaki oleh Tuhanmu, sesungguhnya Tuhanmu Maha Kuasa Berbuat apa yang Dia kehendaki", bersabdalah Rasulullah Saaw: ayat ini telah memberi keputusan atas al-Quran betapa banyak ayat yang menerangkan kekal dalam neraka, maka dengan ayat 107 surah Hud inilah apa yang di maksud kekal itu.
Ada juga riwayat yang datang dari Umar bin Khathab, bahwa beliau berkata: meskipun penghuni neraka telah memenuhi neraka laksana pasir, namun pada suatu hari nanti mereka akan keluar juga dari dalamnya. Atau ada pula riwayat yang lebih jelas dari Abu Hirr: akan datang suatu hari tidak akan ada seorangpun yang akan tinggal di dalam neraka. Asy-sya'bi, seorang tabiin berkata pula: bahwa Jahannam itu sangat cepat penuh dan sangat cepat pula runtuhnya.
Ibnu al-Qayyim al-Jauziah, di dalam bukunya Hadi al-Arwah, setelah mengkaji masalah ini panjang lebar dan membawakan dalil dari berbagai macam fihak tentang kekal atau tidaknya manusia di dalam neraka, mengambil kesimpulan bahwa neraka itu pada ahirnya akan di tutup. Manusia akan masuk ke dalam neraka menurut kadar dosanya yang akan di bersihkan. Berapa lama manusia di dalamnya semua adalah ada pada ketentuan Tuhan. Ada yang kekal di dalamnya selama neraka masih ada. Dan ada pula yang tinggal dalam neraka beberapa Huqub (an-Naba ayat 23). Satu Huqub adalah 80 tahun, dan ada pula yang kurang dari itu. Kemudian neraka itu akan di hancurkan oleh Tuhan, karena menurut pendapat Ibnu Qayyim sifat yang pokok dari Tuhan adalah Rahmat, Kasih dan Sayang. Kalau Tuhan menyiksa hambaNya bukanlah karena benci atau dendam. Bahkan kata Ibnu Qayyim lagi, Tuhan tidak berkepentingan untuk menahan hambaNya meringkuk di dalam neraka untuk selamanya. Dia berkata lagi, tidak ada manusia yang tidak ada kebaikan sama sekali dalam jiwanya. Manusia hanya di hukum menurut kadar dosanya. Dosa yang paling besar akan di balas dengan kekal di dalam neraka selama neraka masih ada, setelah itu neraka di tutup, sebab keperluannya tidak ada lagi, seluruh mahluk telah di bersihkan dosanya, lalu datanglah ampunan Tuhan. Tuhan itu 'afuwwun, mah pemberi maaf pada seluruh hambaNya. Wallahu a'lam.
Senin, 28 September 2009
Renungkanlah firman Tuhan ini wahai saudaraku
Dan janganlah kalian memaki apa yang mereka sembah selain Allah, sebab mereka akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa dasar pengetahuan (QS al-An'am 108).
Di dalam ayat ini Tuhan memberi peringatan terhadap kaum muslim, bahwa apapun yang di sembah oleh non muslim janganlah di caci maki, sebab ketika mereka telah panas hati akibat caci maki kita, niscaya mereka juga tiada segan akan balik mencaci maki Allah Tuhan kita. Lebih baik tunjukkan pada mereka alasan yang masuk akal bagaimana lemah dan buruknya menyembah selain Allah. Apapun bentuknya, caci maki tidaklah menjadikan keadaan bertambah baik, bahkan akan menjadi semakin carut marut. Jika mereka mencaci maki Allah karena membalas caci maki kita atas sesembahan mereka, justru kita akan berdosa, sebab kita lah yang memulai.
Di dalam bahasa Arab ada ungkapan: al-badi-u adzhlamu, yang memulai lebih dulu, dialah yang lebih dzhalim.
Di dalam ayat ini juga kita dapat mengambil pengertian bahwa caci maki yang timbul karena perbedaan pandangan dan pendirian lebih banyak di karenakan tiadanya pengetahuan pada mereka yang melakukannya. Ketika orang yang bodoh menendang kesana kemari, maka mereka yang punya pengetahuan memandangnya dengan senyum simpul.
Pelajaran yang kita ambil dari ayat ini seyogyanya kita kaitkan juga dengan sabda Rasul yang berbunyi: termasuk dosa yang sangat besar adalah seseorang yang mencerca ayah bundanya. Para sahabat bertanya: wahai Rasulullah, adakah orang yang mencerca ayahnya? Rasul menjawab: dia memaki ayah seseorang, kemudian orang itu memaki ayahnya pula. Di makinya ibunya, diapun balas memaki ibunya pula.
Orang Islam terikat dengan larangan keras ini, hususnya jika berhadapan dengan mereka yang beragama Nasrani. Terkadang di dalam perdebatan yang acapkali terjadi, orang-orang Nasrani tiada segan untuk menyakiti hati kaum muslim dengan mengatakan Nabi Muhammad Saaw adalah Nabi palsu, Nabi pengumbar syahwat, Nabi pedophilia, menyebarkan Islam dengan kilatan cahaya pedang, dan kata-kata yang lebih sadis dari itu semua, sebagaimana yang pernah saya alami sendiri ketika ikut chating di forum Islam-Kristen. Betapa sakitnya hati saya mendengar kata-kata mereka, namun ketika saya hendak membalas mereka dengan memaki al-Masih, sudah pasti sayapun akan keluar dari Islam. Sebab, al-Masih yang mereka anggap sebagai Tuhan itu sesungguhnya adalah Nabi yang patut di imani dan di muliakan oleh orang Islam. Membalas caci maki mereka terhadap Nabi Muhammad Saaw dengan memaki al-Masih adalah dosa besar, apa lagi jika kita yang memulai memaki al-Masih, kemudian mereka balas lagi dengan memaki Nabi Saaw, alangkah berlipat dosa-dosa itu, yang semuanya adalah dosa besar. Dosa pertama adalah memaki al-Masih dan dosa kedua menyebabkan orang memaki Nabi suci Muhammad Saaw.
Sesungguhnya, jika orang Islam berpegang teguh pada agamanya, kecil kemungkinan akan terjadi perbantahan yang mengakibatkan timbulnya caci memaki. Ayat di atas menegaskan bahwa timbulnya pertengkaran di sebabkan tidak adanya pengetahuan. Pepatah mengatakan: jika isi otak tidak ada, padahal mulut ingin bicara, maka yang terjadi isi usus yang di keluarkan. Begitu juga dengan orang Kristen yang betul memegang teguh agamanya, mereka tidak mungkin akan mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan hati, kebohongan maupun makian terhadap orang yang tidak seagama dengan mereka, sebab di dalam Injil di katakan: kasihanilah musuhmu, atau, jika pipi kananmu di tampar, berilah pula pipi kirimu.
Salam damai penuh cinta.
Cirebon 26 September 2009
Di dalam ayat ini Tuhan memberi peringatan terhadap kaum muslim, bahwa apapun yang di sembah oleh non muslim janganlah di caci maki, sebab ketika mereka telah panas hati akibat caci maki kita, niscaya mereka juga tiada segan akan balik mencaci maki Allah Tuhan kita. Lebih baik tunjukkan pada mereka alasan yang masuk akal bagaimana lemah dan buruknya menyembah selain Allah. Apapun bentuknya, caci maki tidaklah menjadikan keadaan bertambah baik, bahkan akan menjadi semakin carut marut. Jika mereka mencaci maki Allah karena membalas caci maki kita atas sesembahan mereka, justru kita akan berdosa, sebab kita lah yang memulai.
Di dalam bahasa Arab ada ungkapan: al-badi-u adzhlamu, yang memulai lebih dulu, dialah yang lebih dzhalim.
Di dalam ayat ini juga kita dapat mengambil pengertian bahwa caci maki yang timbul karena perbedaan pandangan dan pendirian lebih banyak di karenakan tiadanya pengetahuan pada mereka yang melakukannya. Ketika orang yang bodoh menendang kesana kemari, maka mereka yang punya pengetahuan memandangnya dengan senyum simpul.
Pelajaran yang kita ambil dari ayat ini seyogyanya kita kaitkan juga dengan sabda Rasul yang berbunyi: termasuk dosa yang sangat besar adalah seseorang yang mencerca ayah bundanya. Para sahabat bertanya: wahai Rasulullah, adakah orang yang mencerca ayahnya? Rasul menjawab: dia memaki ayah seseorang, kemudian orang itu memaki ayahnya pula. Di makinya ibunya, diapun balas memaki ibunya pula.
Orang Islam terikat dengan larangan keras ini, hususnya jika berhadapan dengan mereka yang beragama Nasrani. Terkadang di dalam perdebatan yang acapkali terjadi, orang-orang Nasrani tiada segan untuk menyakiti hati kaum muslim dengan mengatakan Nabi Muhammad Saaw adalah Nabi palsu, Nabi pengumbar syahwat, Nabi pedophilia, menyebarkan Islam dengan kilatan cahaya pedang, dan kata-kata yang lebih sadis dari itu semua, sebagaimana yang pernah saya alami sendiri ketika ikut chating di forum Islam-Kristen. Betapa sakitnya hati saya mendengar kata-kata mereka, namun ketika saya hendak membalas mereka dengan memaki al-Masih, sudah pasti sayapun akan keluar dari Islam. Sebab, al-Masih yang mereka anggap sebagai Tuhan itu sesungguhnya adalah Nabi yang patut di imani dan di muliakan oleh orang Islam. Membalas caci maki mereka terhadap Nabi Muhammad Saaw dengan memaki al-Masih adalah dosa besar, apa lagi jika kita yang memulai memaki al-Masih, kemudian mereka balas lagi dengan memaki Nabi Saaw, alangkah berlipat dosa-dosa itu, yang semuanya adalah dosa besar. Dosa pertama adalah memaki al-Masih dan dosa kedua menyebabkan orang memaki Nabi suci Muhammad Saaw.
Sesungguhnya, jika orang Islam berpegang teguh pada agamanya, kecil kemungkinan akan terjadi perbantahan yang mengakibatkan timbulnya caci memaki. Ayat di atas menegaskan bahwa timbulnya pertengkaran di sebabkan tidak adanya pengetahuan. Pepatah mengatakan: jika isi otak tidak ada, padahal mulut ingin bicara, maka yang terjadi isi usus yang di keluarkan. Begitu juga dengan orang Kristen yang betul memegang teguh agamanya, mereka tidak mungkin akan mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan hati, kebohongan maupun makian terhadap orang yang tidak seagama dengan mereka, sebab di dalam Injil di katakan: kasihanilah musuhmu, atau, jika pipi kananmu di tampar, berilah pula pipi kirimu.
Salam damai penuh cinta.
Cirebon 26 September 2009
Selasa, 04 Agustus 2009
Nyadar sedikit kek
Manusia berkata: aku sangat kaya, aku punya seribu pesawat, yang bisa di terbangkan dalam satu waktu mengitari tujuh petala langit, berputak balik diantara venus, mars dan pluto.
Cicak menyahut: meski satu juta pesawat kau miliki, jika masih berputar-putar di sekitar langit Tuhan, tetap saja engkau adalah miskin! Bisakah kau, dengan kekayaanmu, mencipta langit sendiri?
Manusia berkata: aku sangat pandai, aku tahu segala sesuatu, dari yang paling kecil sampai yang paling besar, segala ilmu yang pernah ada di dunia, aku kuasai.
Kadal menyahut: wah, hebat sekali ya, tapi, bisa tidakkah engkau berbicara dengan aku, dengan menggunakan sepatah dua patah kata bahasa kami (kadal), agar sempurna di mata kami kepandaian yang engkau miliki?
Manusia berkata: aku sangat kuat, sehingga jika aku ingin, gunung yang tinggi menjulang itu, akan aku robohkan hanya dengan hentakan satu kaki.
Tikus menyahut: masyaAllah, ajaib, ajaib, jika gunung yang begitu kokoh, runtuh hanya dengan hentakan satu kaki, betapa pula aku yang ringkih ini, satu kilatan tatap matamu tentu bisa membuat aku hancur berkeping. Tapi, dapatkah aku terus mempercayaimu sahabat, sebelum aku tahu bahwa dengan kekuatanmu pula kau akan sanggup menepis tangan-tangan Izrail?
Manusia berkata: aku dokter yang sangat ahli, telah terselamatkan olehku sejuta nyawa, dan telah terkuak olehku ribuan misteri penyakit.
Kremeki menyahut: omonganmu membuat aku tertawa wahai dokter! Aku gumun dengan pengakuanmu, bukankah saat masjid minggu kemarin mengumumkan kematian manusia, itu adalah ibumu?
Manusia berkata: aku sangat berkuasa, tapak kakiku menghunjam dari ujung bumi ke ujung laut, hingga tidak ada satu jengkal tanah dan segayung air pun yang luput dari kekuasaanku.
Kuda nil menyahut: halah brakapataula, kemarin engkau berkata seperti itu, sekarangpun begitu, dan besokpun akan sama, ayo buktikan kekuasaanmu pada laut yang menggulung mengamuk menyunami, buktikan kekuasaanmu pada bumi kerontang mengering membakar.
Manusia berkata: aku adalah manusia terpandang, anak dari bangsawan putra dari ulama, pada setiap nadiku berbalur darah biru tua, lihatlah jika aku berjalan, mereka yang gembel itu menghaturkan sujud sembah di hadapan kemuliaanku di sepanjang perjalanan zaman.
Kecoa menyahut sinis: harakadubrak, sombongnya dirimu le le, tidak tahukah kau perihal al-Masih? Ribuan, bahkan jutaan manusia menganggapnya sebagai putra Tuhan, puncak dari kesempurnaan segala kemuliaan. Apakah terbetik pada hatinya sedikit rasa bangga karenanya? Tidak!! Bahkan dalam salah satu sabdanya, sekalipun dia memiliki hati yang pengasih, dia bertekad akan menyeret mereka yang menganggap dirinya sebagai putra Tuhan, di hadapan pengadilan Tuhan yang maha tinggi. Hai, di mana posisi kemuliaan dirimu di banding kemuliaan al-Masih? Betapapun menjulangnya kemuliaanmu di mataku, jika di banding dengan kemuliaan al-Masih, tetap saja engkau penaka gembel. Apatah lagi jika di banding kemuliaan Tuhan!
Raja Nangun 31 Juli 2009
Cicak menyahut: meski satu juta pesawat kau miliki, jika masih berputar-putar di sekitar langit Tuhan, tetap saja engkau adalah miskin! Bisakah kau, dengan kekayaanmu, mencipta langit sendiri?
Manusia berkata: aku sangat pandai, aku tahu segala sesuatu, dari yang paling kecil sampai yang paling besar, segala ilmu yang pernah ada di dunia, aku kuasai.
Kadal menyahut: wah, hebat sekali ya, tapi, bisa tidakkah engkau berbicara dengan aku, dengan menggunakan sepatah dua patah kata bahasa kami (kadal), agar sempurna di mata kami kepandaian yang engkau miliki?
Manusia berkata: aku sangat kuat, sehingga jika aku ingin, gunung yang tinggi menjulang itu, akan aku robohkan hanya dengan hentakan satu kaki.
Tikus menyahut: masyaAllah, ajaib, ajaib, jika gunung yang begitu kokoh, runtuh hanya dengan hentakan satu kaki, betapa pula aku yang ringkih ini, satu kilatan tatap matamu tentu bisa membuat aku hancur berkeping. Tapi, dapatkah aku terus mempercayaimu sahabat, sebelum aku tahu bahwa dengan kekuatanmu pula kau akan sanggup menepis tangan-tangan Izrail?
Manusia berkata: aku dokter yang sangat ahli, telah terselamatkan olehku sejuta nyawa, dan telah terkuak olehku ribuan misteri penyakit.
Kremeki menyahut: omonganmu membuat aku tertawa wahai dokter! Aku gumun dengan pengakuanmu, bukankah saat masjid minggu kemarin mengumumkan kematian manusia, itu adalah ibumu?
Manusia berkata: aku sangat berkuasa, tapak kakiku menghunjam dari ujung bumi ke ujung laut, hingga tidak ada satu jengkal tanah dan segayung air pun yang luput dari kekuasaanku.
Kuda nil menyahut: halah brakapataula, kemarin engkau berkata seperti itu, sekarangpun begitu, dan besokpun akan sama, ayo buktikan kekuasaanmu pada laut yang menggulung mengamuk menyunami, buktikan kekuasaanmu pada bumi kerontang mengering membakar.
Manusia berkata: aku adalah manusia terpandang, anak dari bangsawan putra dari ulama, pada setiap nadiku berbalur darah biru tua, lihatlah jika aku berjalan, mereka yang gembel itu menghaturkan sujud sembah di hadapan kemuliaanku di sepanjang perjalanan zaman.
Kecoa menyahut sinis: harakadubrak, sombongnya dirimu le le, tidak tahukah kau perihal al-Masih? Ribuan, bahkan jutaan manusia menganggapnya sebagai putra Tuhan, puncak dari kesempurnaan segala kemuliaan. Apakah terbetik pada hatinya sedikit rasa bangga karenanya? Tidak!! Bahkan dalam salah satu sabdanya, sekalipun dia memiliki hati yang pengasih, dia bertekad akan menyeret mereka yang menganggap dirinya sebagai putra Tuhan, di hadapan pengadilan Tuhan yang maha tinggi. Hai, di mana posisi kemuliaan dirimu di banding kemuliaan al-Masih? Betapapun menjulangnya kemuliaanmu di mataku, jika di banding dengan kemuliaan al-Masih, tetap saja engkau penaka gembel. Apatah lagi jika di banding kemuliaan Tuhan!
Raja Nangun 31 Juli 2009
Firman Tuhan, sabda Nabi, dan teriakan Syetan
Daripada mikir yang bukan-bukan lebih baik menulis, daripada mikir yang jorok-jorok lebih baik menulis, daripada jenuh melewati malam dalam kesendirian lebih baik menulis; meski sengawur apapun dan se-ndluya apapun.
Telah lelah mata saya melihat Valentino Rossi berpacu di sirkuit (lupa namanya), telah lelah juga mata saya melihat pemain-pemain MU bertanding memperebutkan satu bola dengan para pemain mata sipit, dengan hasil ahir yang tidak penting. Setelah lelah melihat tv, lalu saya lanjutkan dengan membaca; saya baca majalah Hidayah, majalah Misteri, majalah Kartini, majalah Taqwa, buku Tolonglah Agama Allah, dan tiada ketinggalan buku masakan untuk menu esokpun saya baca, hingga pada ahirnya mata benar-benar muak di buatnya.
Ok lah,. mengapa kok firman Tuhan, mengapa kok sabda Rasul, dan mengapa kok teriakan Syetan? Bukan apa-apa, saya fikir dari tiga sumber itulah segala bentuk suara yang bergeremang di alam dunia ini bermuara, suara-suara keindahan, kebaikan, kebenaran, kejujuran dsb bisa di muarakan pada suara Tuhan, darimanapun ia datangnya, adapun sabda Rasul saya sertakan juga, karena saya fikir juga, beliau adalah manusia yang sama dengan manusia pada umumnya, namun, memiliki nilai moral yang paling tinggi dari manusia jenis apapun, serta beliau merupakan manusia yang memiliki suara paling persis dengan suara-suara kebenaran Tuhan, di belakangnya bisa suara Yesus-kah, Musa-kah, Daud-kah atau siapa lagi kah terserahlah. Di bagian terpisah, tiada dapat di pungkiri adanya suara lain yang bersebebrangan secara frontal dengan suara kebenaran Tuhan, lebih pas di katakan bukan sebagai suara biasa, melainkan teriakan, yaitu; teriakan Syetan.
Suara kebenaran Tuhan bisa kita dengar di manapun tempat, meskipun di tempat-tempat yang di anggap tidak layak sekalipun, dan keluar dari mulut siapapun, sebagaimana teriakan Syetan bisa juga terdengar dari tempat yang di anggap terhormat, atau dalam perdebatan-perdebatan yang me-nopikkan agama sebagai inti masalahnya dan si peneriaknya berjubah putih dengan sorban sembilan lapis.
Lazimnya suara kebenaran Tuhan, ia akan terdengar syahdu, merdu, penuh kedamaian dan membikin tentram, sekalipun topiknya adalah neraka, jihad, poligami dst dst. Tetapi, teriakan Syetan bagaimanapun juga akan membikin pekak telinga, hati resah, dan jiwa teriris meskipun topik masalah yang di bicarakan adalah shalat, zakat, haji dst dst.
Manusia dengan segala bentuknya, di persilahkan untuk menjadikan mulutnya, sebagai saluran dari suara jenis apapun, dengan resiko yang pasti akan di terimanya sendiri suatu hari nanti. Ada yang berkata: saya suka firman Tuhan dan sabda Rasulnya serta suara-suara hikmah lainnya, agar berlabuh untuk sementara di kerongkongan saya, sebelum di salurkan melalui mulut saya pada khalayak manusia. Ya silahkan saja. Yang lain barangkali juga berkata, biarlah dengan senang hati saya akan menjadikan mulut saya sebagai sumber dari segala teriakan Syetan. Ya monggo-monggo saja juga kok. Yang jelas, suara-suara itu akan silih berganti datang merayu hasrat bicara lidah manusia, sampai manusia benar-benar tidak lagi bisa untuk bicara apapun, mulutnya kelu, tubuhnya kaku, dingin membeku, terbaring di bawah debu, di temani ulat bulu dalam kondisi penuh harubiru.
Lihatlah, janji untuk menulis ngawur sudah saya tepati!
Saya ingin ralat tulisan pembuka di atas seharusnya begini; daripada nulis ngawur, sebenarnya lebih baik tidur, namun, sayang sudah terlanjur. Tidurnya nanti besok saja, sampai dzhuhur.
Kaki Ciremai, 27 Juli 2009
Telah lelah mata saya melihat Valentino Rossi berpacu di sirkuit (lupa namanya), telah lelah juga mata saya melihat pemain-pemain MU bertanding memperebutkan satu bola dengan para pemain mata sipit, dengan hasil ahir yang tidak penting. Setelah lelah melihat tv, lalu saya lanjutkan dengan membaca; saya baca majalah Hidayah, majalah Misteri, majalah Kartini, majalah Taqwa, buku Tolonglah Agama Allah, dan tiada ketinggalan buku masakan untuk menu esokpun saya baca, hingga pada ahirnya mata benar-benar muak di buatnya.
Ok lah,. mengapa kok firman Tuhan, mengapa kok sabda Rasul, dan mengapa kok teriakan Syetan? Bukan apa-apa, saya fikir dari tiga sumber itulah segala bentuk suara yang bergeremang di alam dunia ini bermuara, suara-suara keindahan, kebaikan, kebenaran, kejujuran dsb bisa di muarakan pada suara Tuhan, darimanapun ia datangnya, adapun sabda Rasul saya sertakan juga, karena saya fikir juga, beliau adalah manusia yang sama dengan manusia pada umumnya, namun, memiliki nilai moral yang paling tinggi dari manusia jenis apapun, serta beliau merupakan manusia yang memiliki suara paling persis dengan suara-suara kebenaran Tuhan, di belakangnya bisa suara Yesus-kah, Musa-kah, Daud-kah atau siapa lagi kah terserahlah. Di bagian terpisah, tiada dapat di pungkiri adanya suara lain yang bersebebrangan secara frontal dengan suara kebenaran Tuhan, lebih pas di katakan bukan sebagai suara biasa, melainkan teriakan, yaitu; teriakan Syetan.
Suara kebenaran Tuhan bisa kita dengar di manapun tempat, meskipun di tempat-tempat yang di anggap tidak layak sekalipun, dan keluar dari mulut siapapun, sebagaimana teriakan Syetan bisa juga terdengar dari tempat yang di anggap terhormat, atau dalam perdebatan-perdebatan yang me-nopikkan agama sebagai inti masalahnya dan si peneriaknya berjubah putih dengan sorban sembilan lapis.
Lazimnya suara kebenaran Tuhan, ia akan terdengar syahdu, merdu, penuh kedamaian dan membikin tentram, sekalipun topiknya adalah neraka, jihad, poligami dst dst. Tetapi, teriakan Syetan bagaimanapun juga akan membikin pekak telinga, hati resah, dan jiwa teriris meskipun topik masalah yang di bicarakan adalah shalat, zakat, haji dst dst.
Manusia dengan segala bentuknya, di persilahkan untuk menjadikan mulutnya, sebagai saluran dari suara jenis apapun, dengan resiko yang pasti akan di terimanya sendiri suatu hari nanti. Ada yang berkata: saya suka firman Tuhan dan sabda Rasulnya serta suara-suara hikmah lainnya, agar berlabuh untuk sementara di kerongkongan saya, sebelum di salurkan melalui mulut saya pada khalayak manusia. Ya silahkan saja. Yang lain barangkali juga berkata, biarlah dengan senang hati saya akan menjadikan mulut saya sebagai sumber dari segala teriakan Syetan. Ya monggo-monggo saja juga kok. Yang jelas, suara-suara itu akan silih berganti datang merayu hasrat bicara lidah manusia, sampai manusia benar-benar tidak lagi bisa untuk bicara apapun, mulutnya kelu, tubuhnya kaku, dingin membeku, terbaring di bawah debu, di temani ulat bulu dalam kondisi penuh harubiru.
Lihatlah, janji untuk menulis ngawur sudah saya tepati!
Saya ingin ralat tulisan pembuka di atas seharusnya begini; daripada nulis ngawur, sebenarnya lebih baik tidur, namun, sayang sudah terlanjur. Tidurnya nanti besok saja, sampai dzhuhur.
Kaki Ciremai, 27 Juli 2009
Keniscayaan maut
Tak gendong kemana-kemana; alunan lagu itu tidak akan mungkin terdengar lagi dari mulut penyanyinya, hari ini dan selanjutnya. Kini, pelantun tembang itu telah mengikuti jejak manusia lain yang juga berprofesi sebagai penyanyi, yang gaungnya lebih besar menyentak seantero dunia, Michael Jackson.
Manusia, dengan kedebeg (tingkah polah) yang bagaimanapun juga --dia manusia besar, manusia terkenal, manusia kaya, raja diraja- pada ahirnya akan terbujur kaku juga, dingin membeku, setelah itu akan di masukkan ke dalam debu, dalam keterasingan yang mencekam dan kegundahan yang tiada tepermanai.
Iskandar Dzu al-Qarnain, penguasa jagat yang namanya tercantum dalam al-Quran, adalah raja yang agung, daerah timur, barat, selatan dan utara tidak luput dari tapak kekuasaannya. Sehingga sampailah kekuasaanya di sebuah negeri yang bahasa penduduknya tidak di mengerti oleh dirinya, selain dia juga dapat mengusai daerah yang matahari seolah tenggelam di dalam lumpur yang hitam pekat, maupun negeri yang berbatasan dengan kekuasaan Ya'juj Ma'juj (Gog Magog).
Nama Dzu al-Qarnain demikian masyhur menjadi pembicaraan orang-orang sesudahnya di segala pergantian zaman, betapa hebat dan menakjubkan kedebegnya ketika dia hidup.
Namun, apa yang di wasiatkannya pada keluarga dan prajuritnya, ketika ajal hendak mencengkeramnya? Dzu al-Qarnain berpesan, agar jika kematiannya tiba, sebelum dirinya di kuburkan, terlebih dahulu di arak mengelilingi negeri-negeri yang pernah di taklukannya, agar di persaksikan oleh segenap penduduk bumi bahwa sebesar apapun Dzu al-Qarnain pada ahirnya tidak berdaya dalam menghadapi taring kematian.
Sungguh sayang, meski kematian sering terjadi di sekitar kita, dan bahkan kita kadang ikut terlibat dalam prosesinya, namun pelajaran yang semestinya dapat kita ambil sering terbuang percuma, betapa bodoh dan jahilnya hati kita yang tidak bisa bergetar, dan diri yang tidak memiliki kewaspadaan bahwa kematian tak lepas mengintai kita pula. Di setiap waktu dan kerdipan mata. Seoalah kata "kematian" tak beranonim dan kita mengira bahwa hidup akan abadi, hingga tanpa sadar, kematian telah menyeret kita ke liang kubur.
A fa min hadza al-haditsi ta'jabun? Wa tadh-hakuna wa la tabkun? Wa antum samidun? Fasjudu li-Lahi wa'budu. Maka, apakah kamu merasa heran dengan berita ini? Dan kamu terus tertawa, tidak menangis? Sedang, kamu selalu lalai? Maka, bersujudlah pada Tuhan, dan sembahlah dia (QS an-Najm 59-62).
Cirebon 4 Agustus 2009
Manusia, dengan kedebeg (tingkah polah) yang bagaimanapun juga --dia manusia besar, manusia terkenal, manusia kaya, raja diraja- pada ahirnya akan terbujur kaku juga, dingin membeku, setelah itu akan di masukkan ke dalam debu, dalam keterasingan yang mencekam dan kegundahan yang tiada tepermanai.
Iskandar Dzu al-Qarnain, penguasa jagat yang namanya tercantum dalam al-Quran, adalah raja yang agung, daerah timur, barat, selatan dan utara tidak luput dari tapak kekuasaannya. Sehingga sampailah kekuasaanya di sebuah negeri yang bahasa penduduknya tidak di mengerti oleh dirinya, selain dia juga dapat mengusai daerah yang matahari seolah tenggelam di dalam lumpur yang hitam pekat, maupun negeri yang berbatasan dengan kekuasaan Ya'juj Ma'juj (Gog Magog).
Nama Dzu al-Qarnain demikian masyhur menjadi pembicaraan orang-orang sesudahnya di segala pergantian zaman, betapa hebat dan menakjubkan kedebegnya ketika dia hidup.
Namun, apa yang di wasiatkannya pada keluarga dan prajuritnya, ketika ajal hendak mencengkeramnya? Dzu al-Qarnain berpesan, agar jika kematiannya tiba, sebelum dirinya di kuburkan, terlebih dahulu di arak mengelilingi negeri-negeri yang pernah di taklukannya, agar di persaksikan oleh segenap penduduk bumi bahwa sebesar apapun Dzu al-Qarnain pada ahirnya tidak berdaya dalam menghadapi taring kematian.
Sungguh sayang, meski kematian sering terjadi di sekitar kita, dan bahkan kita kadang ikut terlibat dalam prosesinya, namun pelajaran yang semestinya dapat kita ambil sering terbuang percuma, betapa bodoh dan jahilnya hati kita yang tidak bisa bergetar, dan diri yang tidak memiliki kewaspadaan bahwa kematian tak lepas mengintai kita pula. Di setiap waktu dan kerdipan mata. Seoalah kata "kematian" tak beranonim dan kita mengira bahwa hidup akan abadi, hingga tanpa sadar, kematian telah menyeret kita ke liang kubur.
A fa min hadza al-haditsi ta'jabun? Wa tadh-hakuna wa la tabkun? Wa antum samidun? Fasjudu li-Lahi wa'budu. Maka, apakah kamu merasa heran dengan berita ini? Dan kamu terus tertawa, tidak menangis? Sedang, kamu selalu lalai? Maka, bersujudlah pada Tuhan, dan sembahlah dia (QS an-Najm 59-62).
Cirebon 4 Agustus 2009
Selasa, 14 Juli 2009
Dari tanah dan airlah manusia tercipta
Al-Quran menyebutkan tentang kejadian manusia dari tanah, dari tanah liat, dari tanah yang berbau, dari tanah tembikar, dari air, dari air yang hina, dari air yang terpancar dan lain-lain. Tidakkah ini berarti bahwa al-Quran ragu akan dirinya sendiri tentang ihwal penciptaan manusia?
Oh tidak, al-Quran tidak akan ragu dan tidak akan pernah ragu akan dirinya. Dalam ayat-ayat tentang penciptaan manusia, al-Quran menjelaskan adanya dua jenis penciptaan: 1. Dari tanah dan 2. Dari air.
Semua ayat yang menjelaskan kejadian manusia dari tanah, dari tanah liat, dari tembikar dan lainnya, adalah merujuk kepada awal mula kejadian Adam. Manusia pertama, atau Abu al-Basyar.
Adapun ayat-ayat yang mengenai kejadian manusia dari air, dari air yang hina, dari air yang terpancar dan lainnya, merujuk kepada anak manusia keturunan Adam.
Apapun jenis tanahnya; tanah liatkah, tanah tembikar, tanah berbau, semuanya tidak keluar dari intinya, ya'ni tanah. Begitu juga, apapun jenis airnya; air mani, air hina, air yang memancar, intinya adalah air. Istilah boleh berbeda tetapi maksudnya adalah satu.
Ayat-ayat yang menjelaskan manusia tercipta dari tanah adalah ada pada surah: Ali 'Imran 59, al-An'am 2, al-A'raf 12, al-Hijr 26, 28 dan 33, al-Mu'minun 12, as-Sajdah 7, ash-Shaffat 11, Shad 71, ar-Rahman 14.
Adapun ayat yang menjelaskan manusia tercipta dari air terdapat dalam surah: al-Anbiya' 30, al-Nur 45, al-Furqan 54, as-Sajdah 8, al-Mursalat 20, dan al-Thariq
KOMENTAR TEMAN:
Mochammad Nurhidayat pada 14 Juli 13:54
betul sekali tanah kaya akan unsur hara (karbon, oksigen, hidrogen, natrium, fosfor, calium, magnesium dll) yang diperlukan tubuh. mineral dan protein terkandung didalamnya, yg dibutuhkan mahluk hidup, penciptaan awal tubuh manusia banyak terkandung unsur tersebut, artinya Allah menciptakan dr intisari alam disekeliling manusia mmg direncanakan untuk mengelola alam sekeliling, mengetahui sesuatu yg jauh sblmnya. kemudian kan turunanya Adam dgn gen yg ada prosesnya lebih sederhana yaitu dari ai
Mochammad Nurhidayat pada 14 Juli 14:17
artinya prototipe yang sudah diciptakan Allah tsb, turunannya lebih gampang karena Allah dah ciptakan Adam n Hawa, dan adilnya Allah untuk kelanjutan keturunannya manusianya yang disuruh bergerak melalui air dari Adam dan Hawa yang secara otomatis bisa saling membuahi, yg ada sisi ibadah, ihtiar pd proses kejadian, jadi ketetapan Allah dah di putuskan sebelumnya untuk berketurunan
Fathun Qorib pada 14 Juli 14:40
Tanah dan air juga menjadi unsur yang penting bagi kelangsungan hdup manusia slanjutnya.
Saif Ibnu Shina
Saif Ibnu Shina pada 14 Juli 15:04
Pasti pren,di dlm alquran nda ada keraguan karena itu firman Allah swt yg mencipta segala sesuatu.
Fatur Rafael pada 14 Juli 15:43
@mas Nurhidayat: makasih mas atas tambahan infonya. Sy jg pernah mendengar seorang ustadz berceramah, Allah menciptakan berbagai macam tanaman utk di jadikan unsur2 yg di perlukan dalam tubuh manusia, akar2 tanaman tsb menyerap zat2 dr dlm tanah utk di rubah menjadi berbagai macam makanan yg di konsumsi manusia, jadi sebenarnya tubuh manusia terdiri dr berbagai macam saripati tanah. Saripati itu lalu di jadikan sbg sperma yg di tersimpan dlm organ reproduksi laki2 maupun ovum yg merupakan organ reproduksi wanita... FatabaraKa Allahu ahsan al-khaliqîn...
Fatur Rafael pada 14 Juli 15:47
@mas Fath: betul sekali, manusia yg tercipta dr tanah dan air ini sangat bergantung kepada keduanya utk keberlangsungan hidupnya selama di dunia....
Fatur Rafael pada 14 Juli 15:52
@bro Saif: jikapun tampak ada pertentangan dlm al-Quran itu hanya karena akal kita saja yg lemah dlm identifikasi terhadap dzahir ayat2 yg ada... Tp selamanya pasti akan ada manusia yg di beri kelebihan oleh Tuhan utk menjelaskan ayat2nya secara benar pada manusia lain...
Oh tidak, al-Quran tidak akan ragu dan tidak akan pernah ragu akan dirinya. Dalam ayat-ayat tentang penciptaan manusia, al-Quran menjelaskan adanya dua jenis penciptaan: 1. Dari tanah dan 2. Dari air.
Semua ayat yang menjelaskan kejadian manusia dari tanah, dari tanah liat, dari tembikar dan lainnya, adalah merujuk kepada awal mula kejadian Adam. Manusia pertama, atau Abu al-Basyar.
Adapun ayat-ayat yang mengenai kejadian manusia dari air, dari air yang hina, dari air yang terpancar dan lainnya, merujuk kepada anak manusia keturunan Adam.
Apapun jenis tanahnya; tanah liatkah, tanah tembikar, tanah berbau, semuanya tidak keluar dari intinya, ya'ni tanah. Begitu juga, apapun jenis airnya; air mani, air hina, air yang memancar, intinya adalah air. Istilah boleh berbeda tetapi maksudnya adalah satu.
Ayat-ayat yang menjelaskan manusia tercipta dari tanah adalah ada pada surah: Ali 'Imran 59, al-An'am 2, al-A'raf 12, al-Hijr 26, 28 dan 33, al-Mu'minun 12, as-Sajdah 7, ash-Shaffat 11, Shad 71, ar-Rahman 14.
Adapun ayat yang menjelaskan manusia tercipta dari air terdapat dalam surah: al-Anbiya' 30, al-Nur 45, al-Furqan 54, as-Sajdah 8, al-Mursalat 20, dan al-Thariq
KOMENTAR TEMAN:
Mochammad Nurhidayat pada 14 Juli 13:54
betul sekali tanah kaya akan unsur hara (karbon, oksigen, hidrogen, natrium, fosfor, calium, magnesium dll) yang diperlukan tubuh. mineral dan protein terkandung didalamnya, yg dibutuhkan mahluk hidup, penciptaan awal tubuh manusia banyak terkandung unsur tersebut, artinya Allah menciptakan dr intisari alam disekeliling manusia mmg direncanakan untuk mengelola alam sekeliling, mengetahui sesuatu yg jauh sblmnya. kemudian kan turunanya Adam dgn gen yg ada prosesnya lebih sederhana yaitu dari ai
Mochammad Nurhidayat pada 14 Juli 14:17
artinya prototipe yang sudah diciptakan Allah tsb, turunannya lebih gampang karena Allah dah ciptakan Adam n Hawa, dan adilnya Allah untuk kelanjutan keturunannya manusianya yang disuruh bergerak melalui air dari Adam dan Hawa yang secara otomatis bisa saling membuahi, yg ada sisi ibadah, ihtiar pd proses kejadian, jadi ketetapan Allah dah di putuskan sebelumnya untuk berketurunan
Fathun Qorib pada 14 Juli 14:40
Tanah dan air juga menjadi unsur yang penting bagi kelangsungan hdup manusia slanjutnya.
Saif Ibnu Shina
Saif Ibnu Shina pada 14 Juli 15:04
Pasti pren,di dlm alquran nda ada keraguan karena itu firman Allah swt yg mencipta segala sesuatu.
Fatur Rafael pada 14 Juli 15:43
@mas Nurhidayat: makasih mas atas tambahan infonya. Sy jg pernah mendengar seorang ustadz berceramah, Allah menciptakan berbagai macam tanaman utk di jadikan unsur2 yg di perlukan dalam tubuh manusia, akar2 tanaman tsb menyerap zat2 dr dlm tanah utk di rubah menjadi berbagai macam makanan yg di konsumsi manusia, jadi sebenarnya tubuh manusia terdiri dr berbagai macam saripati tanah. Saripati itu lalu di jadikan sbg sperma yg di tersimpan dlm organ reproduksi laki2 maupun ovum yg merupakan organ reproduksi wanita... FatabaraKa Allahu ahsan al-khaliqîn...
Fatur Rafael pada 14 Juli 15:47
@mas Fath: betul sekali, manusia yg tercipta dr tanah dan air ini sangat bergantung kepada keduanya utk keberlangsungan hidupnya selama di dunia....
Fatur Rafael pada 14 Juli 15:52
@bro Saif: jikapun tampak ada pertentangan dlm al-Quran itu hanya karena akal kita saja yg lemah dlm identifikasi terhadap dzahir ayat2 yg ada... Tp selamanya pasti akan ada manusia yg di beri kelebihan oleh Tuhan utk menjelaskan ayat2nya secara benar pada manusia lain...
Simfoni indah kemanusiaan
Kawan, pernahkah anda menyaksikan sebuah pemandangan yang janggal namun terlihat indah? Saya menyaksikan keindahan itu pada saat berlibur ke Ambarawa kemarin.
Seorang wanita dengan busana biarawati, berjalan beriringan dengan seorang wanita berjilbab lebar sambil bergandeng tangan demikian akrabnya. Senyum sesekali menghiasi wajah mereka berdua.
Saya sempat tercengang dan tanpa sadar bergumam, seharusnya seperti itulah kehidupan. Agama, keyakinan, dan faham, boleh saja berbeda, namun, naluri kemanusiaan yang selalu rindu akan perdamaian, persaudaraan dan persamaan perlakuan, tidaklah dapat di pungkiri kemestiannya. Perwujudan dari naluri kemanusiaan itu, tercermin dalam firman Tuhan yang artinya: hai manusia, sesungguhnya kami telah menciptakan kalian terdiri dari laki-laki dan perempuan, dan kami jadikan kalian berbagai macam suku dan bangsa, semata-mata agar kalian saling mengenal. (QS al-Hujurat 13).
Tidaklah harmonisasi kehidupan akan tercipta, manakala manusia terus mengeraskan urat leher, membengiskan wajah, mengepalkan tangan, dan menutup pintu hati pada yang lain, karena sebuah perbedaan yang tiada dapat di elakkan.
Rangkaian takdir manusia yang berbeda, meniscayakan segolongan manusia menjadi Budha, segolongan lainnya menjadi Nasrani, Islam, Hindu, dan bahkan Atheis, yang semuanya akan selalu menjadi rahasia Tuhan, sehingga manusia tidak perlu ikut campur dan mengadakan penghakiman atas manusia lainnya yang berbeda.
Andaikata penghakiman atas yang lain menjadi sesuatu yang absah di mata Tuhan, sudah barang tentu Ibrahim Khalilul-Lah akan lebih di cintai dan di dukung Tuhan, ketika beliau mengusir dan menolak seorang Majusi untuk makan bersamanya, faktanya justru Ibrahim yang di tegur Tuhan. Jangan pula di lupakan kisah kemarahan Umar ibn Khath-thab terhadap 'Amr ibn 'Ash yang merampas tanah milik seorang Yahudi dengan cara dzhalim, meskipun di atas tanah tersebut akan di dirikan sebuah masjid. Jika anda ingin, saya bawakan pula habar tentang kekalahan imam 'Ali dari seorang Yahudi ketika memperebutkan baju besi di hadapan seorang hakim yang beragama Islam, padahal jika mahluk yang berlabel Yahudi itu memang tidak berguna, tidak layak untuk di hormati dan padanya tidak perlu di tegakkan hukum yang adil, sudah barang tentu sang hakim akan memenangkan imam 'Ali karena beliau beragama Islam.
Mengahiri catatan ini, ingin saya kisahkan pula sebuah cerita yang sedikit lucu, ketika ayah saya masih hidup, rumah saya tidak pernah sepi dari tamu. Mereka datang dari berbagai lapis masyarakat, beraneka macam profesi dan beragam agama. Pada waktu itu hadir bertamu ke rumah saya seorang China beragama Khonghucu, kebetulan waktu itu akan di langsungkan acara dzikir bersama, melihat di antara tamu yang hadir ada yang beragama lain, ayah saya mewanti-wanti beliau agar ketika dzikir di mulai tidak usah ikut berdzikir. Entah karena tidak memahami atau memang karena mentalnya yang cuek, pada saat dzikir di mulai justru beliaulah yang bersuara paling keras, terdengar lucu dan janggal sehingga membuat kaget hadirin yang lain. Di antara hadirin ada pula yang tertawa tertahan, saya menghampirinya dan membisikinya, namun, di karenakan beliaunya tetap saja ndableg terpaksa saya bungkam mulutnya sampai acara dzikir selesai. Segenap hadirin tidak dapat menahan tawanya dan sang Khonghucupun ikut tertawa.
KOMENTAR TEMAN:
Nenk Enik pada 10 Juli 22:40
Segala sesuatu sudah ada takaran dan jatahnya,
Sementara kita tak bisa memilih peran hidup yang harus dijalani,
namun kita sering memandang yang lain dengan cara hidup kita dan melupakan bahwa orang lain berbeda dengan kita, bahkan lebih sering memaksa orang lain untuk sama dan sepaham dengan pola pikir, cara pandang kita. akhirnya yang tercipta jarak yang melebar antar manusia2 yang di anggap berbeda, padahal sebenarnya tidak.
Eulis Sartika pada 10 Juli 23:03
Bagi saya itu biasa,ayah saya seorang keturunan chinese beragama kristen,ketika saya memutuskan untuk berjilbab saat sma,justru beliau yang paling mendukung.akhlaknya baik,tapi hidayah memang hak prerogatif Alloh.
Saif Ibnu Shina pada 11 Juli 1:19
Top markotop pren.. Kiai dan pastur bisa mempertukarkan knalpot mobil,handpone atau baju kata ainun najib dalam buku kafir liberal.
Fatur Rafael pada 11 Juli 4:33
@mb Enik: mereka2 yg berlaku seperti itu, yg memaksakan adanya satu keseragaman dalam satu dunia, tanpa di sadarinya telah menentang sunnah Tuhan yg sangat jelas tidak menghendaki adanya keseragaman aturan dalam menuju kepadaNya. Tuhan hanya menginginkan masing2 mereka terus berlomba dalam memupuk segala amal baik selagi masih hidup di dunia, adapun utk segala pertentangan yg terjadi, biarlah kelak Tuhan saja yg akan menjadi hakimnya.. Lih: al-Maidah 48.
Fatur Rafael pada 11 Juli 4:48
@teh Eulis: hehe sama teh sy juga ada darah Chinesny meskipun sedikit, tdk jarang org bertanya pd sy apakah kamu China? Pd saat kerusuhan terjadi di mana2 tahun 98 sy jg hampir di amuk massa klo tidak di selamatkan Polisi.
Sy jg punya sahabat beragama kristian yg sll kirim SMS utk mengingatkan sy jika waktu2 shalat tiba, ketika sy lg BT&nongkrong ... Baca Selengkapnyadi terminal Lebak Bulus dia berkenan menemani sy dr pagi sampai sore, tiap waktu shalat tiba dia mengantarkan sy ke masjid, memang itu biasa2 saja. Yg sy maksud janggal itu seorang biarawati bergandengan akrab dg muslimah berjilbab lebar...
Fatur Rafael pada 11 Juli 4:53
@bro Saif: yg ku ingat dr buku itu cuma "Pilgrim Pope" dan konsorsium Setan sedunia, hahaha... selebihnya saya lupa, so bacanya cuma tamat satu kali, itupun sudah lama sekali, pd waktu bulan puasa kemarin sambil menunggu waktu buka..
Dewandono Aries pada 11 Juli 8:51
bolehkah sy minta petunjuk ttg ayat2 alquran yg meingatkan bhw yahudi & nasrani selalu memusuhi islam, sy bingung kalo ini di hub kan dg kebersamaan sebagai umat manusia, mhn pencerahan utk sy yg msh sdkt ilmu, terima kasih, smoga Allah slalu me ridhoi kita amin
Haydar Ali pada 11 Juli 9:26
Salam..
Mohon penjelasan tentang Rangkaian takdir manusia yg berbeda meniscayakan segolongan manusia menjadi.. O'ya crita imam ali na kurang lengkap ya.. Piss.
Fatur Rafael pada 11 Juli 13:37
@ mas Aries: Setahu saya ada beberapa ayat dlm al-Quran, yg menceritakan secara langsung interaksi antara Yahudi-Nasrani dan Islam, di antaranya al-Baqarah 120, al-Maidah 51 dan 82, al-Mumtahanah 8. Selebihnya banyak ayat-ayat lainnya yg menggambarkan kecaman Tuhan pd Yahudi dan Nasrani, itu wajar saja, wong Tuhan yg punya kuasa utk mengecam kok, sebagaimana kalau kt yang muslim ini bersalah Tuhan pasti akan mengecam kita juga...
Di antara ayat2 tsb yg paling banyak di kemukakan oleh mereka yg tdk suka adanya hubungan baik antara kaum muslim dg mereka adlh al-Baqarah 120. Yg artinya: Yahudi dan Nasrani tidak akan ridha kepada engkau (Muhammad) sehingga engkau ikut agama mereka.
Dua hal yg perlu di cermati dr ayat ini, 1. Tidak semua Yahudi dan Nasrani benci terhadap kaum muslim dan Nabinya, banyak diantara Yahudi dan Nasrani yg bersih jiwanya memuji kepemimpinan Nabi dan moralnya.
2. Kalaupun seluruh mereka benci ya wajar2 saja karena mereka menganggap bahwa agama merekalah yg akan membawa kesejahteraan hidup di dunia dan ahirat, berarti mereka adalah ummat yg punya tanggung jawab moral terhadap agamanya, bukankah kita yg muslim jg punya anggapan seperti itu?
Fatur Rafael pada 11 Juli 13:47
@ bro Haidar: piss men... Adakah ada tawar menawar antara kita dan Tuhan pada saat kita akan turun ke bumi? Seingat saya tidak ada ya, ujug2 kita lahir ke dunia ber-orang tuakan muslim, lingkungan muslim dll.. Begitu pula dengan mereka yg Budha, Hindu dsb mereka lahir tanpa ada konfirmasi dulu sebelumnya, agama apa yg akan mereka peluk nantinya.
Jika anda berkenan, tolong di lengkapi cerita ttg imam Ali itu ya bro skaligus sbg ralat dan kritik utk saya. Masalahnya sy baca buku cerita ttg imam Ali itu waktu sy SD dulu, sudah lamaaa sekali jadi persisnya sy lupa... Syukran..
Fatur Rafael pada 11 Juli 14:01
Tambahan: sy dulu pernah ke Ambon selama 15 hari, selama sy di sana semua yg melayani sy makan, penginepan dll adlh org2 kristen, pd waktu sy pulang mereka juga yg mengantar sy sampai bandara, saat menjelang terbang satu persatu mereka memeluk sy. Sy ketika di penginepan sll baca quran dg suara keras berarti otomatis mereka tau kalau sy adlh muslim apakah lantas mereka benci sama sy? Ga ada bukti tuh hehe...
Bahrul Alam pada 11 Juli 19:50
Di Amerika saya pernah hidup dengan keluarga Kristiani, dan mendmpingi mrk ke gereja setiap minggu. Sampai saat ini sy bersahabat dengan umat dari berbagai agama.. termasuk orang tua angkat saya yang kristiani. Tapi, keyakinan saya sebagai muslim tetap, dan mereka dengan agamanya juga demikian...ngk ada yang perlu dimasalahkan...Bahkan, saya tidak ... Baca Selengkapnyajarang menjelaskan tentang nikmatnya beribadah dalam islam kpd mereka... Subhanallah,, agama diciptakan tidak untuk saling memusuhi.. apalagi merasa kita paliong masuk surga,.. Mari saling tolong.. dan tunjukkan bahwa agama kita Rohmatan Lil Aalaamin..
Fatur Rafael pada 12 Juli 2:09
Iya pak Bahrul,.. Toleransi yg indah yg di kembangkan Nabi dan kaum muslim generasi awal kadang di nafikan oleh mereka yg seolah lebih bersemangat drpada Tuhan dg cara terus menanam kebencian di dada, sehingga darah selalu menggelegak manakala melihat manusia2 yg berbeda agama... Prasangka bahwa Yahudi dan Nasrani selalu benci terhadap kaum muslimin sudah pasti akan menimbulkan garis keterpisahan yg tdk seharusnya terjadi, karena, walaupun pernah ada rasa saling benci diantara Yahudi-Nasrani dan Islam, hal demikian tidaklah selalu dan tidak untuk selamanya... Wallahu a'lam
Sumber: facebook Fatur Rafael
Seorang wanita dengan busana biarawati, berjalan beriringan dengan seorang wanita berjilbab lebar sambil bergandeng tangan demikian akrabnya. Senyum sesekali menghiasi wajah mereka berdua.
Saya sempat tercengang dan tanpa sadar bergumam, seharusnya seperti itulah kehidupan. Agama, keyakinan, dan faham, boleh saja berbeda, namun, naluri kemanusiaan yang selalu rindu akan perdamaian, persaudaraan dan persamaan perlakuan, tidaklah dapat di pungkiri kemestiannya. Perwujudan dari naluri kemanusiaan itu, tercermin dalam firman Tuhan yang artinya: hai manusia, sesungguhnya kami telah menciptakan kalian terdiri dari laki-laki dan perempuan, dan kami jadikan kalian berbagai macam suku dan bangsa, semata-mata agar kalian saling mengenal. (QS al-Hujurat 13).
Tidaklah harmonisasi kehidupan akan tercipta, manakala manusia terus mengeraskan urat leher, membengiskan wajah, mengepalkan tangan, dan menutup pintu hati pada yang lain, karena sebuah perbedaan yang tiada dapat di elakkan.
Rangkaian takdir manusia yang berbeda, meniscayakan segolongan manusia menjadi Budha, segolongan lainnya menjadi Nasrani, Islam, Hindu, dan bahkan Atheis, yang semuanya akan selalu menjadi rahasia Tuhan, sehingga manusia tidak perlu ikut campur dan mengadakan penghakiman atas manusia lainnya yang berbeda.
Andaikata penghakiman atas yang lain menjadi sesuatu yang absah di mata Tuhan, sudah barang tentu Ibrahim Khalilul-Lah akan lebih di cintai dan di dukung Tuhan, ketika beliau mengusir dan menolak seorang Majusi untuk makan bersamanya, faktanya justru Ibrahim yang di tegur Tuhan. Jangan pula di lupakan kisah kemarahan Umar ibn Khath-thab terhadap 'Amr ibn 'Ash yang merampas tanah milik seorang Yahudi dengan cara dzhalim, meskipun di atas tanah tersebut akan di dirikan sebuah masjid. Jika anda ingin, saya bawakan pula habar tentang kekalahan imam 'Ali dari seorang Yahudi ketika memperebutkan baju besi di hadapan seorang hakim yang beragama Islam, padahal jika mahluk yang berlabel Yahudi itu memang tidak berguna, tidak layak untuk di hormati dan padanya tidak perlu di tegakkan hukum yang adil, sudah barang tentu sang hakim akan memenangkan imam 'Ali karena beliau beragama Islam.
Mengahiri catatan ini, ingin saya kisahkan pula sebuah cerita yang sedikit lucu, ketika ayah saya masih hidup, rumah saya tidak pernah sepi dari tamu. Mereka datang dari berbagai lapis masyarakat, beraneka macam profesi dan beragam agama. Pada waktu itu hadir bertamu ke rumah saya seorang China beragama Khonghucu, kebetulan waktu itu akan di langsungkan acara dzikir bersama, melihat di antara tamu yang hadir ada yang beragama lain, ayah saya mewanti-wanti beliau agar ketika dzikir di mulai tidak usah ikut berdzikir. Entah karena tidak memahami atau memang karena mentalnya yang cuek, pada saat dzikir di mulai justru beliaulah yang bersuara paling keras, terdengar lucu dan janggal sehingga membuat kaget hadirin yang lain. Di antara hadirin ada pula yang tertawa tertahan, saya menghampirinya dan membisikinya, namun, di karenakan beliaunya tetap saja ndableg terpaksa saya bungkam mulutnya sampai acara dzikir selesai. Segenap hadirin tidak dapat menahan tawanya dan sang Khonghucupun ikut tertawa.
KOMENTAR TEMAN:
Nenk Enik pada 10 Juli 22:40
Segala sesuatu sudah ada takaran dan jatahnya,
Sementara kita tak bisa memilih peran hidup yang harus dijalani,
namun kita sering memandang yang lain dengan cara hidup kita dan melupakan bahwa orang lain berbeda dengan kita, bahkan lebih sering memaksa orang lain untuk sama dan sepaham dengan pola pikir, cara pandang kita. akhirnya yang tercipta jarak yang melebar antar manusia2 yang di anggap berbeda, padahal sebenarnya tidak.
Eulis Sartika pada 10 Juli 23:03
Bagi saya itu biasa,ayah saya seorang keturunan chinese beragama kristen,ketika saya memutuskan untuk berjilbab saat sma,justru beliau yang paling mendukung.akhlaknya baik,tapi hidayah memang hak prerogatif Alloh.
Saif Ibnu Shina pada 11 Juli 1:19
Top markotop pren.. Kiai dan pastur bisa mempertukarkan knalpot mobil,handpone atau baju kata ainun najib dalam buku kafir liberal.
Fatur Rafael pada 11 Juli 4:33
@mb Enik: mereka2 yg berlaku seperti itu, yg memaksakan adanya satu keseragaman dalam satu dunia, tanpa di sadarinya telah menentang sunnah Tuhan yg sangat jelas tidak menghendaki adanya keseragaman aturan dalam menuju kepadaNya. Tuhan hanya menginginkan masing2 mereka terus berlomba dalam memupuk segala amal baik selagi masih hidup di dunia, adapun utk segala pertentangan yg terjadi, biarlah kelak Tuhan saja yg akan menjadi hakimnya.. Lih: al-Maidah 48.
Fatur Rafael pada 11 Juli 4:48
@teh Eulis: hehe sama teh sy juga ada darah Chinesny meskipun sedikit, tdk jarang org bertanya pd sy apakah kamu China? Pd saat kerusuhan terjadi di mana2 tahun 98 sy jg hampir di amuk massa klo tidak di selamatkan Polisi.
Sy jg punya sahabat beragama kristian yg sll kirim SMS utk mengingatkan sy jika waktu2 shalat tiba, ketika sy lg BT&nongkrong ... Baca Selengkapnyadi terminal Lebak Bulus dia berkenan menemani sy dr pagi sampai sore, tiap waktu shalat tiba dia mengantarkan sy ke masjid, memang itu biasa2 saja. Yg sy maksud janggal itu seorang biarawati bergandengan akrab dg muslimah berjilbab lebar...
Fatur Rafael pada 11 Juli 4:53
@bro Saif: yg ku ingat dr buku itu cuma "Pilgrim Pope" dan konsorsium Setan sedunia, hahaha... selebihnya saya lupa, so bacanya cuma tamat satu kali, itupun sudah lama sekali, pd waktu bulan puasa kemarin sambil menunggu waktu buka..
Dewandono Aries pada 11 Juli 8:51
bolehkah sy minta petunjuk ttg ayat2 alquran yg meingatkan bhw yahudi & nasrani selalu memusuhi islam, sy bingung kalo ini di hub kan dg kebersamaan sebagai umat manusia, mhn pencerahan utk sy yg msh sdkt ilmu, terima kasih, smoga Allah slalu me ridhoi kita amin
Haydar Ali pada 11 Juli 9:26
Salam..
Mohon penjelasan tentang Rangkaian takdir manusia yg berbeda meniscayakan segolongan manusia menjadi.. O'ya crita imam ali na kurang lengkap ya.. Piss.
Fatur Rafael pada 11 Juli 13:37
@ mas Aries: Setahu saya ada beberapa ayat dlm al-Quran, yg menceritakan secara langsung interaksi antara Yahudi-Nasrani dan Islam, di antaranya al-Baqarah 120, al-Maidah 51 dan 82, al-Mumtahanah 8. Selebihnya banyak ayat-ayat lainnya yg menggambarkan kecaman Tuhan pd Yahudi dan Nasrani, itu wajar saja, wong Tuhan yg punya kuasa utk mengecam kok, sebagaimana kalau kt yang muslim ini bersalah Tuhan pasti akan mengecam kita juga...
Di antara ayat2 tsb yg paling banyak di kemukakan oleh mereka yg tdk suka adanya hubungan baik antara kaum muslim dg mereka adlh al-Baqarah 120. Yg artinya: Yahudi dan Nasrani tidak akan ridha kepada engkau (Muhammad) sehingga engkau ikut agama mereka.
Dua hal yg perlu di cermati dr ayat ini, 1. Tidak semua Yahudi dan Nasrani benci terhadap kaum muslim dan Nabinya, banyak diantara Yahudi dan Nasrani yg bersih jiwanya memuji kepemimpinan Nabi dan moralnya.
2. Kalaupun seluruh mereka benci ya wajar2 saja karena mereka menganggap bahwa agama merekalah yg akan membawa kesejahteraan hidup di dunia dan ahirat, berarti mereka adalah ummat yg punya tanggung jawab moral terhadap agamanya, bukankah kita yg muslim jg punya anggapan seperti itu?
Fatur Rafael pada 11 Juli 13:47
@ bro Haidar: piss men... Adakah ada tawar menawar antara kita dan Tuhan pada saat kita akan turun ke bumi? Seingat saya tidak ada ya, ujug2 kita lahir ke dunia ber-orang tuakan muslim, lingkungan muslim dll.. Begitu pula dengan mereka yg Budha, Hindu dsb mereka lahir tanpa ada konfirmasi dulu sebelumnya, agama apa yg akan mereka peluk nantinya.
Jika anda berkenan, tolong di lengkapi cerita ttg imam Ali itu ya bro skaligus sbg ralat dan kritik utk saya. Masalahnya sy baca buku cerita ttg imam Ali itu waktu sy SD dulu, sudah lamaaa sekali jadi persisnya sy lupa... Syukran..
Fatur Rafael pada 11 Juli 14:01
Tambahan: sy dulu pernah ke Ambon selama 15 hari, selama sy di sana semua yg melayani sy makan, penginepan dll adlh org2 kristen, pd waktu sy pulang mereka juga yg mengantar sy sampai bandara, saat menjelang terbang satu persatu mereka memeluk sy. Sy ketika di penginepan sll baca quran dg suara keras berarti otomatis mereka tau kalau sy adlh muslim apakah lantas mereka benci sama sy? Ga ada bukti tuh hehe...
Bahrul Alam pada 11 Juli 19:50
Di Amerika saya pernah hidup dengan keluarga Kristiani, dan mendmpingi mrk ke gereja setiap minggu. Sampai saat ini sy bersahabat dengan umat dari berbagai agama.. termasuk orang tua angkat saya yang kristiani. Tapi, keyakinan saya sebagai muslim tetap, dan mereka dengan agamanya juga demikian...ngk ada yang perlu dimasalahkan...Bahkan, saya tidak ... Baca Selengkapnyajarang menjelaskan tentang nikmatnya beribadah dalam islam kpd mereka... Subhanallah,, agama diciptakan tidak untuk saling memusuhi.. apalagi merasa kita paliong masuk surga,.. Mari saling tolong.. dan tunjukkan bahwa agama kita Rohmatan Lil Aalaamin..
Fatur Rafael pada 12 Juli 2:09
Iya pak Bahrul,.. Toleransi yg indah yg di kembangkan Nabi dan kaum muslim generasi awal kadang di nafikan oleh mereka yg seolah lebih bersemangat drpada Tuhan dg cara terus menanam kebencian di dada, sehingga darah selalu menggelegak manakala melihat manusia2 yg berbeda agama... Prasangka bahwa Yahudi dan Nasrani selalu benci terhadap kaum muslimin sudah pasti akan menimbulkan garis keterpisahan yg tdk seharusnya terjadi, karena, walaupun pernah ada rasa saling benci diantara Yahudi-Nasrani dan Islam, hal demikian tidaklah selalu dan tidak untuk selamanya... Wallahu a'lam
Sumber: facebook Fatur Rafael
Selasa, 30 Juni 2009
Isyarat di balik peristiwa Isra' Mi'raj
Peristiwa yang terjadi pada abad 7 masehi yang silam, ketika Tuhan memanggil hambaNya yang paling di cintai, ya'ni Muhammad Saaw, merupakan peristiwa yang sangat mena'jubkan. Yang jauh lebih mengagumkan daripada di panjatkannya satelit-satelit Amerika dan Rusia ke bulan, maupun mondar mandirnya astronot dan kosmonot mereka menuju kesana.
Betapa tidak, jika mereka hanya terpaku pada bulan, dan belum mampu melampaui yang lebih tinggi dari itu, maka, Nabi Islam tidak saja mampu menembus bulan, bahkan sudah meluncur ke ufuk yang tertinggi, melalui planeten system, menerobos ruang langit yang maha luas, kemudian meningkat lagi mengarungi semesta alam, dan pada ahirnya beliau tiba di sebuang ruang yang tiada terbatas, ruang yang mutlak, ataupun di sebut juga "Maha Ruang". Inilah yang di maksud Tuhan "wa huwa bi al-ufuqi al-a'la", dan dia (Muhammad) berada di ufuk tertinggi. (QS an-Najm 7).
Peristiwa yang sangat mengagumkan itu sebetulnya sebuah isyarat bagi ummat Islam, agar jejak beliau bisa di ikuti pula oleh ummatnya, untuk memanjatkan dirinya menuju angkasa luar, sekalipun tidak memungkinkan dengan menggunakan jasmaninya atau badan kasarnya, akan tetapi dengan menggunakan ruhaninya tentu manusia mampu menuju ufuk yang tertinggi itu.
Hal yang demikian akan memberikan kesadaran kepada umat Islam, bahwa betapa dahsyat dan hebatnya karya cipta Tuhan, kesadaran akan lebih tertanam apabila umat Islam lebih memahami bahwa di samping alam benda ini, masih banyak pula beberapa alam yang sangat luas dan tiada terbatas, yang penuh menyimpan misteri di balik misteri yang ada di dalam alam kasar ini. Sehingga pada hati ummat ini akan timbul rasa taat yang lebih besar, dan taqwa yang lebih mendalam kehadirat Tuhan Rabbu al-'izzati.
Nabi mengajak ummatnya di sebabkan beliau mengetahui dengan pasti, bahwa hanya manusialah yang di beri perlengkapan yang sempurna, untuk dapat menguasai alam semesta ini di banding dengan mahluk Tuhan lainnya.
Manusia telah di karuniai oleh Tuhan dua jenis tubuh, ya'ni tubuh kasar dan tubuh halus (jasmani dan ruhani), visible dan invisible, yang masing-masing mempunyai panca indera, panca indera lahir dan panca indera batin. Masing-masing panca indera mempunyai pusat dalam tubuhnya:
1. Panca indera lahir punya kemampuan untuk berinteraksi dengan alam kecil atau "Alam Shaghir" atau micro cosmos.
2. Panca indera bathin punya kemampuan berinteraksi dengan jagat besar, macro cosmos, atau yang di sebut "Alam Kabir".
Rasul yang suci mengajak manusia, untuk mempergunakan kedua panca indera itu, agar di samping mengetahui alam kecil ini, dapat pula berlayar dalam alam yang lebih luas dan lebih halus, yang akan berefek pada peningkatan terhadap kesadaran lahir maupun kesadaran batin. Wal-Lahu a'lam.
Betapa tidak, jika mereka hanya terpaku pada bulan, dan belum mampu melampaui yang lebih tinggi dari itu, maka, Nabi Islam tidak saja mampu menembus bulan, bahkan sudah meluncur ke ufuk yang tertinggi, melalui planeten system, menerobos ruang langit yang maha luas, kemudian meningkat lagi mengarungi semesta alam, dan pada ahirnya beliau tiba di sebuang ruang yang tiada terbatas, ruang yang mutlak, ataupun di sebut juga "Maha Ruang". Inilah yang di maksud Tuhan "wa huwa bi al-ufuqi al-a'la", dan dia (Muhammad) berada di ufuk tertinggi. (QS an-Najm 7).
Peristiwa yang sangat mengagumkan itu sebetulnya sebuah isyarat bagi ummat Islam, agar jejak beliau bisa di ikuti pula oleh ummatnya, untuk memanjatkan dirinya menuju angkasa luar, sekalipun tidak memungkinkan dengan menggunakan jasmaninya atau badan kasarnya, akan tetapi dengan menggunakan ruhaninya tentu manusia mampu menuju ufuk yang tertinggi itu.
Hal yang demikian akan memberikan kesadaran kepada umat Islam, bahwa betapa dahsyat dan hebatnya karya cipta Tuhan, kesadaran akan lebih tertanam apabila umat Islam lebih memahami bahwa di samping alam benda ini, masih banyak pula beberapa alam yang sangat luas dan tiada terbatas, yang penuh menyimpan misteri di balik misteri yang ada di dalam alam kasar ini. Sehingga pada hati ummat ini akan timbul rasa taat yang lebih besar, dan taqwa yang lebih mendalam kehadirat Tuhan Rabbu al-'izzati.
Nabi mengajak ummatnya di sebabkan beliau mengetahui dengan pasti, bahwa hanya manusialah yang di beri perlengkapan yang sempurna, untuk dapat menguasai alam semesta ini di banding dengan mahluk Tuhan lainnya.
Manusia telah di karuniai oleh Tuhan dua jenis tubuh, ya'ni tubuh kasar dan tubuh halus (jasmani dan ruhani), visible dan invisible, yang masing-masing mempunyai panca indera, panca indera lahir dan panca indera batin. Masing-masing panca indera mempunyai pusat dalam tubuhnya:
1. Panca indera lahir punya kemampuan untuk berinteraksi dengan alam kecil atau "Alam Shaghir" atau micro cosmos.
2. Panca indera bathin punya kemampuan berinteraksi dengan jagat besar, macro cosmos, atau yang di sebut "Alam Kabir".
Rasul yang suci mengajak manusia, untuk mempergunakan kedua panca indera itu, agar di samping mengetahui alam kecil ini, dapat pula berlayar dalam alam yang lebih luas dan lebih halus, yang akan berefek pada peningkatan terhadap kesadaran lahir maupun kesadaran batin. Wal-Lahu a'lam.
Budhi pekerti Rasulullah Saaw
Di dalam al-Quran surah Nun Tuhan bertitah: wa innaka la-'alâ khuluqin 'adzhîm. Artinya: sesungguhnya engkau (Muhammad) memiliki budi pekerti yang agung.
Nabi Muhammad Saaw bersabda: bu'itstu li-utammima makårima al-akhlåq. Aku di utus untuk menyempurnakan kemuliaan budhi pekerti.
Nabi Muhammad Saaw di utus oleh Tuhan di tengah masyarakat yang bermoral rendah, rusak, dan nyaris membawa mereka pada taraf hewan-hewan. Beliau di utus Tuhan tiada di bekali harta yang melimpah untuk menarik simpati, dan tiada pula di beri senjata untuk pertahanan diri. Tuhan hanya membekali beliau dengan budhi pekerti yang mulia, dan ternyata, ia adalah senjata yang amat tajam.
Budhi pekerti yang mulia, sesungguhnya bisa menjadi penawar yang mujarab bagi keruntuhan moral yang mewabah di segenap rentangan sejarah manusia. Runtuhnya moral yang merupakan penyakit ruhani tiada dapat di obati dengan obat-obat materiel, tiada dapat di injeksi dengan B complex, pinnicilin atau lainnya, ia hanya bisa di obati dengan kekuatan spiritual, ya'ni budhi pekerti. Terbukti, dengan budhi pekertinya yang tinggi Rasul yang suci telah menyelamatkan banyak manusia dari penyakit moral yang amat parah yang menjangkiti masyarakat kala itu.
Dengan budhi pekerti inilah dapat menjelmakan amal yang ikhlas, ya'ni perbuatan yang di tujukan kearah kemaslahatan masyarakat, keadilan, kepentingan bersama, kemuliaan agama, bangsa, maupun negara, tanpa pamrih upah, hadiah, ataupun sanjungan.
Dengan membawa budhi pekerti yang agung, Rasul yang suci mendedikasikan hidupnya siang dan malam untuk mengajak manusia ke jalan Tuhan. Di tengah hawa panas yang amat terik, naik turun gurun pasir dengan berjalan kaki, menahan lapar dan haus, di cemooh, di caci maki dan di lempari batu. Dalam da'wahnya tiada sekalipun beliau menuntut ongkos jalan, uang makan, ataupun tempat menginap kepada Tuhan.
Sekalipun dalam da'wahnya Rasul senantiasa mendapat perlawanan dan tantangan serta ancaman dari masyarakat, semua di terimanya dengan ikhlas dan sabar. Padahal kalau beliau mau, Tuhan bisa saja menumpas habis para pembangkang itu, akan tetapi, dengan budhi pekertinya yang agung, bukan adzab atau hukuman yang beliau mintakan pada Tuhan, tapi beliau malah berdoa ke hadhrat Tuhan:
Allâhumma ihdi qaumî fa innahum lâ ya'lamûn. Wahai Tuhan, berikan pada kaumku petunjuk, karena sesungguhnya mereka tidak mengerti.
Dengan budhi pekerti yang agung inilah Tuhan dan para malaikat berkenan membacakan shalawat dan memberikan puji-pujian pada beliau. Allahumma shalli 'ala Muhammad wa ali Muhammad.
Demikianlah, kita dapat mengambil pelajaran yang amat berharga, bahwa budhi pekerti yang baik akan membawa manusia ke arah kemajuan, kemuliaan bangsa, kejayaan negara, keadilan sosial dan kesejahteraan yang menyeluruh bagi kehidupan.
Dengan budhi pekerti yang baik, manusia juga bisa menembus kemegahan, kebesaran dan kedahsyatan singgasana Tuhan. Tiada dapat di pungkiri pula apabila Tuhan memberikan mu'jizat kepada para Nabi, yang merupakan ilmu pengetahuan yang tiada dapat di capai oleh panca indera manusia, sehingga penyakit moral manusia yang amat parah menjadi sembuh sama sekali.
Nabi Muhammad Saaw bersabda: bu'itstu li-utammima makårima al-akhlåq. Aku di utus untuk menyempurnakan kemuliaan budhi pekerti.
Nabi Muhammad Saaw di utus oleh Tuhan di tengah masyarakat yang bermoral rendah, rusak, dan nyaris membawa mereka pada taraf hewan-hewan. Beliau di utus Tuhan tiada di bekali harta yang melimpah untuk menarik simpati, dan tiada pula di beri senjata untuk pertahanan diri. Tuhan hanya membekali beliau dengan budhi pekerti yang mulia, dan ternyata, ia adalah senjata yang amat tajam.
Budhi pekerti yang mulia, sesungguhnya bisa menjadi penawar yang mujarab bagi keruntuhan moral yang mewabah di segenap rentangan sejarah manusia. Runtuhnya moral yang merupakan penyakit ruhani tiada dapat di obati dengan obat-obat materiel, tiada dapat di injeksi dengan B complex, pinnicilin atau lainnya, ia hanya bisa di obati dengan kekuatan spiritual, ya'ni budhi pekerti. Terbukti, dengan budhi pekertinya yang tinggi Rasul yang suci telah menyelamatkan banyak manusia dari penyakit moral yang amat parah yang menjangkiti masyarakat kala itu.
Dengan budhi pekerti inilah dapat menjelmakan amal yang ikhlas, ya'ni perbuatan yang di tujukan kearah kemaslahatan masyarakat, keadilan, kepentingan bersama, kemuliaan agama, bangsa, maupun negara, tanpa pamrih upah, hadiah, ataupun sanjungan.
Dengan membawa budhi pekerti yang agung, Rasul yang suci mendedikasikan hidupnya siang dan malam untuk mengajak manusia ke jalan Tuhan. Di tengah hawa panas yang amat terik, naik turun gurun pasir dengan berjalan kaki, menahan lapar dan haus, di cemooh, di caci maki dan di lempari batu. Dalam da'wahnya tiada sekalipun beliau menuntut ongkos jalan, uang makan, ataupun tempat menginap kepada Tuhan.
Sekalipun dalam da'wahnya Rasul senantiasa mendapat perlawanan dan tantangan serta ancaman dari masyarakat, semua di terimanya dengan ikhlas dan sabar. Padahal kalau beliau mau, Tuhan bisa saja menumpas habis para pembangkang itu, akan tetapi, dengan budhi pekertinya yang agung, bukan adzab atau hukuman yang beliau mintakan pada Tuhan, tapi beliau malah berdoa ke hadhrat Tuhan:
Allâhumma ihdi qaumî fa innahum lâ ya'lamûn. Wahai Tuhan, berikan pada kaumku petunjuk, karena sesungguhnya mereka tidak mengerti.
Dengan budhi pekerti yang agung inilah Tuhan dan para malaikat berkenan membacakan shalawat dan memberikan puji-pujian pada beliau. Allahumma shalli 'ala Muhammad wa ali Muhammad.
Demikianlah, kita dapat mengambil pelajaran yang amat berharga, bahwa budhi pekerti yang baik akan membawa manusia ke arah kemajuan, kemuliaan bangsa, kejayaan negara, keadilan sosial dan kesejahteraan yang menyeluruh bagi kehidupan.
Dengan budhi pekerti yang baik, manusia juga bisa menembus kemegahan, kebesaran dan kedahsyatan singgasana Tuhan. Tiada dapat di pungkiri pula apabila Tuhan memberikan mu'jizat kepada para Nabi, yang merupakan ilmu pengetahuan yang tiada dapat di capai oleh panca indera manusia, sehingga penyakit moral manusia yang amat parah menjadi sembuh sama sekali.
Langganan:
Postingan (Atom)