Sejauh-jauh bangau terbang pulangnya pasti ke kandang, ungkapan ini mewakili akan hakikat kehidupan manusia yg segalanya berujung pd kematian. Maut yg manusia enggan mengenalnya bahkan terkesan membencinya adalah tamu yg bgaimanapun akan datang menemui manusia dg pasti. Maut akan menjemput ruh manusia yg sejatinya adlh milik Allah swt. Bagaimanapun hakikat maut semua tergantung pd iman dan amal masing-masing, bila baik maka maut kan menjadi berita gembira bg pemiliknya tp bila buruk maka akan menjadi petaka yg abadi buat pemiliknya..
Wahai saudaraku, siapkan bekal dan solusinya.
Maut jauh lebih mengerikan drpada petir, ia secara pasti akan menyambar nyawa siapapun, di ruang, tempat dan kondisi yg tiada bisa terhalang, ia merupakan jatah dr setiap yg bernyawa tanpa bisa di tawar apalagi di suap, ia menjemput dengan tiada peduli manusia siap ataupun tidak, ia kan tetap bersikeras menyeret mangsanya ke liang kubur. Maut bersama malaikat mencabut ruh, membuat tubuh merasakan sekarat dan sakit yg tiada tara sampai mata terbelalak melepas perpisahan jiwa dan raga.
Meski kematian sering terjadi di sekitar kita dan ikut terlibat dalam prosesinya tapi pelajaran yg semestinya di ambil sering terbuang percuma, alangkah jahil dan bodohnya hati yg tidak bisa bergetar dan diri yg tidak memiliki kewaspadaan bahwasanya maut tak lepas mengintai kita pula di setiap ruang, waktu bahkan kerdipan mata. Seolah kata maut tak beranonim dan diri mengira hidup akan abadi hingga tanpa di sadari tau-tau maut telah melempar kt ke liang kubur...
Saat itulah penyesalan yg tiada guna datang menghampiri kita, kita yg selama hidup selalu lalai terduduk dalam tangis yg tiada tepermanai, maka sudah sepantasnya kita selalu ingat akan sabda Nabi : Aktsiruu dzikro hadimil-ladzat, almaut, perbanyaklah mengingat sang pemutus segala kelezatan hidup ya'ni maut, agar diri senantiasa sadar akan segala kesementaraan hidup ini.