Peristiwa yang terjadi pada abad 7 masehi yang silam, ketika Tuhan memanggil hambaNya yang paling di cintai, ya'ni Muhammad Saaw, merupakan peristiwa yang sangat mena'jubkan. Yang jauh lebih mengagumkan daripada di panjatkannya satelit-satelit Amerika dan Rusia ke bulan, maupun mondar mandirnya astronot dan kosmonot mereka menuju kesana.
Betapa tidak, jika mereka hanya terpaku pada bulan, dan belum mampu melampaui yang lebih tinggi dari itu, maka, Nabi Islam tidak saja mampu menembus bulan, bahkan sudah meluncur ke ufuk yang tertinggi, melalui planeten system, menerobos ruang langit yang maha luas, kemudian meningkat lagi mengarungi semesta alam, dan pada ahirnya beliau tiba di sebuang ruang yang tiada terbatas, ruang yang mutlak, ataupun di sebut juga "Maha Ruang". Inilah yang di maksud Tuhan "wa huwa bi al-ufuqi al-a'la", dan dia (Muhammad) berada di ufuk tertinggi. (QS an-Najm 7).
Peristiwa yang sangat mengagumkan itu sebetulnya sebuah isyarat bagi ummat Islam, agar jejak beliau bisa di ikuti pula oleh ummatnya, untuk memanjatkan dirinya menuju angkasa luar, sekalipun tidak memungkinkan dengan menggunakan jasmaninya atau badan kasarnya, akan tetapi dengan menggunakan ruhaninya tentu manusia mampu menuju ufuk yang tertinggi itu.
Hal yang demikian akan memberikan kesadaran kepada umat Islam, bahwa betapa dahsyat dan hebatnya karya cipta Tuhan, kesadaran akan lebih tertanam apabila umat Islam lebih memahami bahwa di samping alam benda ini, masih banyak pula beberapa alam yang sangat luas dan tiada terbatas, yang penuh menyimpan misteri di balik misteri yang ada di dalam alam kasar ini. Sehingga pada hati ummat ini akan timbul rasa taat yang lebih besar, dan taqwa yang lebih mendalam kehadirat Tuhan Rabbu al-'izzati.
Nabi mengajak ummatnya di sebabkan beliau mengetahui dengan pasti, bahwa hanya manusialah yang di beri perlengkapan yang sempurna, untuk dapat menguasai alam semesta ini di banding dengan mahluk Tuhan lainnya.
Manusia telah di karuniai oleh Tuhan dua jenis tubuh, ya'ni tubuh kasar dan tubuh halus (jasmani dan ruhani), visible dan invisible, yang masing-masing mempunyai panca indera, panca indera lahir dan panca indera batin. Masing-masing panca indera mempunyai pusat dalam tubuhnya:
1. Panca indera lahir punya kemampuan untuk berinteraksi dengan alam kecil atau "Alam Shaghir" atau micro cosmos.
2. Panca indera bathin punya kemampuan berinteraksi dengan jagat besar, macro cosmos, atau yang di sebut "Alam Kabir".
Rasul yang suci mengajak manusia, untuk mempergunakan kedua panca indera itu, agar di samping mengetahui alam kecil ini, dapat pula berlayar dalam alam yang lebih luas dan lebih halus, yang akan berefek pada peningkatan terhadap kesadaran lahir maupun kesadaran batin. Wal-Lahu a'lam.