Selasa, 04 Agustus 2009

Nyadar sedikit kek

Manusia berkata: aku sangat kaya, aku punya seribu pesawat, yang bisa di terbangkan dalam satu waktu mengitari tujuh petala langit, berputak balik diantara venus, mars dan pluto.
Cicak menyahut: meski satu juta pesawat kau miliki, jika masih berputar-putar di sekitar langit Tuhan, tetap saja engkau adalah miskin! Bisakah kau, dengan kekayaanmu, mencipta langit sendiri?

Manusia berkata: aku sangat pandai, aku tahu segala sesuatu, dari yang paling kecil sampai yang paling besar, segala ilmu yang pernah ada di dunia, aku kuasai.
Kadal menyahut: wah, hebat sekali ya, tapi, bisa tidakkah engkau berbicara dengan aku, dengan menggunakan sepatah dua patah kata bahasa kami (kadal), agar sempurna di mata kami kepandaian yang engkau miliki?

Manusia berkata: aku sangat kuat, sehingga jika aku ingin, gunung yang tinggi menjulang itu, akan aku robohkan hanya dengan hentakan satu kaki.
Tikus menyahut: masyaAllah, ajaib, ajaib, jika gunung yang begitu kokoh, runtuh hanya dengan hentakan satu kaki, betapa pula aku yang ringkih ini, satu kilatan tatap matamu tentu bisa membuat aku hancur berkeping. Tapi, dapatkah aku terus mempercayaimu sahabat, sebelum aku tahu bahwa dengan kekuatanmu pula kau akan sanggup menepis tangan-tangan Izrail?

Manusia berkata: aku dokter yang sangat ahli, telah terselamatkan olehku sejuta nyawa, dan telah terkuak olehku ribuan misteri penyakit.
Kremeki menyahut: omonganmu membuat aku tertawa wahai dokter! Aku gumun dengan pengakuanmu, bukankah saat masjid minggu kemarin mengumumkan kematian manusia, itu adalah ibumu?

Manusia berkata: aku sangat berkuasa, tapak kakiku menghunjam dari ujung bumi ke ujung laut, hingga tidak ada satu jengkal tanah dan segayung air pun yang luput dari kekuasaanku.
Kuda nil menyahut: halah brakapataula, kemarin engkau berkata seperti itu, sekarangpun begitu, dan besokpun akan sama, ayo buktikan kekuasaanmu pada laut yang menggulung mengamuk menyunami, buktikan kekuasaanmu pada bumi kerontang mengering membakar.

Manusia berkata: aku adalah manusia terpandang, anak dari bangsawan putra dari ulama, pada setiap nadiku berbalur darah biru tua, lihatlah jika aku berjalan, mereka yang gembel itu menghaturkan sujud sembah di hadapan kemuliaanku di sepanjang perjalanan zaman.

Kecoa menyahut sinis: harakadubrak, sombongnya dirimu le le, tidak tahukah kau perihal al-Masih? Ribuan, bahkan jutaan manusia menganggapnya sebagai putra Tuhan, puncak dari kesempurnaan segala kemuliaan. Apakah terbetik pada hatinya sedikit rasa bangga karenanya? Tidak!! Bahkan dalam salah satu sabdanya, sekalipun dia memiliki hati yang pengasih, dia bertekad akan menyeret mereka yang menganggap dirinya sebagai putra Tuhan, di hadapan pengadilan Tuhan yang maha tinggi. Hai, di mana posisi kemuliaan dirimu di banding kemuliaan al-Masih? Betapapun menjulangnya kemuliaanmu di mataku, jika di banding dengan kemuliaan al-Masih, tetap saja engkau penaka gembel. Apatah lagi jika di banding kemuliaan Tuhan!



Raja Nangun 31 Juli 2009

Firman Tuhan, sabda Nabi, dan teriakan Syetan

Daripada mikir yang bukan-bukan lebih baik menulis, daripada mikir yang jorok-jorok lebih baik menulis, daripada jenuh melewati malam dalam kesendirian lebih baik menulis; meski sengawur apapun dan se-ndluya apapun.

Telah lelah mata saya melihat Valentino Rossi berpacu di sirkuit (lupa namanya), telah lelah juga mata saya melihat pemain-pemain MU bertanding memperebutkan satu bola dengan para pemain mata sipit, dengan hasil ahir yang tidak penting. Setelah lelah melihat tv, lalu saya lanjutkan dengan membaca; saya baca majalah Hidayah, majalah Misteri, majalah Kartini, majalah Taqwa, buku Tolonglah Agama Allah, dan tiada ketinggalan buku masakan untuk menu esokpun saya baca, hingga pada ahirnya mata benar-benar muak di buatnya.

Ok lah,. mengapa kok firman Tuhan, mengapa kok sabda Rasul, dan mengapa kok teriakan Syetan? Bukan apa-apa, saya fikir dari tiga sumber itulah segala bentuk suara yang bergeremang di alam dunia ini bermuara, suara-suara keindahan, kebaikan, kebenaran, kejujuran dsb bisa di muarakan pada suara Tuhan, darimanapun ia datangnya, adapun sabda Rasul saya sertakan juga, karena saya fikir juga, beliau adalah manusia yang sama dengan manusia pada umumnya, namun, memiliki nilai moral yang paling tinggi dari manusia jenis apapun, serta beliau merupakan manusia yang memiliki suara paling persis dengan suara-suara kebenaran Tuhan, di belakangnya bisa suara Yesus-kah, Musa-kah, Daud-kah atau siapa lagi kah terserahlah. Di bagian terpisah, tiada dapat di pungkiri adanya suara lain yang bersebebrangan secara frontal dengan suara kebenaran Tuhan, lebih pas di katakan bukan sebagai suara biasa, melainkan teriakan, yaitu; teriakan Syetan.

Suara kebenaran Tuhan bisa kita dengar di manapun tempat, meskipun di tempat-tempat yang di anggap tidak layak sekalipun, dan keluar dari mulut siapapun, sebagaimana teriakan Syetan bisa juga terdengar dari tempat yang di anggap terhormat, atau dalam perdebatan-perdebatan yang me-nopikkan agama sebagai inti masalahnya dan si peneriaknya berjubah putih dengan sorban sembilan lapis.

Lazimnya suara kebenaran Tuhan, ia akan terdengar syahdu, merdu, penuh kedamaian dan membikin tentram, sekalipun topiknya adalah neraka, jihad, poligami dst dst. Tetapi, teriakan Syetan bagaimanapun juga akan membikin pekak telinga, hati resah, dan jiwa teriris meskipun topik masalah yang di bicarakan adalah shalat, zakat, haji dst dst.

Manusia dengan segala bentuknya, di persilahkan untuk menjadikan mulutnya, sebagai saluran dari suara jenis apapun, dengan resiko yang pasti akan di terimanya sendiri suatu hari nanti. Ada yang berkata: saya suka firman Tuhan dan sabda Rasulnya serta suara-suara hikmah lainnya, agar berlabuh untuk sementara di kerongkongan saya, sebelum di salurkan melalui mulut saya pada khalayak manusia. Ya silahkan saja. Yang lain barangkali juga berkata, biarlah dengan senang hati saya akan menjadikan mulut saya sebagai sumber dari segala teriakan Syetan. Ya monggo-monggo saja juga kok. Yang jelas, suara-suara itu akan silih berganti datang merayu hasrat bicara lidah manusia, sampai manusia benar-benar tidak lagi bisa untuk bicara apapun, mulutnya kelu, tubuhnya kaku, dingin membeku, terbaring di bawah debu, di temani ulat bulu dalam kondisi penuh harubiru.

Lihatlah, janji untuk menulis ngawur sudah saya tepati!

Saya ingin ralat tulisan pembuka di atas seharusnya begini; daripada nulis ngawur, sebenarnya lebih baik tidur, namun, sayang sudah terlanjur. Tidurnya nanti besok saja, sampai dzhuhur.

Kaki Ciremai, 27 Juli 2009

Keniscayaan maut

Tak gendong kemana-kemana; alunan lagu itu tidak akan mungkin terdengar lagi dari mulut penyanyinya, hari ini dan selanjutnya. Kini, pelantun tembang itu telah mengikuti jejak manusia lain yang juga berprofesi sebagai penyanyi, yang gaungnya lebih besar menyentak seantero dunia, Michael Jackson.

Manusia, dengan kedebeg (tingkah polah) yang bagaimanapun juga --dia manusia besar, manusia terkenal, manusia kaya, raja diraja- pada ahirnya akan terbujur kaku juga, dingin membeku, setelah itu akan di masukkan ke dalam debu, dalam keterasingan yang mencekam dan kegundahan yang tiada tepermanai.

Iskandar Dzu al-Qarnain, penguasa jagat yang namanya tercantum dalam al-Quran, adalah raja yang agung, daerah timur, barat, selatan dan utara tidak luput dari tapak kekuasaannya. Sehingga sampailah kekuasaanya di sebuah negeri yang bahasa penduduknya tidak di mengerti oleh dirinya, selain dia juga dapat mengusai daerah yang matahari seolah tenggelam di dalam lumpur yang hitam pekat, maupun negeri yang berbatasan dengan kekuasaan Ya'juj Ma'juj (Gog Magog).

Nama Dzu al-Qarnain demikian masyhur menjadi pembicaraan orang-orang sesudahnya di segala pergantian zaman, betapa hebat dan menakjubkan kedebegnya ketika dia hidup.

Namun, apa yang di wasiatkannya pada keluarga dan prajuritnya, ketika ajal hendak mencengkeramnya? Dzu al-Qarnain berpesan, agar jika kematiannya tiba, sebelum dirinya di kuburkan, terlebih dahulu di arak mengelilingi negeri-negeri yang pernah di taklukannya, agar di persaksikan oleh segenap penduduk bumi bahwa sebesar apapun Dzu al-Qarnain pada ahirnya tidak berdaya dalam menghadapi taring kematian.

Sungguh sayang, meski kematian sering terjadi di sekitar kita, dan bahkan kita kadang ikut terlibat dalam prosesinya, namun pelajaran yang semestinya dapat kita ambil sering terbuang percuma, betapa bodoh dan jahilnya hati kita yang tidak bisa bergetar, dan diri yang tidak memiliki kewaspadaan bahwa kematian tak lepas mengintai kita pula. Di setiap waktu dan kerdipan mata. Seoalah kata "kematian" tak beranonim dan kita mengira bahwa hidup akan abadi, hingga tanpa sadar, kematian telah menyeret kita ke liang kubur.

A fa min hadza al-haditsi ta'jabun? Wa tadh-hakuna wa la tabkun? Wa antum samidun? Fasjudu li-Lahi wa'budu. Maka, apakah kamu merasa heran dengan berita ini? Dan kamu terus tertawa, tidak menangis? Sedang, kamu selalu lalai? Maka, bersujudlah pada Tuhan, dan sembahlah dia (QS an-Najm 59-62).

Cirebon 4 Agustus 2009