Kawan-kawan, friend's, ikhwan...Tahukah kalian tempat di mana saya kini tinggal dan berpijak? Saya kini tinggal di pesantren, di sebuah tempat yang jauh dari bising kota dan keriuhan pesta manusia modern. Sunyi, senyap dan seperti tiada berperadaban. Gambaran alam di sini dengan letak geografis yang jalanannya menanjak terjal, menurun curam, sebelah sini tebing dan sebelah sana jurang. Jika malam menjelang tiada terdengar oleh telinga saya kecuali suara-suara aneh dari sejumlah binatang yang tak saya mengerti bentuk dan wujudnya, mata saya pun tidak dapat melihat apapun kecuali gelap, gelap dan gelap.
Kawan..persis di samping kamar yang biasa untuk saya istirah, berdiri dengan kokoh, garang, dan angkuh, tebing yang tinggi menjulang. Selalu ada rasa takut dalam hati ini karena ahir-ahir ini curah hujan intensitasnya begitu tinggi, tiada hari berlalu kecuali sang hujan selalu membasahi bumiku. Sering saya lihat butir-butir tanah dalam jumlah yang besar luruh dari atas tebing bersama derasnya air hujan, saya sebenarnya selalu tidak berani untuk berfikir terlalu jauh, tapi jika saya sedang merenung sendirian, tetap saja terlintas di fikiran "Andai jika tebing itu runtuh" lalu menimpa kamar saya ketika saya sedang berada di dalamnya, O my God, tamatlah riwayat hidupku. Tapi tidak, insya Allah, Tuhan yang maha kasih dan maha adil tidak akan memberhentikan hidup saya dengan cara setragis dan sekonyol itu. Amien.
Ada beberapa kawan yang kaget dengan keberadaan saya kini di sini, di tempat yang seolah-olah antah berantah ini. Mereka mengeluhkan susahnya berkomunikasi dengan saya. Email jarang di balas, SMS lama terkirim, suara telephon terputus-putus, kadang nyambung tapi dengan suara yang tidak jelas dan bikin sebal telinga. Saya juga tidak kalah bingung dengan kawan-kawan itu, di sini sinyal HP adalah sesuatu yang sangat susah di dapat, sinyal GPRS lebih parah lagi kondisinya, di sini tidak ada WARNET punya adik saya, tempat yang biasa saya duduk di dalamnya selama berjam-jam dua kali dalam seminggu, di sini tiada GRAMEDIA, tempat yang biasa saya kunjungi demi melipur dahaga kebodohan saya satu kali dalam seminggu, di sini tiada GRAGE MALL, tempat yang biasa untuk saya dan adik-adik saya berbelanja berbagai kebutuhan untuk di konsumsi pada bulan selanjutnya. Meski bingung dan tersiksa tapi saya selalu menyadari bahwa kedewasaan tidak akan di dapat kecuali setelah melalui bebagai ragam pengalaman hidup. Yah saya ada di sini dalam rangka proses pendewasaan diri sekaligus "Penuaan diri", mungkin.
Kawan..Saya adalah orang yang terbiasa berfikir kritis, bebas, namun tetap toleran pada beragam pendapat. Kini harus berkumpul di pesantren salaf (totok) dengan orang-orang yang berfikiran kolot dan fanatik yang tidak memandang kebenaran kecuali hanya ada pada tata cara mereka dalam hal ibadah pada Tuhan atau lainnya, akibatnya tiada hari saya habiskan kecuali untuk berdiskusi, berdialog dan berdebat memberi sedikit pengertian pada mereka bahwa di luar sana, walaupun mereka menjalani ibadah tidak seperti yang ada di sini tapi yang namanya kebenaran pasti akan tetap ada bersama mereka. Saya ma'lum, orang-orang di sini begitu fanatik terhadap apa yang mereka yakini karena mereka berhati-hati terhadap ajaran yang di anutnya dan semata-mata karena ingin kepatuhannya pada Tuhan tidak ternoda oleh apapun. Namun sayangnya, orang-orang yang berhati-hati dalam satu hal ternyata belum tentu berhati-hati dalam hal lainnya kaitannya dengan anggapan bahwa ibadah orang lain yang tidak sama dengan mereka adalah salah. Di sinilah letak ketidak sepakatan saya dengan mereka, saya menganggap tidak ada masalah dengan cara ibadah mereka tapi pada saat yang sama mereka kerap menyalahkan dan mencurigai tata cara ibadah saya yang sedikit berbeda dengan mereka.
Satu hal yang saya kagumi dari mereka adalah kebersahajaan mereka dalam menjalani hidup. Hidup apa adanya tanpa hiburan yang muluk-muluk seperti adat masyarakat kota, tidak ada anak-anak kecil yang riuh membicarakan PS yang baru saja di mainkan seperti kerap saya jumpai pada celoteh anak-anak perkotaan, masyarakat sini seolah-olah menjalani hari-hari yang begitu monoton dan membosankan tapi tetap tiada melupakan rasa syukur pada Tuhan Pencipta alam.
Kawan..Tuhan masih mengasihi saya, karena betapapun sulit ku bayangkan hidup mereka, tapi masih ada orang yang berjiwa malaikat yang tanpa bosan menanggung makan sehari-hari untuk saya walaupun dengan menu sangat sederhana dan seadanya. Jika anda ada di sini jangan pernah anda membayangkan akan menemukan burger, pizza, atau jenis makanan aneh lainnya yang mudah di dapatkan di kota. Saya mengenal beberapa jenis makanan di sini dengan nama yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya yang merupakan simbol dari kebersahajaan masyarakat di sini. Pernahkah anda mendengar jenis makanan yang bernama ONDOL, OBANG ABING atau SIMPRING kawan? Tentu belum pernah mendengar bukan? Pernahkah anda makan sup yang sayurnya terbuat dari batang pohon kelapa? Jika belum berarti dalam hal makanan ternyata saya lebih maju daripada anda kawan, sebab selain makanan antah berantah itu sayapun pernah merasakan berbagai macam makanan modern yang pernah ada.
Satu lagi cerita yang ingin saya kabarkan pada anda kawan, anda pernah mendengar sebutan KIYAI bukan? Nah, inilah pangkal dari semua kerisauan saya. Para santri dan masyarakat di sini meski tidak sampai pada taraf menTUHANkan kiyai, tapi tindak tanduk terhadapnya sangat jauh berbeda di banding jika dengan tindak tanduk terhadap orang biasa sekalipun umurnya begitu tua. Bagi saya, menghormati kyai karena dia adalah orang yang punya kelebihan agama adalah wajar dan sah-sah saja, namun jika harus tunduk dan pasrah secara total tanpa kita dapat membantahnya, tidak boleh berbicara sebelum kiyai bicara dulu, harus duduk di lantai sementara kyai dengan santai duduk di atas kursi, tidak boleh ada yang berkhotbah di mimbarnya kecuali dirinya dan jenis-jenis aturan yang lainnya yang menggambarkan pada kepatuhan total padanya, hal-hal seperti ini yang tidak bisa saya terima. Jangankan terhadap sesama manusia, terhadap Tuhanpun sebetulnya manusia tidak di haruskan untuk patuh secara total, adalah wajar jika sesekali kita membangkang atau berdosa asal setelah itu kita bersimpuh kembali di hadapan kemahabesarannya, bukankah dalam sebuah Hadits Qudsi Tuhan berfirman; lau lam tudznibuu ladzahaballahu bikum, waja-a biqoumin yudznibuun. Jika sekiranya kalian sama sekali tidak pernah berdosa, maka Aku (Tuhan) akan memusnahkan kalian dan menggantinya dengan kaum yang berdosa. Usut punya usut ternyata rintihan taubat orang-orang yang berdosa, begitu merdu terdengar di telinga Tuhan.
Damai di hati damai di bumi, damai dalam kasih Tuhan Allah Swt..KINGDOM of HEAVEN adalah blog yg mengedepankan persaudaraan lintas agama, suku maupun ras dan menghormati segala kecenderungan yg di anut oleh setiap orang. Jangan ada caci maki maupun kata-kata kotor di sini, mari kita ciptakan kerajaan sorga di dunia ini sebelum kita memasuki kerajaan sorga abadi yg sesungguhnya di ahirat kelak..Welcome to my Palace
Minggu, 22 Februari 2009
Senin, 16 Februari 2009
Nasib Al-Quran pada zaman ini
'An Ibn 'Umar RDA; qöla Rasulullahi SAW, inna hadzihil qulub tashda-u kama yashda-ul-hadidu idza ashabahul-maa', qiila ya Rasulallah wamaa jilaa-uha? Qoola; katsrotu dzikrul-maut wa tilawatul-Qur'an.
Dari Abdullah bin Umar ra, meriwayatkan, "Sesungguhnya hati ini dapat berkarat sebagaimana berkaratnya besi bila terkena air."Rasul di tanya, wahai Rasulallah, bagaimana cara membersihkannya? Rasul menjawab, perbanyaklah mengingat mati dan baca Al-Quran. (HR Baihaqi)
Bertumpuknya dosa pada manusia dan lalai dari mengingat kemahabesaran Tuhan bisa menjadi sebab berkaratnya hati sebagaimana besi jika terkena air. Maka untuk membersihkan segala karat yang ada di hati bisa di lakukan dengan cara banyak mengingat mati dan membaca Al-Quran. Hati ibarat kaca, semakin sering di bersihkan, hati akan semakin bersinar dan mudah menerima segala kebaikan dan kebenaran.
Sebaliknya, jika manusia tetap terkungkung dalam lingkaran nafsu dan perbuatan-perbuatan tercela, maka akan semakin jauh dari Tuhan dan rahmatnya. Berkaitan dengan pembersihan hati, banyak di antara guru sufi yang mengarahkan murid-muridnya supaya menggunakan waktu sebaik-baiknya dengan berzuhud dan memperbanyak baca Al-Quran dan mentadabburi ma'na yang terkandung di dalamnya.
Di sebutkan dalam suatu hadits, jika seseorang melakukan sebuah dosa, maka akan tertitik di hatinya satu noda hitam, jika seseorang itu bertaubat, titik hitam akan sirna, tetapi jika orang itu melakukan dosa kedua, noda hitam akan bertambah, apabila dosa terus di lakukan noda yang tadinya sedikit akan bertambah banyak dan pada puncaknya hati akan menjadi hitam kelam. Seseorang, jika hatinya sudah begitu kelam akan sulit untuk cenderung pada kebaikan dan akan tertutup baginya segala kebenaran.
Berkenaan dengan hal ini Tuhan berfirman; "Kallä, bal räna 'ala qulübihim mä känü yaksibün."Sekali-kali tidak, sebenarnya apa yang telah mereka perbuat telah menjadikan karat pada hati mereka. (Q surah Al-Muthaffifin ayat 14).
Nabi suci Muhammad SAAW bersabda, "Saya tinggalkan untuk kalian dua nasihat; satu yang berbicara dan satu lagi yang diam. Yang berbicara adalah Al-Quran dan yang hanya diam adalah mengingat mati."Orang yang cenderung pada kebenaran sudah barang tentu akan dengan senang hati menerima nasihat ini, akan tetapi orang-orang yang menganggap bahwa agama tidaklah penting dan berguna maka dia akan mengabaikan nasihat seperti ini yang di anggapnya sebagai sesuatu yang tidak masuk akal.
Generasi Islam pada zaman sahabat, tabiin dan tabi' tabi'in meyakini bahwa Al-Quran adalah firman Tuhan yang sebagiannya berisi tentang perintah, mereka membacanya sepanjang malam dan memikirkannya, kemudian di ejawantahkan dalam hidup sehari-hari. Sedangkan pada masa sekarang, walaupun masih banyak orang mempelajari Al-Quran tapi hanya sebatas pada huruf-hurufnya saja, syiar Al-Quran memang masih terus bergaung tetapi hanya sebatas untuk MTQ. Generasi Islam sekarang sudah begitu banyak yang tidak lagi menganggap Al-Quran sebagai landasan hidup yang akan bisa memberi kebahagiaan dan keselamatan bagi mereka.
Al-Quran hanya menjadi pajangan usang ruang tamu, terasa berat bagi tangan mereka untuk mengambilnya terlebih membuka dan membacanya. Sinyal dari Nabi yang mengisyaratkan bahwa di ahir zaman kelak agama hanya tinggal nama dan Al-Quran hanya tinggal tulisan nampaknya akan segera terbukti.
Dari Abdullah bin Umar ra, meriwayatkan, "Sesungguhnya hati ini dapat berkarat sebagaimana berkaratnya besi bila terkena air."Rasul di tanya, wahai Rasulallah, bagaimana cara membersihkannya? Rasul menjawab, perbanyaklah mengingat mati dan baca Al-Quran. (HR Baihaqi)
Bertumpuknya dosa pada manusia dan lalai dari mengingat kemahabesaran Tuhan bisa menjadi sebab berkaratnya hati sebagaimana besi jika terkena air. Maka untuk membersihkan segala karat yang ada di hati bisa di lakukan dengan cara banyak mengingat mati dan membaca Al-Quran. Hati ibarat kaca, semakin sering di bersihkan, hati akan semakin bersinar dan mudah menerima segala kebaikan dan kebenaran.
Sebaliknya, jika manusia tetap terkungkung dalam lingkaran nafsu dan perbuatan-perbuatan tercela, maka akan semakin jauh dari Tuhan dan rahmatnya. Berkaitan dengan pembersihan hati, banyak di antara guru sufi yang mengarahkan murid-muridnya supaya menggunakan waktu sebaik-baiknya dengan berzuhud dan memperbanyak baca Al-Quran dan mentadabburi ma'na yang terkandung di dalamnya.
Di sebutkan dalam suatu hadits, jika seseorang melakukan sebuah dosa, maka akan tertitik di hatinya satu noda hitam, jika seseorang itu bertaubat, titik hitam akan sirna, tetapi jika orang itu melakukan dosa kedua, noda hitam akan bertambah, apabila dosa terus di lakukan noda yang tadinya sedikit akan bertambah banyak dan pada puncaknya hati akan menjadi hitam kelam. Seseorang, jika hatinya sudah begitu kelam akan sulit untuk cenderung pada kebaikan dan akan tertutup baginya segala kebenaran.
Berkenaan dengan hal ini Tuhan berfirman; "Kallä, bal räna 'ala qulübihim mä känü yaksibün."Sekali-kali tidak, sebenarnya apa yang telah mereka perbuat telah menjadikan karat pada hati mereka. (Q surah Al-Muthaffifin ayat 14).
Nabi suci Muhammad SAAW bersabda, "Saya tinggalkan untuk kalian dua nasihat; satu yang berbicara dan satu lagi yang diam. Yang berbicara adalah Al-Quran dan yang hanya diam adalah mengingat mati."Orang yang cenderung pada kebenaran sudah barang tentu akan dengan senang hati menerima nasihat ini, akan tetapi orang-orang yang menganggap bahwa agama tidaklah penting dan berguna maka dia akan mengabaikan nasihat seperti ini yang di anggapnya sebagai sesuatu yang tidak masuk akal.
Generasi Islam pada zaman sahabat, tabiin dan tabi' tabi'in meyakini bahwa Al-Quran adalah firman Tuhan yang sebagiannya berisi tentang perintah, mereka membacanya sepanjang malam dan memikirkannya, kemudian di ejawantahkan dalam hidup sehari-hari. Sedangkan pada masa sekarang, walaupun masih banyak orang mempelajari Al-Quran tapi hanya sebatas pada huruf-hurufnya saja, syiar Al-Quran memang masih terus bergaung tetapi hanya sebatas untuk MTQ. Generasi Islam sekarang sudah begitu banyak yang tidak lagi menganggap Al-Quran sebagai landasan hidup yang akan bisa memberi kebahagiaan dan keselamatan bagi mereka.
Al-Quran hanya menjadi pajangan usang ruang tamu, terasa berat bagi tangan mereka untuk mengambilnya terlebih membuka dan membacanya. Sinyal dari Nabi yang mengisyaratkan bahwa di ahir zaman kelak agama hanya tinggal nama dan Al-Quran hanya tinggal tulisan nampaknya akan segera terbukti.
Selasa, 10 Februari 2009
Lonceng di masjid itu..
Tak terasa malam kini telah begitu larut.
Lonceng di masjid itu membunyikan suaranya dua kali, teng..teng.. berarti waktu telah menunjukkan pukul dua dini hari.
Tanpa sadar, berarti diri telah berkelana di dunia maya lebih dari enam jam. Yah enam jam yang begitu melelahkan, mengarungi dunia yang seolah tanpa batas, melewati berbagai kecamuk gagasan yang tak terkendali, menghadiri ide-ide yang mengganas buas, menyambangi segala teriakan keputus asaan yang menista sukma.
Ada mata yang mengunang nanar, taring yang menyeringai, gigi yang gemeretak, tangan yang mengejang terkepal, dada yang mendidih gemuruh, hati yang teraduk tercabik.
Hingar bingar itu terus membahana lantang di telinga jiwa, menyatu padu dalam derap tak berirama. entahlah, diri terasa sedang berada di tengah peperangan, perang melawan ketiadaan, perang melawan kehampaan, perang melawan segala kegalauan.
Lonceng di masjid itu kini terdengar begitu letih, letih memberitahu manusia bahwa waktu kan terus beranjak, betapapun manusia tetap diam tiada peduli.
Lonceng di masjid itu telah lama menghiasi malam-malamku yang sepi, menjadi teman setiaku dalam merajut rasa, melamun asa, memendam cita.
Lonceng di masjid itu selalu tegar berdiri di tepian masa, tak pudar meski matahari tak lagi berpendar, bulan tak lagi bersinar, suara adzan tak lagi terdengar.
Lonceng di masjid itu membunyikan suaranya dua kali, teng..teng.. berarti waktu telah menunjukkan pukul dua dini hari.
Tanpa sadar, berarti diri telah berkelana di dunia maya lebih dari enam jam. Yah enam jam yang begitu melelahkan, mengarungi dunia yang seolah tanpa batas, melewati berbagai kecamuk gagasan yang tak terkendali, menghadiri ide-ide yang mengganas buas, menyambangi segala teriakan keputus asaan yang menista sukma.
Ada mata yang mengunang nanar, taring yang menyeringai, gigi yang gemeretak, tangan yang mengejang terkepal, dada yang mendidih gemuruh, hati yang teraduk tercabik.
Hingar bingar itu terus membahana lantang di telinga jiwa, menyatu padu dalam derap tak berirama. entahlah, diri terasa sedang berada di tengah peperangan, perang melawan ketiadaan, perang melawan kehampaan, perang melawan segala kegalauan.
Lonceng di masjid itu kini terdengar begitu letih, letih memberitahu manusia bahwa waktu kan terus beranjak, betapapun manusia tetap diam tiada peduli.
Lonceng di masjid itu telah lama menghiasi malam-malamku yang sepi, menjadi teman setiaku dalam merajut rasa, melamun asa, memendam cita.
Lonceng di masjid itu selalu tegar berdiri di tepian masa, tak pudar meski matahari tak lagi berpendar, bulan tak lagi bersinar, suara adzan tak lagi terdengar.
Jumat, 06 Februari 2009
MUI, kita ngrokok bareng yuk!
Hari-hari ini di manapun tempat di Indonesia hampir semua orang membicarakan tentang fatwa haramnya rokok yang di keluarkan oleh MUI. saya menyaksikannya di kedai-kedai kopi, di angkot, di jalanan atau di manapun saja. Anehnya, mereka membicarakan fatwa haramnya rokok itu sambil menghisap rokoknya masing-masing, nampaknya mereka begitu asyik menikmati rokok-rokok itu. Saya juga sempat melihat seorang pemuda di antara kerumunan teman-temannya, dengan berapi-api membicarakan fatwa haram rokok sambil menghisap dalam-dalam rokoknya dan menghembuskan asapnya membentuk bulatan-bulatan kecil. Kesimpulan dari apa yang saya saksikan adalah, semuanya kurang setuju dengan fatwa haram MUI. Mereka, seperti juga kebanyakan yang lainnya tetap menganggap rokok sebagai sesuatu yang makruh saja hukumnya. Dengan gaya bicara yang cuek dan nyinyir mereka tidak menghiraukan bahkan terkesan menyepelekan fatwa haram MUI.
Sebetulnya, perdebatan tentang hukum rokok bukanlah kali ini saja terjadi, para ahli agama (Islam) dari dulu sampai sekarang tetap berbeda pendapat tentang masalah hukumnya, tapi kebanyakan mereka menghukumi rokok dalam dua kategori, makruh dan haram. Selain dari hukum yang dua itu saya belum pernah mengetahui lagi hukum yang lainnya, saya juga tidak tahu kalau misal di tempat-tempat yang jauh di zaman sekarang atau suatu hari nanti akan ada ulama yang menghukuminya wajib ataupun sunnah. Bagi saya, rokok adalah termasuk di antara masalah hukum yang tak kan pernah selesai sampai kapanpun di sebabkan tidak ada dalil di dalam Al-Quran maupun Hadits yang memberikan kepastian hukumnya.
Terlebih dahulu ingin saya katakan, bahwa saya adalah termasuk di antara orang yang tidak sepakat dengan apapun fatwa MUI, teristimewa dengan masalah rokok dan golput, tetapi, sebagai orang yang menyukai pemikiran liberal dan toleran saya tetap menghormati fatwa MUI itu sebagai bagian dari corak keberagaman pemikiran dalam lingkungan Islam, saya hanya menganggap MUI sedang bercanda dengan fatwa haramnya itu sebagai bentuk escapisme psikologis MUI dari derasnya badai kritik yang selama ini menghantam mereka.
Sebagaimana telah saya singgung diatas, para ulama berbeda dalam menentukan hukum rokok di antara makruh dan haram. Ulama yang menganggap makruh hukum rokok mengacu pada hadits-hadits yang berhubungan dengan makanan yang menimbulkan bau tidak sedap dan bisa mengganggu orang lain seperti bawang merah dan bawang putih. Bawang merah dan bawang putih adalah makanan yang tidak di sukai Rasulullah tapi beliau tidak sampai mengharamkannya. Beliau hanya menyuruh orang yang makan bawang merah maupun putih untuk membersihkan mulutnya lebih dahulu sebelum masuk ke masjid supaya tidak mengganggu ibadah jamaah yang lain. Para ulama meng-qiyaskan hukum makruh pada rokok dengan bawang mungkin di sebabkan karena kemiripan keduanya yang bisa menyebabkan gangguan terhadap banyak orang. Jika bawang di sebabkan baunya maka rokok di sebabkan oleh asapnya. Sedangkan ulama yang menganggap rokok haram biasanya di dasarkan pada manfaat dan madhorot yang di timbulkan olehnya, menurut ulama yang mengharamkan; rokok di haramkan karena efeknya yang berbahaya pada tubuh manusia, sesuatu yang di anggap membahayakan tubuh di haramkan agama karena ada ayat Quran yang berbunyi; wala tulqu biadikum ilat-tahlukah, jangan kalian menjerumuskan diri kepada kehancuran.
Sekarang mari kita sedikit menela'ah dan mengkritik mereka yang menghukumi rokok dengan predikat haram, sengaja saya tidak menelaah ataupun mengkritik mereka yang menganggap hukum rokok sebagai sesuatu yang makruh karena mungkin itulah hukum yang paling pas untuk masalah rokok, walaupun secara pribadi saya menganggap hukum rokok sebagai mubah saja, berdasar kaidah; al-ashl fil-asy-ya' al-ibahah, pada asalnya hukum segala sesuatu itu adalah mubah. Memang, hukum segala sesuatu adalah mubah jika tidak ada nash yang pasti dan qoth'i dalam Quran maupun Hadits tentang haram atau makruhnya.
Sebagai bahan renungan, saya akan mengutip Hadits Nabi yang berbunyi; ma ahal-lal-lahu fi kitabihi fa-huwa halalun, wa-ma har-rama fa-huwa haramun, wa-ma sakata 'an-hu fa-huwa 'afiah, fa-aqbalu minal-lahil-'afiah, fa-innal-laha lam yakun nasiyya, tsum-ma tala hadzi-hil-ayah; wa-ma kana rabbuka nasiyya, "Apa yang di halalkan Allah dalam kitabnya maka dia adalah halal, dan apa yang di haramkan maka dia adalah haram, sedangkan apa yang di diamkan tentangnya (tidak ada hukumnya) maka dia adalah yang di maafkan, maka terimalah pemafaan dari Allah, sesungguhnya Allah tidak pernah lupa, lalu Nabi membaca ayat: dan tidaklah Tuhanmu lupa (Q : S Maryam : 64)
Berdasarkan hadits di atas, ada 3 hukum yang bisa kita ambil untuk di jadikan pedoman. 1) adalah halal apa yang di halalkan oleh kitab Tuhan sampai kapanpun juga. 2) adalah haram apa yang di haramkan oleh kitab Tuhan sampai kapanpun juga. 3). Sesuatu yang tidak ada hukum tentangnya atau "daerah kemaafan.
Pada ahirnya akan terang benderanglah segala sesuatu jika kita melihat hadits di atas. Rokok adalah sesuatu yang tidak pernah di sebut di dalam kitab Tuhan, secara pasti berarti rokok termasuk dalam lingkaran yang berada di "Daerah kemaafan" yang Tuhan tidak pernah lupa dan akan mengetahui bahwa di suatu hari kelak akan ada sesuatu yang bernama rokok, karena Tuhan mengetahui segala sesuatu hatta tentang sesuatu yang belum dan akan terjadi tentu Tuhan akan dengan jelas mengharamkan hukum rokok dalam kitabnya jika memang rokok adalah haram.
Apakah yang di maksud "Daerah kemaafan"? Daerah kemaafan adalah merupakan ladang yang di berikan Tuhan bagi para ulama untuk mengadakan ijtihadnya masing-masing, terhadap hukum yang belum jelas halal dan haramnya dalam kitab Tuhan. siapapun, termasuk MUI, di berikan kebebasan untuk mengekspresikan pemikirannya berkaitan dengan hukum segala sesuatu yang kini berkembang, tetapi yang perlu di ingat adalah, kesimpulan dari ijtihad tidak boleh berujung pada hukum halal atau haram, karena sekali lagi, baik halal maupun haram adalah sesuatu yang sangat jelas ada dalam kitab Tuhan.
Permasalahan hukum rokok mulai timbul ketika ilmu kedokteran sudah sedemikian maju, banyak di antara dokter yang memberikan keterangan tentang bahaya penyakit yang di akibatkan asap rokok, di antaranya adalah penyakit paru-paru, jantung dan lainnya, tetapi apakah betul bahwa keterangan para dokter itu merupakan kemufakatan mutlak seluruh dokter? Saya menjawabnya; tidak! Kenapa? Izinkan saya menceritakan dulu pengalaman saya ketika saya berkonsultasi dengan seorang dokter yang spesialisasinya mendiagnosa dan mengobati penyakit dalam. Ketika saya datang ke tempat prakteknya, saya lihat dokter itu sedang merokok dan beberapa saat setelah habis dia mengambil lagi sebatang rokok baru untuk di nyalakan lagi. Saya heran dan bertanya padanya; dokter, saya lihat dari tadi anda tidak berhenti merokok, padahal sebagai dokter anda tentu mafhum kalau merokok itu akan mengakibatkan paru-paru menjadi hancur di samping penyakit-penyakit yang lainnya, terlebih lagi bukankah agama mengharamkan sesuatu yang akan berbahaya bagi tubuh? Dokter itu menjawab; Oh tidak betul juga itu, yang namanya penyakit tidak bisa di deteksi gejalanya oleh apa dan darimana, penyakit datangnya langsung dari Tuhan. Buktinya, saya sudah banyak mendiagnosa pasien yang paru-parunya rusak parah padahal mereka tidak merokok, saya juga banyak mendiagnosa pasien yang paru-parunya bersih padahal mereka adalah perokok kelas berat, dokter melanjutkan kata-katanya, contohnya seperti saya sendiri, saya ini adalah perokok kelas berat tapi paru-paru saya fine-fine saja, ok lah jika memang paru-paru yang rusak itu di sebabkan oleh rokok tapi itu bukanlah deteksi dari teori medis, itu hanya anggapan umum sebagian dokter saja. Dokter menyambung lagi; saya katakan pada anda tentang teori medis, anda tahu penyakit kangker kulit? Saya menjawab, iya. Nah, secara teori medis penyakit kangker kulit di sebabkan karena tubuh yang terkena sinar matahari secara langsung dan terus menerus, jika demikian, seharusnya banyak diantara petani kita yang terkena kangker kulit, para petani itu setiap hari terpanggang di bawah terik sinar matahari secara langsung, tapi belum pernah sekalipun saya mendengar atau melihat mereka terkena kangker kulit, mereka tetap segar bugar. Jadi, biar hukum itu adil, ketika merokok di haramkan, bertani juga harusnya di haramkan dong? sebab, secara teori medis kedua-duanya sangat berbahaya bagi tubuh.
Dialog antara saya dan dokter berlangsung beberapa lamanya, sambil sesekali dokter menyodorkan batang-batang rokoknya ke arah saya. Saya yang memang tidak begitu suka rokok dengan terpaksa ikut mengambil dan menyalakan rokok sebagai penghormatan atas ajakannya yang bersahabat. Tidak ada kesimpulan apapun dalam benak saya ketika saya keluar dari ruang dokter itu, cuma dalam perjalanan tiba-tiba saya ingat akan kaidah usul yang telah saya sebutkan di atas: al-ashl fil-asy-ya' al-ibahah.
Ketika pada saat ini hukum rokok marak di perbincangkan, saya jadi teringat akan dokter itu lagi, saya ingin berkonsultasi lagi dengannya, tapi karena kini saya berada di tempat yang jauh, maka keinginan saya hanyalah sebatas kerinduan. Alangkah indah jika saya bertemu dokter itu lagi, merokok bersamanya, sambil tak lupa saya berhayal mengajak MUI bersama KH Ma'ruf Aminnya, Prof Ali Mustofa Ya'kubnya dan pengurus MUI lainnya, bapak-bapak Kiyai mari kita ngrokok bareng yuk! Jangan takut, nanti saya yang traktir, bila perlu nanti pulangnya saya bawakan anda masing-masing 5 bungkus rokok sebagai persediaan untuk rokoan di rumah.
Ahirul kalam, saya yang memang tadinya tidak suka merokok dan bernitat untuk berhenti sama sekali dari segala aktivitas merokok, jadi mengurungkan niat saya. Saya cuma ingin meyakinkan diri bahwa apa yang MUI fatwakan itu bukanlah merupakan suatu kebenaran yang tidak ada keraguan di dalamnya, bahkan bisa jadi justru apa yang MUI fatwakan itu adalah merupakan kesalahan yang tidak ada keraguan padanya.
Salam manis selalu untuk MUI. By; Fatur Rafael.
Sebetulnya, perdebatan tentang hukum rokok bukanlah kali ini saja terjadi, para ahli agama (Islam) dari dulu sampai sekarang tetap berbeda pendapat tentang masalah hukumnya, tapi kebanyakan mereka menghukumi rokok dalam dua kategori, makruh dan haram. Selain dari hukum yang dua itu saya belum pernah mengetahui lagi hukum yang lainnya, saya juga tidak tahu kalau misal di tempat-tempat yang jauh di zaman sekarang atau suatu hari nanti akan ada ulama yang menghukuminya wajib ataupun sunnah. Bagi saya, rokok adalah termasuk di antara masalah hukum yang tak kan pernah selesai sampai kapanpun di sebabkan tidak ada dalil di dalam Al-Quran maupun Hadits yang memberikan kepastian hukumnya.
Terlebih dahulu ingin saya katakan, bahwa saya adalah termasuk di antara orang yang tidak sepakat dengan apapun fatwa MUI, teristimewa dengan masalah rokok dan golput, tetapi, sebagai orang yang menyukai pemikiran liberal dan toleran saya tetap menghormati fatwa MUI itu sebagai bagian dari corak keberagaman pemikiran dalam lingkungan Islam, saya hanya menganggap MUI sedang bercanda dengan fatwa haramnya itu sebagai bentuk escapisme psikologis MUI dari derasnya badai kritik yang selama ini menghantam mereka.
Sebagaimana telah saya singgung diatas, para ulama berbeda dalam menentukan hukum rokok di antara makruh dan haram. Ulama yang menganggap makruh hukum rokok mengacu pada hadits-hadits yang berhubungan dengan makanan yang menimbulkan bau tidak sedap dan bisa mengganggu orang lain seperti bawang merah dan bawang putih. Bawang merah dan bawang putih adalah makanan yang tidak di sukai Rasulullah tapi beliau tidak sampai mengharamkannya. Beliau hanya menyuruh orang yang makan bawang merah maupun putih untuk membersihkan mulutnya lebih dahulu sebelum masuk ke masjid supaya tidak mengganggu ibadah jamaah yang lain. Para ulama meng-qiyaskan hukum makruh pada rokok dengan bawang mungkin di sebabkan karena kemiripan keduanya yang bisa menyebabkan gangguan terhadap banyak orang. Jika bawang di sebabkan baunya maka rokok di sebabkan oleh asapnya. Sedangkan ulama yang menganggap rokok haram biasanya di dasarkan pada manfaat dan madhorot yang di timbulkan olehnya, menurut ulama yang mengharamkan; rokok di haramkan karena efeknya yang berbahaya pada tubuh manusia, sesuatu yang di anggap membahayakan tubuh di haramkan agama karena ada ayat Quran yang berbunyi; wala tulqu biadikum ilat-tahlukah, jangan kalian menjerumuskan diri kepada kehancuran.
Sekarang mari kita sedikit menela'ah dan mengkritik mereka yang menghukumi rokok dengan predikat haram, sengaja saya tidak menelaah ataupun mengkritik mereka yang menganggap hukum rokok sebagai sesuatu yang makruh karena mungkin itulah hukum yang paling pas untuk masalah rokok, walaupun secara pribadi saya menganggap hukum rokok sebagai mubah saja, berdasar kaidah; al-ashl fil-asy-ya' al-ibahah, pada asalnya hukum segala sesuatu itu adalah mubah. Memang, hukum segala sesuatu adalah mubah jika tidak ada nash yang pasti dan qoth'i dalam Quran maupun Hadits tentang haram atau makruhnya.
Sebagai bahan renungan, saya akan mengutip Hadits Nabi yang berbunyi; ma ahal-lal-lahu fi kitabihi fa-huwa halalun, wa-ma har-rama fa-huwa haramun, wa-ma sakata 'an-hu fa-huwa 'afiah, fa-aqbalu minal-lahil-'afiah, fa-innal-laha lam yakun nasiyya, tsum-ma tala hadzi-hil-ayah; wa-ma kana rabbuka nasiyya, "Apa yang di halalkan Allah dalam kitabnya maka dia adalah halal, dan apa yang di haramkan maka dia adalah haram, sedangkan apa yang di diamkan tentangnya (tidak ada hukumnya) maka dia adalah yang di maafkan, maka terimalah pemafaan dari Allah, sesungguhnya Allah tidak pernah lupa, lalu Nabi membaca ayat: dan tidaklah Tuhanmu lupa (Q : S Maryam : 64)
Berdasarkan hadits di atas, ada 3 hukum yang bisa kita ambil untuk di jadikan pedoman. 1) adalah halal apa yang di halalkan oleh kitab Tuhan sampai kapanpun juga. 2) adalah haram apa yang di haramkan oleh kitab Tuhan sampai kapanpun juga. 3). Sesuatu yang tidak ada hukum tentangnya atau "daerah kemaafan.
Pada ahirnya akan terang benderanglah segala sesuatu jika kita melihat hadits di atas. Rokok adalah sesuatu yang tidak pernah di sebut di dalam kitab Tuhan, secara pasti berarti rokok termasuk dalam lingkaran yang berada di "Daerah kemaafan" yang Tuhan tidak pernah lupa dan akan mengetahui bahwa di suatu hari kelak akan ada sesuatu yang bernama rokok, karena Tuhan mengetahui segala sesuatu hatta tentang sesuatu yang belum dan akan terjadi tentu Tuhan akan dengan jelas mengharamkan hukum rokok dalam kitabnya jika memang rokok adalah haram.
Apakah yang di maksud "Daerah kemaafan"? Daerah kemaafan adalah merupakan ladang yang di berikan Tuhan bagi para ulama untuk mengadakan ijtihadnya masing-masing, terhadap hukum yang belum jelas halal dan haramnya dalam kitab Tuhan. siapapun, termasuk MUI, di berikan kebebasan untuk mengekspresikan pemikirannya berkaitan dengan hukum segala sesuatu yang kini berkembang, tetapi yang perlu di ingat adalah, kesimpulan dari ijtihad tidak boleh berujung pada hukum halal atau haram, karena sekali lagi, baik halal maupun haram adalah sesuatu yang sangat jelas ada dalam kitab Tuhan.
Permasalahan hukum rokok mulai timbul ketika ilmu kedokteran sudah sedemikian maju, banyak di antara dokter yang memberikan keterangan tentang bahaya penyakit yang di akibatkan asap rokok, di antaranya adalah penyakit paru-paru, jantung dan lainnya, tetapi apakah betul bahwa keterangan para dokter itu merupakan kemufakatan mutlak seluruh dokter? Saya menjawabnya; tidak! Kenapa? Izinkan saya menceritakan dulu pengalaman saya ketika saya berkonsultasi dengan seorang dokter yang spesialisasinya mendiagnosa dan mengobati penyakit dalam. Ketika saya datang ke tempat prakteknya, saya lihat dokter itu sedang merokok dan beberapa saat setelah habis dia mengambil lagi sebatang rokok baru untuk di nyalakan lagi. Saya heran dan bertanya padanya; dokter, saya lihat dari tadi anda tidak berhenti merokok, padahal sebagai dokter anda tentu mafhum kalau merokok itu akan mengakibatkan paru-paru menjadi hancur di samping penyakit-penyakit yang lainnya, terlebih lagi bukankah agama mengharamkan sesuatu yang akan berbahaya bagi tubuh? Dokter itu menjawab; Oh tidak betul juga itu, yang namanya penyakit tidak bisa di deteksi gejalanya oleh apa dan darimana, penyakit datangnya langsung dari Tuhan. Buktinya, saya sudah banyak mendiagnosa pasien yang paru-parunya rusak parah padahal mereka tidak merokok, saya juga banyak mendiagnosa pasien yang paru-parunya bersih padahal mereka adalah perokok kelas berat, dokter melanjutkan kata-katanya, contohnya seperti saya sendiri, saya ini adalah perokok kelas berat tapi paru-paru saya fine-fine saja, ok lah jika memang paru-paru yang rusak itu di sebabkan oleh rokok tapi itu bukanlah deteksi dari teori medis, itu hanya anggapan umum sebagian dokter saja. Dokter menyambung lagi; saya katakan pada anda tentang teori medis, anda tahu penyakit kangker kulit? Saya menjawab, iya. Nah, secara teori medis penyakit kangker kulit di sebabkan karena tubuh yang terkena sinar matahari secara langsung dan terus menerus, jika demikian, seharusnya banyak diantara petani kita yang terkena kangker kulit, para petani itu setiap hari terpanggang di bawah terik sinar matahari secara langsung, tapi belum pernah sekalipun saya mendengar atau melihat mereka terkena kangker kulit, mereka tetap segar bugar. Jadi, biar hukum itu adil, ketika merokok di haramkan, bertani juga harusnya di haramkan dong? sebab, secara teori medis kedua-duanya sangat berbahaya bagi tubuh.
Dialog antara saya dan dokter berlangsung beberapa lamanya, sambil sesekali dokter menyodorkan batang-batang rokoknya ke arah saya. Saya yang memang tidak begitu suka rokok dengan terpaksa ikut mengambil dan menyalakan rokok sebagai penghormatan atas ajakannya yang bersahabat. Tidak ada kesimpulan apapun dalam benak saya ketika saya keluar dari ruang dokter itu, cuma dalam perjalanan tiba-tiba saya ingat akan kaidah usul yang telah saya sebutkan di atas: al-ashl fil-asy-ya' al-ibahah.
Ketika pada saat ini hukum rokok marak di perbincangkan, saya jadi teringat akan dokter itu lagi, saya ingin berkonsultasi lagi dengannya, tapi karena kini saya berada di tempat yang jauh, maka keinginan saya hanyalah sebatas kerinduan. Alangkah indah jika saya bertemu dokter itu lagi, merokok bersamanya, sambil tak lupa saya berhayal mengajak MUI bersama KH Ma'ruf Aminnya, Prof Ali Mustofa Ya'kubnya dan pengurus MUI lainnya, bapak-bapak Kiyai mari kita ngrokok bareng yuk! Jangan takut, nanti saya yang traktir, bila perlu nanti pulangnya saya bawakan anda masing-masing 5 bungkus rokok sebagai persediaan untuk rokoan di rumah.
Ahirul kalam, saya yang memang tadinya tidak suka merokok dan bernitat untuk berhenti sama sekali dari segala aktivitas merokok, jadi mengurungkan niat saya. Saya cuma ingin meyakinkan diri bahwa apa yang MUI fatwakan itu bukanlah merupakan suatu kebenaran yang tidak ada keraguan di dalamnya, bahkan bisa jadi justru apa yang MUI fatwakan itu adalah merupakan kesalahan yang tidak ada keraguan padanya.
Salam manis selalu untuk MUI. By; Fatur Rafael.
Rabu, 04 Februari 2009
Ammar dan Bilal, simbol berdarah dari ketulusan cinta dan keteguhan iman
Kisah ini bermula dari seorang budak wanita hitam Abesinia bernama Sumayyah yang menikah dengan pria miskin kesepian yang bernama Yasir yang pindah ke Makkah dari kampung halamannya di padang pasir Yaman demi hidup yang lebih baik. Setelah beberapa lama waktu di Makkah Yasir mendapat pekerjaan sebagai pelayan, Yasir memberanikan diri meminta pada Sumayyah untuk menjadi istrinya, gayungpun bersambut, Sumayyah bersedia menerima Yasir sebagai suaminya. Beberapa waktu berselang dari pernikahan mereka lahirlah seorang anak laki-laki bernama 'Ammar.
Hari berlalu, bulan berganti dan tahunpun menjelang. Pada saat itu di Makkah muncul seorang Nabi baru dengan membawa ajaran baru bernama Islam, Nabi baru itu bernama Muhammad. Nabi baru itu menjanjikan segala perubahan ke arah yang lebih baik, melepaskan manusia dari segala alam jahiliyah yang telah lama mengungkung masyarakat Arab teristimewa sukunya sendiri yaitu suku Quraisy.
Keluarga Yasir merupakan keluarga yang menaruh perhatian yang mendalam terhadap Islam sejak awal penyebarannya, mereka masuk ke dalam Islam dengan kerelaan hati, cinta yang tulus dan iman yang teguh. Tiada peduli bahwa dengan masuknya mereka ke dalam Islam bahaya besar akan mengancam hidup mereka, ancaman itu datang dari Abu Jahl, Umayyah bin Khalaf dan wadia balanya yang geram dengan perkembangan Islam. Mereka mengancam keluarga Yasir dengan siksaan yang sangat berat, tujuannya adalah agar tidak ada lagi orang yang akan memeluk Islam. Ancaman itu pada ahirnya terbukti beberapa saat setelah keluarga Yasir memproklamirkan keislamannya.
Setiap hari Abu Jahl dan wadia balanya menggiring keluarga Yasir ke padang pasir panas di pinggiran kota Makkah di mana Abu Jahl akan menyiksa mereka di bawah terik matahari sampai malam menjelang. Pada setiap rangkaian siksaan yang di lakukan, Abu Jahl selalu menggunakan jenis siksaan yang baru yang lebih kejam dari hari ke hari, tujuannya adalah untuk membuat mereka menyerah dan segera berpaling dari Islam, mencaci maki dan membantah segala pesan yang di bawa Muhammad. Namun keteguhan iman dan cinta yang tulus membuat Yasir, Sumayyah dan Ammar tidak mematuhi perintah Abu Jahl dan rela terus menerus di siksa oleh para kafir itu.
Untuk membuktikan cinta yang tulus dan iman yang teguh, keluarga Ammar melipat gandakan kesabaran dalam menerima setiap siksaan yang terus menerus mendera mereka. Bagaimana Nabi melihat nasib mereka? Nabi pada waktu itu berada pada posisi yang lemah, walaupun Nabi adalah termasuk di antara anggota keluarga bangsawan Quraisy tetapi dalam menyebarkan Islam Nabi benar-benar sendiri. Karena miskin dan tidak berdaya Nabi tidak memiliki sarana pertahanan yang bisa melindungi para pengikutnya dari kebiadaban dan kedzaliman Abu Jahl dan wadia balanya. Nabi hanya bisa mendatangi mereka di waktu-waktu jeda penyiksaan untuk memberikan simpati dan dukung moral bagi mereka.
Nabi Muhammad SAAW adalah pribadi yang berahlak mulia, berperasaan halus dan tersimpan di dadanya kasih tulus Yesus Al-Masih. Sebagai seorang yang berperasaan halus, Nabi di perlihatkan contoh terbaik dari cinta yang sangat tulus dan iman yang teguh pada diri Ammar dan keluarganya dalam menghadapi tangan-tangan kejam Abu Jahl dan wadia balanya. Tetapi Nabi tidak dapat memprotes tindakan Abu Jahl dan membalas mereka dengan hukuman yang setimpal, betapa remuk jiwa Nabi kala itu. Setiap hari Nabi menyaksikan reaksi sadis Abu Jahl yang memuas siksaan pada Ammar dan keluarganya. Seolah-seolah puas dengan penampilannya, para penyiksa itu terus memberi semangat pada antek-anteknya untuk terus mendera siksaan yang lebih kejam pada pengikut Nabi. Seperti di jelaskan di atas, Nabi ada bersama mereka tetapi hanya dukungan moral dan simpati yang bisa di berikan Nabi. Dalam situasi penuh kelemahan, keputus asaan dan kesengsaraan total mereka hanya bisa berdoa pada Tuhan, berharap agar mendapat bantuan dan kemenangan segera tiba. Nabi memberi kekuatan pada hati mereka tentang janji Tuhan pada orang-orang yang mau bersabar, dan meneguhkan hati mereka dalam perlawanan terhadap para penyiksanya.
Hari demi hari Nabi menyaksikan wanita tua yang setia bernama Sumayyah, laki-laki yang juga tua bernama Yasir dan seorang pemuda yang sedang tumbuh dan dadanya di penuhi cinta tulus pada Nabi yang bernama Ammar, betapapun mereka terus menerus di dera siksaan, mereka adalah simbol berdarah bagi keteguhan iman. Mereka sama sekali tidak menunjukkan kelemahan di hadapan Nabi, selalu berusaha menyembunyikan rasa sakit dan keputus asaan mereka dan menunjukkan ketahanan diri dalam rangka pengabdian pada keimanan dan cinta yang tulus pada Nabi. Nabi sewaktu-waktu akan meninggalkan mereka dalam linangan air mata dan akan datang kembali menjenguk duka mereka di besok hari.
Kejadian terus berulang dari hari ke hari, hingga suatu hari Nabi tidak lagi melihat Sumayyah dan Yasir, tidak terdengar lagi teriakan Abu Jahl ketika menyiksa mereka. Nabi hanya melihat Ammar berdiri menunduk tidak lagi terikat tangan dan kakikinya, Nabi mendekati Ammar dan memanggilnya, tetapi Ammar semakin menunduk di hadapan Nabi, dan berusaha kuat untuk menyembunyikan wajahnya dari pandangan Nabi. Nabi heran melihat perubahan sikap Ammar yang biasanya begitu tegar dan kuat dalam menghadapi siksaan seberat apapun, kini nampak begitu lemah, Nabi berusaha mengangkat wajah Ammar dan menyuruh untuk memandang dirinya, hal ini Membuat Ammar berusaha kuat untuk semakin menyembunyikan wajahnya. Sekilas Nabi melihat air mata mengalir deras di pipi Ammar, Nabi baru menyadari mungkin Ammar telah mengalami siksaan paling kejam dan Ammar pasti telah menyaksikan kematian kedua orang tuanya di hadapan mata kepalanya akibat siksaan Abu Jahl.
Tapi walaupun tidak ada lagi penyiksaan kenapa Ammar masih berdiri di situ? Tidakkah Ammar ingin kembali ke kota dan menemui Nabi? pada saat tangisan Ammar makin menjadi, Nabi berusaha untuk menenangkan Ammar dan memuliakan nama kedua orang tuanya, memuji keteguhan imannya tetapi anehnya Ammar tidak sedikitpun hawatir terhadap nasib yang akan menimpa orang tuanya. Ammar menanggung derita yang lebih berat, Ammar berkata; wahai Nabi Allah, aku telah mengatakan sesuatu yang sebelumnya sangat aku benci. Kini jelaslah bagi Nabi, akibat siksaan yang mendera dirinya dan kedua orang tuanya, Ammar telah kehilangan kesadarannya. Sebagai manusia, Ammar pun punya perasaan dan emosi yang membatasi kemampuannya untuk bertahan. Ketika kesadarannya hilang Ammar telah mengucapkan sesuatu yang menyenangkan Abu Jahl dan mengecewakan dirinya sendiri dengan membantah Nabi, sebagai upahnya Ammar pun di bebaskan dari segala siksaan. Segala kekecewaan, kegelisahan yang di rasakannya mengalahkan rasa sakit dari siksaan Abu Jahl. Ammar berdiri sendiri menangis dalam padang pasir yang sunyi, rasa malu pada Nabi yang begitu menyelimuti hatinya membuat Ammar enggan untuk kembali ke kota untuk bertemu Nabi. Dalam kesedihan dan ketidak berdayaan, ketika tidak ada lagi dalam fikiran Ammar tempat untuk berteduh, Nabi menghibur hati Ammar; wahai Ammar, jangan hawatir terhadap apa yang engkau katakan jika hatimu sendiri tidak meyakininya, percayalah bahwa Allah maha mengampuni. Mendengar perkataan Nabi, Ammar pun menjadi gembira, bersama Nabi, Ammar kembali ke kota Makkah.
Kisah penyiksaan yang lain adalah apa yang telah di lakukan Umayyah bin Khalaf terhadap seorang budak bernama Bilal bin Abi robbah, Bilal adalah seorang budak yang masuk Islam dalam kelompok pertama, Bilal kemudian menjadi Muadz-dzin tetap Rasulullah.
Setiap hari di sebuah daerah dekat Makkah, satu kaleng air di panaskan di bawah terik matahari padang pasir. Setelah air mendidih Umayyah bin Khalaf memasukkan kepala Bilal ke dalam air itu sampai Bilal tercekik. Setiap kali penyiksa melepas tangannya Bilal berusaha menarik nafas dan mengatakan "Ahad" "Ahad" (Allah maha Tunggal), meskipun terus menerus di siksa Bilal terus menggumamkan "Ahad, Ahad". Selanjutnya jika Bilal telah kehilangan kesadaran dan hampir mati, penyiksa akan meninggalkan Bilal begitu saja dan membiarkan Bilal di cambuki oleh orang-orang yang kalap dan bodoh. Tanpa belas kasihan mereka mengganggu Bilal, menyumpahinya, menyeret tubuhnya di atas tanah seperti menyeret anjing, mereka juga tidak segan meludahi wajah Bilal. Bilal tetap berkata "Ahad, Ahad", ucapan bilal adalah simbol yang di wariskan pada generasi muslim berikutnya jika menghadapi saat-saat yang kritis.
Kisah-kisah ini menggambarkan status orang-orang yang mencintai dengan tulus Nabi Muhammad, walaupun mereka sangat menderita dan kesepian. Kisah ini juga mengabarkan pada kita tentang betapa keimanan yang teguh pada Tuhan tidak akan bisa di goyahkan oleh apapun sekalipun nyawa adalah taruhannya. Allahu Akbar wa lil-lahil-hamd.
Cirebon-menjelang subuh.
Hari berlalu, bulan berganti dan tahunpun menjelang. Pada saat itu di Makkah muncul seorang Nabi baru dengan membawa ajaran baru bernama Islam, Nabi baru itu bernama Muhammad. Nabi baru itu menjanjikan segala perubahan ke arah yang lebih baik, melepaskan manusia dari segala alam jahiliyah yang telah lama mengungkung masyarakat Arab teristimewa sukunya sendiri yaitu suku Quraisy.
Keluarga Yasir merupakan keluarga yang menaruh perhatian yang mendalam terhadap Islam sejak awal penyebarannya, mereka masuk ke dalam Islam dengan kerelaan hati, cinta yang tulus dan iman yang teguh. Tiada peduli bahwa dengan masuknya mereka ke dalam Islam bahaya besar akan mengancam hidup mereka, ancaman itu datang dari Abu Jahl, Umayyah bin Khalaf dan wadia balanya yang geram dengan perkembangan Islam. Mereka mengancam keluarga Yasir dengan siksaan yang sangat berat, tujuannya adalah agar tidak ada lagi orang yang akan memeluk Islam. Ancaman itu pada ahirnya terbukti beberapa saat setelah keluarga Yasir memproklamirkan keislamannya.
Setiap hari Abu Jahl dan wadia balanya menggiring keluarga Yasir ke padang pasir panas di pinggiran kota Makkah di mana Abu Jahl akan menyiksa mereka di bawah terik matahari sampai malam menjelang. Pada setiap rangkaian siksaan yang di lakukan, Abu Jahl selalu menggunakan jenis siksaan yang baru yang lebih kejam dari hari ke hari, tujuannya adalah untuk membuat mereka menyerah dan segera berpaling dari Islam, mencaci maki dan membantah segala pesan yang di bawa Muhammad. Namun keteguhan iman dan cinta yang tulus membuat Yasir, Sumayyah dan Ammar tidak mematuhi perintah Abu Jahl dan rela terus menerus di siksa oleh para kafir itu.
Untuk membuktikan cinta yang tulus dan iman yang teguh, keluarga Ammar melipat gandakan kesabaran dalam menerima setiap siksaan yang terus menerus mendera mereka. Bagaimana Nabi melihat nasib mereka? Nabi pada waktu itu berada pada posisi yang lemah, walaupun Nabi adalah termasuk di antara anggota keluarga bangsawan Quraisy tetapi dalam menyebarkan Islam Nabi benar-benar sendiri. Karena miskin dan tidak berdaya Nabi tidak memiliki sarana pertahanan yang bisa melindungi para pengikutnya dari kebiadaban dan kedzaliman Abu Jahl dan wadia balanya. Nabi hanya bisa mendatangi mereka di waktu-waktu jeda penyiksaan untuk memberikan simpati dan dukung moral bagi mereka.
Nabi Muhammad SAAW adalah pribadi yang berahlak mulia, berperasaan halus dan tersimpan di dadanya kasih tulus Yesus Al-Masih. Sebagai seorang yang berperasaan halus, Nabi di perlihatkan contoh terbaik dari cinta yang sangat tulus dan iman yang teguh pada diri Ammar dan keluarganya dalam menghadapi tangan-tangan kejam Abu Jahl dan wadia balanya. Tetapi Nabi tidak dapat memprotes tindakan Abu Jahl dan membalas mereka dengan hukuman yang setimpal, betapa remuk jiwa Nabi kala itu. Setiap hari Nabi menyaksikan reaksi sadis Abu Jahl yang memuas siksaan pada Ammar dan keluarganya. Seolah-seolah puas dengan penampilannya, para penyiksa itu terus memberi semangat pada antek-anteknya untuk terus mendera siksaan yang lebih kejam pada pengikut Nabi. Seperti di jelaskan di atas, Nabi ada bersama mereka tetapi hanya dukungan moral dan simpati yang bisa di berikan Nabi. Dalam situasi penuh kelemahan, keputus asaan dan kesengsaraan total mereka hanya bisa berdoa pada Tuhan, berharap agar mendapat bantuan dan kemenangan segera tiba. Nabi memberi kekuatan pada hati mereka tentang janji Tuhan pada orang-orang yang mau bersabar, dan meneguhkan hati mereka dalam perlawanan terhadap para penyiksanya.
Hari demi hari Nabi menyaksikan wanita tua yang setia bernama Sumayyah, laki-laki yang juga tua bernama Yasir dan seorang pemuda yang sedang tumbuh dan dadanya di penuhi cinta tulus pada Nabi yang bernama Ammar, betapapun mereka terus menerus di dera siksaan, mereka adalah simbol berdarah bagi keteguhan iman. Mereka sama sekali tidak menunjukkan kelemahan di hadapan Nabi, selalu berusaha menyembunyikan rasa sakit dan keputus asaan mereka dan menunjukkan ketahanan diri dalam rangka pengabdian pada keimanan dan cinta yang tulus pada Nabi. Nabi sewaktu-waktu akan meninggalkan mereka dalam linangan air mata dan akan datang kembali menjenguk duka mereka di besok hari.
Kejadian terus berulang dari hari ke hari, hingga suatu hari Nabi tidak lagi melihat Sumayyah dan Yasir, tidak terdengar lagi teriakan Abu Jahl ketika menyiksa mereka. Nabi hanya melihat Ammar berdiri menunduk tidak lagi terikat tangan dan kakikinya, Nabi mendekati Ammar dan memanggilnya, tetapi Ammar semakin menunduk di hadapan Nabi, dan berusaha kuat untuk menyembunyikan wajahnya dari pandangan Nabi. Nabi heran melihat perubahan sikap Ammar yang biasanya begitu tegar dan kuat dalam menghadapi siksaan seberat apapun, kini nampak begitu lemah, Nabi berusaha mengangkat wajah Ammar dan menyuruh untuk memandang dirinya, hal ini Membuat Ammar berusaha kuat untuk semakin menyembunyikan wajahnya. Sekilas Nabi melihat air mata mengalir deras di pipi Ammar, Nabi baru menyadari mungkin Ammar telah mengalami siksaan paling kejam dan Ammar pasti telah menyaksikan kematian kedua orang tuanya di hadapan mata kepalanya akibat siksaan Abu Jahl.
Tapi walaupun tidak ada lagi penyiksaan kenapa Ammar masih berdiri di situ? Tidakkah Ammar ingin kembali ke kota dan menemui Nabi? pada saat tangisan Ammar makin menjadi, Nabi berusaha untuk menenangkan Ammar dan memuliakan nama kedua orang tuanya, memuji keteguhan imannya tetapi anehnya Ammar tidak sedikitpun hawatir terhadap nasib yang akan menimpa orang tuanya. Ammar menanggung derita yang lebih berat, Ammar berkata; wahai Nabi Allah, aku telah mengatakan sesuatu yang sebelumnya sangat aku benci. Kini jelaslah bagi Nabi, akibat siksaan yang mendera dirinya dan kedua orang tuanya, Ammar telah kehilangan kesadarannya. Sebagai manusia, Ammar pun punya perasaan dan emosi yang membatasi kemampuannya untuk bertahan. Ketika kesadarannya hilang Ammar telah mengucapkan sesuatu yang menyenangkan Abu Jahl dan mengecewakan dirinya sendiri dengan membantah Nabi, sebagai upahnya Ammar pun di bebaskan dari segala siksaan. Segala kekecewaan, kegelisahan yang di rasakannya mengalahkan rasa sakit dari siksaan Abu Jahl. Ammar berdiri sendiri menangis dalam padang pasir yang sunyi, rasa malu pada Nabi yang begitu menyelimuti hatinya membuat Ammar enggan untuk kembali ke kota untuk bertemu Nabi. Dalam kesedihan dan ketidak berdayaan, ketika tidak ada lagi dalam fikiran Ammar tempat untuk berteduh, Nabi menghibur hati Ammar; wahai Ammar, jangan hawatir terhadap apa yang engkau katakan jika hatimu sendiri tidak meyakininya, percayalah bahwa Allah maha mengampuni. Mendengar perkataan Nabi, Ammar pun menjadi gembira, bersama Nabi, Ammar kembali ke kota Makkah.
Kisah penyiksaan yang lain adalah apa yang telah di lakukan Umayyah bin Khalaf terhadap seorang budak bernama Bilal bin Abi robbah, Bilal adalah seorang budak yang masuk Islam dalam kelompok pertama, Bilal kemudian menjadi Muadz-dzin tetap Rasulullah.
Setiap hari di sebuah daerah dekat Makkah, satu kaleng air di panaskan di bawah terik matahari padang pasir. Setelah air mendidih Umayyah bin Khalaf memasukkan kepala Bilal ke dalam air itu sampai Bilal tercekik. Setiap kali penyiksa melepas tangannya Bilal berusaha menarik nafas dan mengatakan "Ahad" "Ahad" (Allah maha Tunggal), meskipun terus menerus di siksa Bilal terus menggumamkan "Ahad, Ahad". Selanjutnya jika Bilal telah kehilangan kesadaran dan hampir mati, penyiksa akan meninggalkan Bilal begitu saja dan membiarkan Bilal di cambuki oleh orang-orang yang kalap dan bodoh. Tanpa belas kasihan mereka mengganggu Bilal, menyumpahinya, menyeret tubuhnya di atas tanah seperti menyeret anjing, mereka juga tidak segan meludahi wajah Bilal. Bilal tetap berkata "Ahad, Ahad", ucapan bilal adalah simbol yang di wariskan pada generasi muslim berikutnya jika menghadapi saat-saat yang kritis.
Kisah-kisah ini menggambarkan status orang-orang yang mencintai dengan tulus Nabi Muhammad, walaupun mereka sangat menderita dan kesepian. Kisah ini juga mengabarkan pada kita tentang betapa keimanan yang teguh pada Tuhan tidak akan bisa di goyahkan oleh apapun sekalipun nyawa adalah taruhannya. Allahu Akbar wa lil-lahil-hamd.
Cirebon-menjelang subuh.
Senin, 02 Februari 2009
Mutiara di sekeliling Nabi Muhammad SAAW
Dalam sejarah hidupnya yang mulia, Nabi Muhammad memiliki 11 istri dan beberapa jariah serta putra dan putri. Berikut adalah nama-nama mereka.
Istri-istri Nabi
1. Hadijah binti Huwailid bin Asad bin 'Abd Uzza bin Qushai bin Kilab.
Pada waktu menikah dengan Rasulullah Hadijah telah menginjak usia senja yaitu 40 tahun, beliau menikah dengan Nabi setelah 2 kali menjadi janda, sementara Nabi sendiri pada waktu itu berusia 25 tahun. Hadijah adalah wanita pertama yang beriman dengan kenabian Muhammad SAAW, dari Hadijah lahir putra putri Nabi selain Ibrahim yang lahir dari seorang jariah Nabi yang bernama Mariah Al-Qibtiyah. Hadijah menemani hidup Nabi selama 25 tahun sampai dirinya berpulang ke hadhrat Allah mendahului Nabi, Hadijah meninggal di makkah 3 tahun sebelum hijrah Nabi ke Madinah, meninggalnya Hadijah begitu membuat Nabi berduka sehingga tahun wafatnya Hadijah dinamai oleh Nabi dengan "'Am Al-huzni", tahun duka cita. Hadijah adalah istri yang paling di cintai Nabi sehingga sampai sekian lama setelah ketiadaannya Nabi senantiasa menyebut namanya, hal itu pernah membuat 'Aisyah cemburu dan mengucapkan kata-kata yang tidak pantas di hadapan Nabi. selama beristrikan Hadijah Nabi tidak menikah lagi dengan siapapun.
2. Saudah binti Zam'ah bin Qais bin Abd Syams bin Abd Wudd bin Nadhr.
Menikah dengan Nabi setelah wafatnya Hadijah, Saudah adalah janda dari Sakran bin Amr bin Abd Syams. Menikah dengan Nabi dalam usia 55 tahun dan Nabi pada waktu itu berusia 50 tahun, Nabi memberikan mahar pada Saudah sejumlah 400 dirham.
3. 'Aisyah binti Abu Bakar bin Abi Quhafah.
Walaupun masih dalam perdebatan di kalangan ahli sejarah tentang usia pernikahan Aisyah dengan Nabi, sebuah buku sejarah Nabi yang berjudul "Samirul Mu'minin" mengabarkan bahwa Nabi melamar Aisyah pada tahun 10 kenabian atau 3 tahun sebelum Nabi hijrah ke Madinah, masih dalam tahun yang sama dengan wafatnya Hadijah. Pada waktu itu Aisyah berusia "6 tahun" dan mulai hidup serumah dengan Nabi pada usia 9 tahun atau tahun ke 1 dari kalender hijriah. Kebersamaan Aisyah dengan Nabi berlangsung sekitar 9 tahun lamanya, pada saat Nabi wafat usia Aisyah adalah 18 tahun. Aisyah meninggal di Madinah pada tahun 53 hijriah dalam usia 66 tahun.
4. Hafshah binti Umar bin Al-Khath-thab bin Nufail.
Hafshah adalah janda dari Unais bin Hudzafah salah seorang anggota yang syahid pada perang Badar. Hafshah menikah dengan Nabi pada tahun 3 hijriah, dengan mahar sebesar 400 dirham. Ketika itu usia Nabi sekitar 55 tahun. Hafshah wafat pada tahun 54 hijriah dalam usia 60 tahun.
5. Ummu Salamah binti Abi Umayyah bin Al-Mughirah bin Abdullah bin Amr bin Makhzum.
Nama sebenarnya adalah Hindun binti Abi Umayyah Al-Makhzumiyah. Ummu salamah adalah janda dari Abdullah bin Jahsyi atau yang di kenal dengan Abu Salamah bin Abd Asad. Ummu Salamah meninggal dalam usia 84 tahun, meninggal pada tahun 59 hijriah.
6. Ummu Habibah binti Abu Sofyan bin Harb bin Umayyah bin Abd Syams.
Namanya adalah Ramlah, Ramlah merupakan saudara dari Muawiyah. Ramlah adalah salah seorang istri Nabi yang ikut hijrah ke Habsyah (Ethiopia) periode ke 2. Nabi menikahi Ramlah dengan mahar 400 dinar. Ramlah adalah janda dari Ubaidullah bin Jahsy yg ketika hijrah ke Habsyah berpindah ke agama Kristian sementara Ramlah tetap bertahan dengan Islam, oleh sebab itu Nabi menikahinya. Ramlah meninggal di Madinah pada tahun 44 hijriah.
7. Zainab binti Jahsy bin Riab bin Ya'mur bin Shabirah bin Murrah.
Zainab adalah sepupu Nabi, putri dari bibi Nabi yang bernama Umaimah binti Abd Muthollib. Zainab adalah mantan istri dari Zaid bin Haritsah yang merupakan anak angkat Nabi, hal ini bermaksud untuk membatalkan hukum jahiliah yang mengharamkan seorang bapak angkat menikahi istri anak angkatnya. Pernikahan dengan Nabi membuat Zainab selalu membanggakan dirinya di hadapan istri-istri Nabi yang lain, betapa tidak, yang menikahkan dirinya dengan Nabi adalah Allah SWT secara langsung, berbeda dengan istri Nabi yang lain yang menikah dengan di dampingi wali-walinya. Zainab menikah dengan Nabi pada tahun 5 hijriah.
8. Zainab binti Huzaimah bin Harits bin Abdullah bin Amr bin Abd manaf Al-Hilaliyah.
Zainab binti Huzaimah menikah dengan Nabi pada tahun 3 hijriah, pernikahannya dengan Nabi hanya berlangsung 2 atau 3 bulan. Zainab adalah janda dari Ubaidah bin Al-Harits dan Jahm bin Amr Al-Harits yang merupakan saudara sepupunya. Zainab meninggal pada saat Nabi masih hidup, Zainab di makamkan di Baqi'.
Selama hidupnya Zainab di kenal dengan sebutan Ummul-masakin (ibu orang-orang miskin) hal ini karena perhatian dan kasih sayangnya terhadap orang miskin
9. Maimunah binti Harits bin Hazn bin Bahir bin Huzam Al-Hilaliah.
Maimunah adalah saudara satu ibu dengan Zainab binti Huzaimah. Maimunah adalah bibi dari Halid bin Walid dan Ibnu 'Abbas. Menikah dengan Nabi pada saat berusia 60 tahun, Nabi memberi mahar sebanyak 400 dirham. Kebersamaannya dengan Nabi hanya berlangsung 2 tahun. Sebelum menikah dengan Nabi Maimunah adalah istri dari Abi Rahm bin Abd Uzza bin Abi Qais. Maimunah meninggal di daerah bernama Siraf pada tahun 51 hijriah.
10. Juwairiah binti Harits bin Abi Dhirar Al-Khuza'iyah.
Juwairiah adalah janda dari Musyaffi' bin Shafwan Al-Musthaliq. Pernah menjadi tawanan kaum muslimin dan menjadi budak dari Tsabit bin Qais Al-Anshari. Juwairiah membebaskan dirinya dari Tsabit bin Qais, setelah bebas lalu menyerahkan dirinya pada Nabi. Nabi kemudian menikahinya.
11. Shafiyah binti Huyai bin Akhthab.
Shafiyah adalah keturunan dari Nabi Harun AS. Sebelum menjadi istri Nabi, Nabi menyerahkannya pada Dhihyah Al-Kalby, hal ini mengundang protes dari seorang sahabat yang mengatakan bahwa tidaklah pantas Nabi menyerahkan Shafiyah pada Dhihyah karena Shafiyah adalah pembesar dari bani Quraidzhah dan bani Nadhir. Mendengar hal ini Nabi memberi kemerdekaan pada Shafiyah lalu Nabi menikahinya. Shafiyah meninggal pada bulan Ramadhan tahun 50 hijriah di zaman Muawiyah bin Abu Sofyan.
Ada satu cerita menarik mengenai Shafiyah ini, suatu ketika Nabi memasuki kamar Shafiyah dan Nabi mendapati Shafiyah dalam keadaan menangis. Nabi bertanya pada Shafiyah; apa yang menyebabkan engkau menangis wahai Shafiyah? Shafiyah menjawab; Aisyah dan Hafshah telah memperolok-olok aku, mereka berdua merasa lebih tinggi kedudukannya sebagai istri Nabi di banding aku. Nabi berkata; mengapa tidak engkau katakan bahwa Harun AS adalah ayahku, Musa AS adalah pamanku dan Muhammad SAAW adalah suamiku, setelah semua itu, bagaimana bisa mereka lebih tinggi darimu?
Jariyah-jariyah Nabi
1. Mariah Al-Qibthiyyah.
Mariah adalah Ibu dari Ibrahim. Mariah adalah hadiah dari raja Mesir untuk Rasulullah. Meninggal pada masa pemerintahan Umar bin Khoth-thob.
2. Raihanah Al-Quradzhiyyah.
Raihanah meninggal pada saat Nabi masih hidup, di makamkan di pekuburan Baqi'.
3. Khaulah binti Hakim.
Khaulah binti Hakim adalah salah seorang wanita yang menghibahkan dirinya pada Nabi.
4. Zainab binti Jahsy.
Zainab dan para jariah lainnya pada ahirnya menjadi Istri Nabi.
Ada 2 orang wanita yang Nabi lepaskan sebelum Nabi mencampurinya yaitu;
1. Amrah
2. Umaimah
Di antara seluruh istri Nabi yang di nikahi dalam keadaan gadis hanyalah Aisyah Abu Bakar, sementara yang lainnya adalah berstatus janda.
Putra-putri Nabi
1. Zainab.
Zainab adalah putri sulung Rasulullah SAAW, lahir pada waktu usia Rasul 30 tahun.
2. Ruqayyah.
Ruqayyah lahir 3 tahun setelah Zainab atau 7 tahun sebelum Rasul diangkat menjadi Nabi, Ruqayyah adalah salah seorang di antara istri Utsman bin Affan, khalifah ke 3.
3. Fathimah Az-zahra AS.
Fathimah lahir 1 tahun setelah Rasul di angkat menjadi Nabi, menikah dengan Imam Ali AS pada tahun 2 hijriah dalam usia 15 tahun 5 bulan sementara pada waktu itu usia Imam Ali adalah 21 tahun 5 bulan. Fathimah adalah salah seorang keluarga Rasul yang paling pertama menyusul Rasulullah menghadap Hadhrat Allah SWT, selisih waktunya adalah 6 bulan. Fathimah Az-zahra AS adalah putri yang paling Nabi cintai, lahir dari Fathimah 2 orang permata Nabi yaitu Hasan dan Husain. Alaihim Salam.
4. Abdullah (Ath-thoyib, Ath-thohir)
Abdullah meninggal pada waktu masih bayi di masa Muhammad belum di angkat menjadi Nabi.
5. Ibrahim.
Anak Rasulullah dari Mariah Al-Qibthiyyah, lahir pada tahun 8 hijriah, juga dalam keadaan masih bayi, Nabi sempat menitikkan air mata dalam melepas kepergian Ibrahim ke alam baqa.
Sehari setelah wafatnya Ibrahim terjadi gejala alam yang di anggap luar biasa pada waktu itu, gerhana matahari. Orang ramai menghubungkan peristiwa alam itu dengan wafatnya Ibrahim sehingga Nabi perlu memberi tahukan pada mereka bahwa gerhana matahari tidak ada sangkut pautnya dengan kematian atau kehidupan seseorang. Gerhana hanyalah merupakan salah satu tanda di antara tanda-tanda kebesaran Allah SWT.
6. Ummu Kaltsum.
Lahir setelah di utusnya Rasul menjadi Nabi atau ba'dal bi'tsah. Menikah dengan Utsman bin Affan pada tahun 3 hijriah setelah meninggalnya Ruqayyah, dengan sebab menikahi 2 putri Nabi Utsman mendapat gelar Dzun-nurain atau pemilik 2 cahaya.
7. Al-Qasim.
Al-Qasim adalah kakak dari Zainab, lahir sebelum tahun kenabian, dengan namanya lah Nabi bergelar yaitu Abul-Qasim. Al-Qasim meninggal pada waktu kecil.
Sekianlah biografi singkat para mutiara yang ada di sekeliling Rasulullah SAAW. Mereka adalah orang-orang yang hidup dalam sejarah emas anak manusia. Kehidupan Nabi adalah kehidupan terbaik di sepanjang zaman, baik sebelum beliau di dzahirkan ke dunia maupun setelah beliau kembali ke Hadhrat yang maha wujud, Tuhan semesta alam.
_______****_______
Cirebon, Selasa 3 feb 2009 jam 2:30 am.
Istri-istri Nabi
1. Hadijah binti Huwailid bin Asad bin 'Abd Uzza bin Qushai bin Kilab.
Pada waktu menikah dengan Rasulullah Hadijah telah menginjak usia senja yaitu 40 tahun, beliau menikah dengan Nabi setelah 2 kali menjadi janda, sementara Nabi sendiri pada waktu itu berusia 25 tahun. Hadijah adalah wanita pertama yang beriman dengan kenabian Muhammad SAAW, dari Hadijah lahir putra putri Nabi selain Ibrahim yang lahir dari seorang jariah Nabi yang bernama Mariah Al-Qibtiyah. Hadijah menemani hidup Nabi selama 25 tahun sampai dirinya berpulang ke hadhrat Allah mendahului Nabi, Hadijah meninggal di makkah 3 tahun sebelum hijrah Nabi ke Madinah, meninggalnya Hadijah begitu membuat Nabi berduka sehingga tahun wafatnya Hadijah dinamai oleh Nabi dengan "'Am Al-huzni", tahun duka cita. Hadijah adalah istri yang paling di cintai Nabi sehingga sampai sekian lama setelah ketiadaannya Nabi senantiasa menyebut namanya, hal itu pernah membuat 'Aisyah cemburu dan mengucapkan kata-kata yang tidak pantas di hadapan Nabi. selama beristrikan Hadijah Nabi tidak menikah lagi dengan siapapun.
2. Saudah binti Zam'ah bin Qais bin Abd Syams bin Abd Wudd bin Nadhr.
Menikah dengan Nabi setelah wafatnya Hadijah, Saudah adalah janda dari Sakran bin Amr bin Abd Syams. Menikah dengan Nabi dalam usia 55 tahun dan Nabi pada waktu itu berusia 50 tahun, Nabi memberikan mahar pada Saudah sejumlah 400 dirham.
3. 'Aisyah binti Abu Bakar bin Abi Quhafah.
Walaupun masih dalam perdebatan di kalangan ahli sejarah tentang usia pernikahan Aisyah dengan Nabi, sebuah buku sejarah Nabi yang berjudul "Samirul Mu'minin" mengabarkan bahwa Nabi melamar Aisyah pada tahun 10 kenabian atau 3 tahun sebelum Nabi hijrah ke Madinah, masih dalam tahun yang sama dengan wafatnya Hadijah. Pada waktu itu Aisyah berusia "6 tahun" dan mulai hidup serumah dengan Nabi pada usia 9 tahun atau tahun ke 1 dari kalender hijriah. Kebersamaan Aisyah dengan Nabi berlangsung sekitar 9 tahun lamanya, pada saat Nabi wafat usia Aisyah adalah 18 tahun. Aisyah meninggal di Madinah pada tahun 53 hijriah dalam usia 66 tahun.
4. Hafshah binti Umar bin Al-Khath-thab bin Nufail.
Hafshah adalah janda dari Unais bin Hudzafah salah seorang anggota yang syahid pada perang Badar. Hafshah menikah dengan Nabi pada tahun 3 hijriah, dengan mahar sebesar 400 dirham. Ketika itu usia Nabi sekitar 55 tahun. Hafshah wafat pada tahun 54 hijriah dalam usia 60 tahun.
5. Ummu Salamah binti Abi Umayyah bin Al-Mughirah bin Abdullah bin Amr bin Makhzum.
Nama sebenarnya adalah Hindun binti Abi Umayyah Al-Makhzumiyah. Ummu salamah adalah janda dari Abdullah bin Jahsyi atau yang di kenal dengan Abu Salamah bin Abd Asad. Ummu Salamah meninggal dalam usia 84 tahun, meninggal pada tahun 59 hijriah.
6. Ummu Habibah binti Abu Sofyan bin Harb bin Umayyah bin Abd Syams.
Namanya adalah Ramlah, Ramlah merupakan saudara dari Muawiyah. Ramlah adalah salah seorang istri Nabi yang ikut hijrah ke Habsyah (Ethiopia) periode ke 2. Nabi menikahi Ramlah dengan mahar 400 dinar. Ramlah adalah janda dari Ubaidullah bin Jahsy yg ketika hijrah ke Habsyah berpindah ke agama Kristian sementara Ramlah tetap bertahan dengan Islam, oleh sebab itu Nabi menikahinya. Ramlah meninggal di Madinah pada tahun 44 hijriah.
7. Zainab binti Jahsy bin Riab bin Ya'mur bin Shabirah bin Murrah.
Zainab adalah sepupu Nabi, putri dari bibi Nabi yang bernama Umaimah binti Abd Muthollib. Zainab adalah mantan istri dari Zaid bin Haritsah yang merupakan anak angkat Nabi, hal ini bermaksud untuk membatalkan hukum jahiliah yang mengharamkan seorang bapak angkat menikahi istri anak angkatnya. Pernikahan dengan Nabi membuat Zainab selalu membanggakan dirinya di hadapan istri-istri Nabi yang lain, betapa tidak, yang menikahkan dirinya dengan Nabi adalah Allah SWT secara langsung, berbeda dengan istri Nabi yang lain yang menikah dengan di dampingi wali-walinya. Zainab menikah dengan Nabi pada tahun 5 hijriah.
8. Zainab binti Huzaimah bin Harits bin Abdullah bin Amr bin Abd manaf Al-Hilaliyah.
Zainab binti Huzaimah menikah dengan Nabi pada tahun 3 hijriah, pernikahannya dengan Nabi hanya berlangsung 2 atau 3 bulan. Zainab adalah janda dari Ubaidah bin Al-Harits dan Jahm bin Amr Al-Harits yang merupakan saudara sepupunya. Zainab meninggal pada saat Nabi masih hidup, Zainab di makamkan di Baqi'.
Selama hidupnya Zainab di kenal dengan sebutan Ummul-masakin (ibu orang-orang miskin) hal ini karena perhatian dan kasih sayangnya terhadap orang miskin
9. Maimunah binti Harits bin Hazn bin Bahir bin Huzam Al-Hilaliah.
Maimunah adalah saudara satu ibu dengan Zainab binti Huzaimah. Maimunah adalah bibi dari Halid bin Walid dan Ibnu 'Abbas. Menikah dengan Nabi pada saat berusia 60 tahun, Nabi memberi mahar sebanyak 400 dirham. Kebersamaannya dengan Nabi hanya berlangsung 2 tahun. Sebelum menikah dengan Nabi Maimunah adalah istri dari Abi Rahm bin Abd Uzza bin Abi Qais. Maimunah meninggal di daerah bernama Siraf pada tahun 51 hijriah.
10. Juwairiah binti Harits bin Abi Dhirar Al-Khuza'iyah.
Juwairiah adalah janda dari Musyaffi' bin Shafwan Al-Musthaliq. Pernah menjadi tawanan kaum muslimin dan menjadi budak dari Tsabit bin Qais Al-Anshari. Juwairiah membebaskan dirinya dari Tsabit bin Qais, setelah bebas lalu menyerahkan dirinya pada Nabi. Nabi kemudian menikahinya.
11. Shafiyah binti Huyai bin Akhthab.
Shafiyah adalah keturunan dari Nabi Harun AS. Sebelum menjadi istri Nabi, Nabi menyerahkannya pada Dhihyah Al-Kalby, hal ini mengundang protes dari seorang sahabat yang mengatakan bahwa tidaklah pantas Nabi menyerahkan Shafiyah pada Dhihyah karena Shafiyah adalah pembesar dari bani Quraidzhah dan bani Nadhir. Mendengar hal ini Nabi memberi kemerdekaan pada Shafiyah lalu Nabi menikahinya. Shafiyah meninggal pada bulan Ramadhan tahun 50 hijriah di zaman Muawiyah bin Abu Sofyan.
Ada satu cerita menarik mengenai Shafiyah ini, suatu ketika Nabi memasuki kamar Shafiyah dan Nabi mendapati Shafiyah dalam keadaan menangis. Nabi bertanya pada Shafiyah; apa yang menyebabkan engkau menangis wahai Shafiyah? Shafiyah menjawab; Aisyah dan Hafshah telah memperolok-olok aku, mereka berdua merasa lebih tinggi kedudukannya sebagai istri Nabi di banding aku. Nabi berkata; mengapa tidak engkau katakan bahwa Harun AS adalah ayahku, Musa AS adalah pamanku dan Muhammad SAAW adalah suamiku, setelah semua itu, bagaimana bisa mereka lebih tinggi darimu?
Jariyah-jariyah Nabi
1. Mariah Al-Qibthiyyah.
Mariah adalah Ibu dari Ibrahim. Mariah adalah hadiah dari raja Mesir untuk Rasulullah. Meninggal pada masa pemerintahan Umar bin Khoth-thob.
2. Raihanah Al-Quradzhiyyah.
Raihanah meninggal pada saat Nabi masih hidup, di makamkan di pekuburan Baqi'.
3. Khaulah binti Hakim.
Khaulah binti Hakim adalah salah seorang wanita yang menghibahkan dirinya pada Nabi.
4. Zainab binti Jahsy.
Zainab dan para jariah lainnya pada ahirnya menjadi Istri Nabi.
Ada 2 orang wanita yang Nabi lepaskan sebelum Nabi mencampurinya yaitu;
1. Amrah
2. Umaimah
Di antara seluruh istri Nabi yang di nikahi dalam keadaan gadis hanyalah Aisyah Abu Bakar, sementara yang lainnya adalah berstatus janda.
Putra-putri Nabi
1. Zainab.
Zainab adalah putri sulung Rasulullah SAAW, lahir pada waktu usia Rasul 30 tahun.
2. Ruqayyah.
Ruqayyah lahir 3 tahun setelah Zainab atau 7 tahun sebelum Rasul diangkat menjadi Nabi, Ruqayyah adalah salah seorang di antara istri Utsman bin Affan, khalifah ke 3.
3. Fathimah Az-zahra AS.
Fathimah lahir 1 tahun setelah Rasul di angkat menjadi Nabi, menikah dengan Imam Ali AS pada tahun 2 hijriah dalam usia 15 tahun 5 bulan sementara pada waktu itu usia Imam Ali adalah 21 tahun 5 bulan. Fathimah adalah salah seorang keluarga Rasul yang paling pertama menyusul Rasulullah menghadap Hadhrat Allah SWT, selisih waktunya adalah 6 bulan. Fathimah Az-zahra AS adalah putri yang paling Nabi cintai, lahir dari Fathimah 2 orang permata Nabi yaitu Hasan dan Husain. Alaihim Salam.
4. Abdullah (Ath-thoyib, Ath-thohir)
Abdullah meninggal pada waktu masih bayi di masa Muhammad belum di angkat menjadi Nabi.
5. Ibrahim.
Anak Rasulullah dari Mariah Al-Qibthiyyah, lahir pada tahun 8 hijriah, juga dalam keadaan masih bayi, Nabi sempat menitikkan air mata dalam melepas kepergian Ibrahim ke alam baqa.
Sehari setelah wafatnya Ibrahim terjadi gejala alam yang di anggap luar biasa pada waktu itu, gerhana matahari. Orang ramai menghubungkan peristiwa alam itu dengan wafatnya Ibrahim sehingga Nabi perlu memberi tahukan pada mereka bahwa gerhana matahari tidak ada sangkut pautnya dengan kematian atau kehidupan seseorang. Gerhana hanyalah merupakan salah satu tanda di antara tanda-tanda kebesaran Allah SWT.
6. Ummu Kaltsum.
Lahir setelah di utusnya Rasul menjadi Nabi atau ba'dal bi'tsah. Menikah dengan Utsman bin Affan pada tahun 3 hijriah setelah meninggalnya Ruqayyah, dengan sebab menikahi 2 putri Nabi Utsman mendapat gelar Dzun-nurain atau pemilik 2 cahaya.
7. Al-Qasim.
Al-Qasim adalah kakak dari Zainab, lahir sebelum tahun kenabian, dengan namanya lah Nabi bergelar yaitu Abul-Qasim. Al-Qasim meninggal pada waktu kecil.
Sekianlah biografi singkat para mutiara yang ada di sekeliling Rasulullah SAAW. Mereka adalah orang-orang yang hidup dalam sejarah emas anak manusia. Kehidupan Nabi adalah kehidupan terbaik di sepanjang zaman, baik sebelum beliau di dzahirkan ke dunia maupun setelah beliau kembali ke Hadhrat yang maha wujud, Tuhan semesta alam.
_______****_______
Cirebon, Selasa 3 feb 2009 jam 2:30 am.
Langganan:
Postingan (Atom)