Di dalam al-Quran surah Nun Tuhan bertitah: wa innaka la-'alâ khuluqin 'adzhîm. Artinya: sesungguhnya engkau (Muhammad) memiliki budi pekerti yang agung.
Nabi Muhammad Saaw bersabda: bu'itstu li-utammima makårima al-akhlåq. Aku di utus untuk menyempurnakan kemuliaan budhi pekerti.
Nabi Muhammad Saaw di utus oleh Tuhan di tengah masyarakat yang bermoral rendah, rusak, dan nyaris membawa mereka pada taraf hewan-hewan. Beliau di utus Tuhan tiada di bekali harta yang melimpah untuk menarik simpati, dan tiada pula di beri senjata untuk pertahanan diri. Tuhan hanya membekali beliau dengan budhi pekerti yang mulia, dan ternyata, ia adalah senjata yang amat tajam.
Budhi pekerti yang mulia, sesungguhnya bisa menjadi penawar yang mujarab bagi keruntuhan moral yang mewabah di segenap rentangan sejarah manusia. Runtuhnya moral yang merupakan penyakit ruhani tiada dapat di obati dengan obat-obat materiel, tiada dapat di injeksi dengan B complex, pinnicilin atau lainnya, ia hanya bisa di obati dengan kekuatan spiritual, ya'ni budhi pekerti. Terbukti, dengan budhi pekertinya yang tinggi Rasul yang suci telah menyelamatkan banyak manusia dari penyakit moral yang amat parah yang menjangkiti masyarakat kala itu.
Dengan budhi pekerti inilah dapat menjelmakan amal yang ikhlas, ya'ni perbuatan yang di tujukan kearah kemaslahatan masyarakat, keadilan, kepentingan bersama, kemuliaan agama, bangsa, maupun negara, tanpa pamrih upah, hadiah, ataupun sanjungan.
Dengan membawa budhi pekerti yang agung, Rasul yang suci mendedikasikan hidupnya siang dan malam untuk mengajak manusia ke jalan Tuhan. Di tengah hawa panas yang amat terik, naik turun gurun pasir dengan berjalan kaki, menahan lapar dan haus, di cemooh, di caci maki dan di lempari batu. Dalam da'wahnya tiada sekalipun beliau menuntut ongkos jalan, uang makan, ataupun tempat menginap kepada Tuhan.
Sekalipun dalam da'wahnya Rasul senantiasa mendapat perlawanan dan tantangan serta ancaman dari masyarakat, semua di terimanya dengan ikhlas dan sabar. Padahal kalau beliau mau, Tuhan bisa saja menumpas habis para pembangkang itu, akan tetapi, dengan budhi pekertinya yang agung, bukan adzab atau hukuman yang beliau mintakan pada Tuhan, tapi beliau malah berdoa ke hadhrat Tuhan:
Allâhumma ihdi qaumî fa innahum lâ ya'lamûn. Wahai Tuhan, berikan pada kaumku petunjuk, karena sesungguhnya mereka tidak mengerti.
Dengan budhi pekerti yang agung inilah Tuhan dan para malaikat berkenan membacakan shalawat dan memberikan puji-pujian pada beliau. Allahumma shalli 'ala Muhammad wa ali Muhammad.
Demikianlah, kita dapat mengambil pelajaran yang amat berharga, bahwa budhi pekerti yang baik akan membawa manusia ke arah kemajuan, kemuliaan bangsa, kejayaan negara, keadilan sosial dan kesejahteraan yang menyeluruh bagi kehidupan.
Dengan budhi pekerti yang baik, manusia juga bisa menembus kemegahan, kebesaran dan kedahsyatan singgasana Tuhan. Tiada dapat di pungkiri pula apabila Tuhan memberikan mu'jizat kepada para Nabi, yang merupakan ilmu pengetahuan yang tiada dapat di capai oleh panca indera manusia, sehingga penyakit moral manusia yang amat parah menjadi sembuh sama sekali.