Manusia berkata: aku sangat kaya, aku punya seribu pesawat, yang bisa di terbangkan dalam satu waktu mengitari tujuh petala langit, berputak balik diantara venus, mars dan pluto.
Cicak menyahut: meski satu juta pesawat kau miliki, jika masih berputar-putar di sekitar langit Tuhan, tetap saja engkau adalah miskin! Bisakah kau, dengan kekayaanmu, mencipta langit sendiri?
Manusia berkata: aku sangat pandai, aku tahu segala sesuatu, dari yang paling kecil sampai yang paling besar, segala ilmu yang pernah ada di dunia, aku kuasai.
Kadal menyahut: wah, hebat sekali ya, tapi, bisa tidakkah engkau berbicara dengan aku, dengan menggunakan sepatah dua patah kata bahasa kami (kadal), agar sempurna di mata kami kepandaian yang engkau miliki?
Manusia berkata: aku sangat kuat, sehingga jika aku ingin, gunung yang tinggi menjulang itu, akan aku robohkan hanya dengan hentakan satu kaki.
Tikus menyahut: masyaAllah, ajaib, ajaib, jika gunung yang begitu kokoh, runtuh hanya dengan hentakan satu kaki, betapa pula aku yang ringkih ini, satu kilatan tatap matamu tentu bisa membuat aku hancur berkeping. Tapi, dapatkah aku terus mempercayaimu sahabat, sebelum aku tahu bahwa dengan kekuatanmu pula kau akan sanggup menepis tangan-tangan Izrail?
Manusia berkata: aku dokter yang sangat ahli, telah terselamatkan olehku sejuta nyawa, dan telah terkuak olehku ribuan misteri penyakit.
Kremeki menyahut: omonganmu membuat aku tertawa wahai dokter! Aku gumun dengan pengakuanmu, bukankah saat masjid minggu kemarin mengumumkan kematian manusia, itu adalah ibumu?
Manusia berkata: aku sangat berkuasa, tapak kakiku menghunjam dari ujung bumi ke ujung laut, hingga tidak ada satu jengkal tanah dan segayung air pun yang luput dari kekuasaanku.
Kuda nil menyahut: halah brakapataula, kemarin engkau berkata seperti itu, sekarangpun begitu, dan besokpun akan sama, ayo buktikan kekuasaanmu pada laut yang menggulung mengamuk menyunami, buktikan kekuasaanmu pada bumi kerontang mengering membakar.
Manusia berkata: aku adalah manusia terpandang, anak dari bangsawan putra dari ulama, pada setiap nadiku berbalur darah biru tua, lihatlah jika aku berjalan, mereka yang gembel itu menghaturkan sujud sembah di hadapan kemuliaanku di sepanjang perjalanan zaman.
Kecoa menyahut sinis: harakadubrak, sombongnya dirimu le le, tidak tahukah kau perihal al-Masih? Ribuan, bahkan jutaan manusia menganggapnya sebagai putra Tuhan, puncak dari kesempurnaan segala kemuliaan. Apakah terbetik pada hatinya sedikit rasa bangga karenanya? Tidak!! Bahkan dalam salah satu sabdanya, sekalipun dia memiliki hati yang pengasih, dia bertekad akan menyeret mereka yang menganggap dirinya sebagai putra Tuhan, di hadapan pengadilan Tuhan yang maha tinggi. Hai, di mana posisi kemuliaan dirimu di banding kemuliaan al-Masih? Betapapun menjulangnya kemuliaanmu di mataku, jika di banding dengan kemuliaan al-Masih, tetap saja engkau penaka gembel. Apatah lagi jika di banding kemuliaan Tuhan!
Raja Nangun 31 Juli 2009